Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Agama & Aliran

Tauhid Sifat Kelompok Wahabi; Allah Swt Berambut Keriting

Tauhid Sifat Kelompok Wahabi; Allah Swt Berambut Keriting

Kita masih dalam pembahasan seputar sifat Allah Swt yang diperkenalkan oleh Kelompok Wahabi. Pada tulisan-tulisan sebelumnya telah disebutkan bagaimana kelompok Wahabi lewat berbagai riwayat  memperkenalkan Allah Swt dengan sifat Jism. Dikatakan bahwa Allah Swt memiliki kaki ataupun tangan. Hal ini tak lepas dari pemahaman mereka yang memandang nas secara lahiriah saja.

Baca Yang lain

Wahabi: Allah Swt Miliki Dua Tangan, Keduanya Kanan

Wahabi: Allah Swt Miliki Dua Tangan, Keduanya Kanan Hal ini sebagaimana pernyataan yang dimuat pada tulisan sebelumnya, sama-sama menetapkan anggota tubuh bagi Allah Swt. Dan untuk sanggahan terhadap keyakinan ini akan dimuat pada pembahasan-pembahasan selanjutnya, tepatnya setelah menyelesaikan pernyataan Wahabi terkait dengan pembahasan Tauhid Asma wa Sifat ini.

Baca Yang lain

Tauhid Sifat Kelompok Wahabi; Allah Swt Memiliki Kaki

Tauhid Sifat Kelompok Wahabi; Allah Swt Memiliki Kaki Tentu pandangan seperti itu mendapat pertentangan dan menjadi sebuah perdebatan di kalangan dunia Islam. Dalam pembahasan selanjutnya, kita akan bahas riwayat atau hadis lainnya yang dipandang oleh kelompok Wahabi sebagai bukti bahwa Allah ber Jism, yang pada akhirnya kita akan jawab pandangan tersebut In Sya Allah.

Baca Yang lain

Ayatullah Khu’i: Hukum Islam Berlaku pada Orang yang Berikrar Syahadatain

Ayatullah Khu’i: Hukum Islam Berlaku pada Orang yang Berikrar Syahadatain Dari kutipan di atas menjadi jelas bahwa tolok ukur keislaman cukup dengan seseorang secara lahiriah berikrar mengucapkan Syahadatain, kemudian setelah itu berlakulah padanya hukum-hukum seorang muslim yang diantaranya menjadi haram darahnya alias harus dijaga, begitu pula dengan hal-hal lain yang berkaitan dengannya.

Baca Yang lain

Syaikh Al-Anshori: Mengucap Dua Syahadat Cukup dalam Islam

Syaikh Al-Anshori: Mengucap Dua Syahadat Cukup dalam Islam Tidak berbeda dengan para ulama lainnya yang pernah kita sebutkan, bahwa dengan mengucap Syahadatain secara jelas seseorang bisa disebut sebagai muslim. Dan konsekuensinya ia tidak boleh dituduh sebagai kafir, juga harta dan darahnya menjadi haram.

Baca Yang lain

Syahid Shadr: Mengimani Keesaan Allah dan Kerasulan Nabi Saw Adalah Seorang Muslim yang Murni

Syahid Shadr: Mengimani Keesaan Allah dan Kerasulan Nabi Saw Adalah Seorang Muslim yang Murni Dari pernyataan di atas, kita diingatkan lagi, bahwa pengkafiran terhadap orang lain, apalagi kepada yang mengimani keesaan Allah dan kerasulan Nabi Muhammad Saw., adalah perbuatan yang lazim kita jauhi, dan hanya Allahlah yang berhak untuk melakukan itu.

Baca Yang lain

Ayatullah Jafar Subhani: Pengkafiran Ahli Kiblat Tidak Dapat Dibenarkan

Ayatullah Jafar Subhani: Pengkafiran Ahli Kiblat Tidak Dapat Dibenarkan Oleh sebab itu, berdasarkan paparannya tersebut sangat jelas bahwa Syahadatain serta rukun-rukun lain yang bahkan diketahui oleh orang yang awam cukup menjadi tolok ukur dalam mengakui keislaman seseorang atau sebuah kelompok. Wallahu A’lam Bisshawab!

Baca Yang lain

Peranan Para Imam dalam Mempertahankan Kemurnian Ajaran Islam (1)

Peranan Para Imam dalam Mempertahankan Kemurnian Ajaran Islam (1) Peranan Imam 12 yang telah ditentukan kepemimpinannya oleh Rasulullah Saw dan dijadikan sebagai penggantinya adalah menjaga Islam dari tangan-tangan jahil. Para Imam a.s. telah diberinya tanggung jawab mempraktikkan dan mendidik kemanusiaan atas dasar ajaran Islam dan menjaga pemerintahan yang dibangun Rasulullah Saw dari kehancuran. Hal ini dapat disimpulkan dalam dua sketsa penting di bawah ini.

Baca Yang lain

Muhammad Husain Kasyiful Ghitha: Yakini Keesaan Allah, Kenabian Rasulullah dan Hari Akhir Berarti Muslim

Muhammad Husain Kasyiful Ghitha: Yakini Keesaan Allah, Kenabian Rasulullah dan Hari Akhir Berarti Muslim Dengan demikian, maka semua hak maupun kewajiban yang dimiliki oleh seorang muslim, secara otomatis akan ia miliki. Jiwa, harta dan harga dirinya mendapat penghormatan; sehingga tidak ada seorang pun yang berhak menhilangkan jiwanya, merampas hartanya maupun menodai kehormatan serta harga dirinya.

Baca Yang lain

Hasil Pertemuan Aliansi Ulama-ulama di Thaif: Hanya Allah dan Rasul-Nya yang Berhak Mengkafirkan

Hasil Pertemuan Aliansi Ulama-ulama di Thaif: Hanya Allah dan Rasul-Nya yang Berhak Mengkafirkan Itulah poin pertama dari pertemuan Aliansi Ulama-Ulama, yang menjadi pengingat bagi umat Muslim untuk tidak mengkafirkan orang lain secara sembarangan. Sejatinya, hanya Allah dan Rasul-Nyalah yang punya hak istimewa melabeli hamba-Nya sebagai kafir. 

Baca Yang lain

Ibn Hazm Menukil Pendapat Sekelompok Ulama tentang Pengkafiran terhadap Orang Lain

Ibn Hazm Menukil Pendapat Sekelompok Ulama tentang Pengkafiran terhadap Orang Lain Pandangan di atas secara tersirat hendak mengatakan, kalau mencap orang lain sebagai kafir dikarenakan keyakinanya yang berbeda dengan kebanyakan orang, merupakan perihal yang patut dihindari. Apalagi, tak jarang hal itu dilakukan oleh seorang yang dianggap ‘ulama’. Mestinya seorang ulama menjadi contoh bagi umatnya, termasuk contoh untuk tidak mengkafirkan orang lain yang beda pandangan. Wallahu a’lam bi as-hawwab.

Baca Yang lain

Imam Ja’far As-Shadiq: Dengan Syahadat, Shalat, Puasa, Zakat dan Haji Seseorang Telah Menjadi Muslim dan Tidak Bolah Dikafirkan

Imam Ja’far As-Shadiq: Dengan Syahadat, Shalat, Puasa, Zakat dan Haji Seseorang Telah Menjadi Muslim dan Tidak Bolah Dikafirkan Pada beberapa seri sebelumnya telah banyak dimuat pandangan al-Quran, hadits, sirah Nabi Saw, sahabat dan ulama yang  menolak pemikiran takfir atau pelabelan syirik kelompok Wahabi. Dengan tolok ukur yang dipahami sendiri oleh kelompok tersebut, kalangan lain yang notabene merupakan umat Islam menjadi sasaran pengkafiran serta pelabelan musyrik.

Baca Yang lain

Upaya Setan Besar Melemahkan Islam: Mendiskreditkan Ulama lewat Propaganda

Upaya Setan Besar Melemahkan Islam: Mendiskreditkan Ulama lewat Propaganda Kini Islam telah dijadikan sasaran permusuhan Setan Besar (negara adidaya yang congkak) di dunia. Sebaliknya, Islam memikat kecintaan dan penghargaan besar di tengah masyarakat luas. Adapun sikap permusuhan kekuatan-kekuatan besar dunia terhadap Islam melebihi segalanya. Dalam hal ini, ulama merupakan para penyeru Islam.

Baca Yang lain

Islam, Sains dan Teknologi (3)

Islam, Sains dan Teknologi (3) Marilyn Ferguson melaporkan secara terperinci perubahan sikap ini dalam bukunya, The Aquarian Conspiracy: Personal and Social Transformation in Our Time. Sejak 1970-an, dan makin intersif pada awal 1980-an, muncul gerakan yang memandang sains dengan sikap skeptic. Everett Mendelsohn, seorang ahli biologi Harvard, berkata, “sains sebagaimana yang kita ketahui telah melewati masa gunanya.” Theodore Roszak, dalam Where the Wasteland Ends, mengejek rasionalitas ilmiah, dan mengajak orang pada kepekaan agama. Menurut Roszak, objektivitas ilmiah telah menurunkan pengalaman manusia dari tabiat alamianya, dan menghilangkan misteri dan kesucian dari kehidupan. Akal hanyalah kemampuan manusia yang terbatas. Di samping akal, ada lagi spiritual knowledge.

Baca Yang lain

Pandangan Takfiri Bertentangan dengan Sirah Para Imam Ahlul Bait (Imam Ja’far As-Shadiq)

Pandangan Takfiri Bertentangan dengan Sirah Para Imam Ahlul Bait (Imam Ja’far As-Shadiq) Jadi, pandangan takfiri yang ada pada kelompok Wahabi dengan mengkafirkan mereka yang bersyahadat (muslimin) dan sampai menghalalkan darah mereka, tidak sejalan dengan Al-Quran, maupun Sunnah, juga banyak mendapat penentangan termasuk dari para Imam Ahlul Bait As, salah satunya dari Imam Ja’far As-Shadiq As.

Baca Yang lain

Abul Hasan Al-Asyari Menentang Pemikiran Takfir

Abul Hasan Al-Asyari Menentang Pemikiran Takfir Dalam pernyataan di atas dapat dilihat bahwa Abul Hasan Asyari memandang bahwa perbedaan mazhab, pemikiran maupun kelompok tidak dapat dijadikan alasan untuk mengklaim satu sama lain keluar dari ruang lingkup agama Islam. Bahkan dalam literatur lainnya disebutkan bahwa menjelang wafatnya beliau bersaksi di hadapan para sahabatnya bahwa ia tidak mengkafir seorangpun dari “ahlul qiblah” (muslimin):

Baca Yang lain

Kriteria Muslim dari Riwayat Anas bin Malik Berbeda dengan Takfiri

Kriteria Muslim dari Riwayat Anas bin Malik Berbeda dengan Takfiri Hal tersebut akan bertentangan dengan cara pandang takfiri (Wahabi) apabila kita tarik kembali pada awal mula berdirinya kekuasaan mereka dengan agresinya ke berbagai wilayah kaum muslimin. Dimana dalam sejarah mereka -seperti yang telah dibahas sebelum-sebelumnya- penuh dengan penumpahan darah muslimin serta perampasan harta mereka.

Baca Yang lain

Pandangan Takfiri Bertentangan dengan Sirah Nabi Saw dalam Hadis Shahih Bukhari

Pandangan Takfiri Bertentangan dengan Sirah Nabi Saw dalam Hadis Shahih Bukhari Dengan demikian, pandangan takfiri dengan mengkafirkan atau memusyrikan kaum muslim lainnya bahkan sampai membunuh dan merampas harta nya tanpa hak, seperti yang dilakukan oleh kelompok Wahabi, selain bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah Nabi Saw, juga bertentangan dengan Sirah Nabi Saw. Nabi Saw dengan jelas mengatakan bahwa mereka yang bersyahadat, mendirikan Salat, dan menghadap kiblat, darah dan harta mereka menjadi haram atas kaum muslimin.

Baca Yang lain

Setelah Bermazhab, What’s Next?

Setelah Bermazhab, What’s Next? Ketika seseorang merasa cukup alasan berupa interpretasi, inferensi dan konklusi untuk menjadi penganut sebuah agama, maka secara niscaya dia juga, disadarinya atau tidak, mempersepsi agama apapun yang tak dianutnya meski secara umum, tidak rinci dan mendalam. Hal ini juga dilakukan oleh penganut agama terhadap aneka aliran atau ragam info yang berlainan bahkan sebagian bertolak belakang dalam satu agama yang dianutnya.

Baca Yang lain

Kitab Bukhari dan Muslim Muat Riwayat yang Menentang Pemikiran Takfir

Kitab Bukhari dan Muslim Muat Riwayat yang Menentang Pemikiran Takfir Dapat disaksikan dalam riwayat ini bahwa hanya dengan mengucapkan kalimat “la ilaha illallah” jiwa seseorang telah mendapat perlindungan. Padahal jika diperhatikan kondisi yang ada, sangat memungkinkan ucapan tersebut hanya bentuk dari upaya perlindungan diri. Sebagaimana Usmah juga menganggap tindakan lelaki yang ada dalam hadis di atas seperti itu. Namun, Rasulullah Saw telah memberikan pernyataan yang tegas bahwa yang menjadi tolok ukur adalah lahiriah seseorang. Dan ucapan “la ilaha illallah” secara lahiriah sudah cukup untuk menjadikan seseorang masuk ke dalam perlindungan Allah Swt.

Baca Yang lain