Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Agama & Aliran

Allamah Al-Shawi: Sebagaimana Khawarij, Tahrif dalam Penafsiran Kitab dan Sunnah Penyebab Wahabi Halalkan Darah Serta Harta Kaum Muslimin

Allamah Al-Shawi: Sebagaimana Khawarij, Tahrif dalam Penafsiran Kitab dan Sunnah Penyebab Wahabi Halalkan Darah Serta Harta Kaum Muslimin

Ahli fikih yang wafat pada tahun 1241 Hijriah ini menggambarkan bahwa kelompok Wahabi yang beliau saksikan di eranya memiliki kesamaan dengan kaum Khawarij yang gemar menghalalkan darah dan harta kaum muslimin. Pentahrifan dalam menafsiran kitab dan sunnah disebutkan sebagai penyebab mereka memilih sikap serta jalan yang salah dalam menghalalkan darah serta harta kaum muslimin.

Baca Yang lain

Mufti Al-Azhar, Syekh Yusuf Ad-Duja’i: Ibn Taymiah dan Ibn Abdul Wahhab Musyrik

Mufti Al-Azhar, Syekh Yusuf Ad-Duja’i: Ibn Taymiah dan Ibn Abdul Wahhab Musyrik Pandangan di atas menambahkan pengetahuan kita tentang kepribadian sosok Abdullah bin Abdul Wahhab. Semoga, ada pelajaran yang bisa kita ambil dari tulisan ini dan tulisan-tulisan sebelumnya.

Baca Yang lain

Muhammad bin Abdul Wahhab dalam Pandangan Muhammad bin Abdullah An-Najdi

Muhammad bin Abdul Wahhab dalam Pandangan Muhammad bin Abdullah An-Najdi Itulah setidaknya gambaran dan pandangan yang diungkapkan oleh Syaikh Muhammad bin Abdullah sekaitan dengan Muhammad bin Abdul Wahhab. Hampir sama dengan pendapat lainnya, Syaikh Muhammad bin Abdullah menerangkan bahwa pemimpin Wahabi ini berpandangan Takfiri dengan mengkafirkan sesiapa yang menentangnya, juga berprilaku ekstrimis dengan menghalalkan darah sesiapa yang berbeda pendapat dengannya.

Baca Yang lain

Syekh Abdullah Al-Harari: Muhammad bin Abdul Wahhab Muncul dengan Seruan yang Dicampuri oleh Pemikiran-pemikirannya

Syekh Abdullah Al-Harari: Muhammad bin Abdul Wahhab Muncul dengan Seruan yang Dicampuri oleh Pemikiran-pemikirannya Pada pernyataannya di atas, secara jelas dapat disimpulkan bahwa Syekh Abdullah Al-Harari melihat bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab bangkit membawa seruan atas nama Islam namun pada hakikatnya hal tersebut telah dicampuradukan dengan dua hal; Pertama, pemikiran-pemikirannya sendiri yang ia anggap dari al-Quran dan Sunnah. Kedua, bid’ah-bid’ah yang dulu pernah disuarakan oleh Ibnu Taimiyah yang kemudian dihidupkan kembali olehnya.

Baca Yang lain

Syaik Al-Azhar Ahmad Thayyib dan Al-Ghumari Komentari Muhammad bin Abdul Wahab Serta Wahabi

Syaik Al-Azhar Ahmad Thayyib dan Al-Ghumari Komentari Muhammad bin Abdul Wahab Serta Wahabi Dalam catatan ini diungkapkan bahwa Muhammad bin Abdul Wahab disebut sebagai tanduk setan, pengikut pemikiran Ibn Taimiah dan memiliki pemikiran yang rusak. Lagi, dalam dua komentar di atas terlihat para tokoh Islam memandang bahwa keberadaan Wahabi maupun pencetusnya sebagai hal yang negatif di dalam tubuh umat.

Baca Yang lain

Pandangan Ulama Ahlusunnah, Allamah Ibn Abidin terhadap Kelompok Wahabi: Mereka Khawarij dari Najd!

Pandangan Ulama Ahlusunnah, Allamah Ibn Abidin terhadap Kelompok Wahabi: Mereka Khawarij dari Najd! Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Mungkin, peribahasa ini cocok untuk disematkan pada paengikut Wahabi dan pembesarnya, Muhammad bin Abdul Wahhab. Secara nalar, kita bisa menarik kesimpulan, jika saja para pengikutnya memiliki sifat di atas, tentu hal itu mereka peroleh dari arahan pimpinan mereka. Artinya, lebih jauh lagi, Syekh Abidin secara tersirat hendak mengatakan ke kita bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab memiliki ciri-ciri yang sama dengan pengikutnya: keras dan semena-mena, ditambah lagi dengan bukti-bukti lain tentang dirinya. Wallahu a’lam bi as-Shawab.

Baca Yang lain

Syekh Anwar Syah Al-Kashmiri: Muhammad bin Abdul Wahhab, Seorang yang Bodoh dan Sedikit Pengetahuan

Syekh Anwar Syah Al-Kashmiri: Muhammad bin Abdul Wahhab, Seorang yang Bodoh dan Sedikit Pengetahuan Dari pernyataan di atas dapat terlihat bahwa Syekh Anwar Syah melihat fenomena gerakan Wahabiyah yang bersumber dari penggagasnya Muhammad bin Abdul Wahhab sebagai sebuah tindakan yang ceroboh dalam hal penghukuman dengan kufur (kekafiran). Ia beralasan bahwa urusan penghukuman tersebut bukanlah sesuatu yang mudah dan sederhana serta bisa dilakukan oleh sembarang orang, bahkan dalam kasus ini sosok penggagas gerakan Wahabiyah tersebut di matanya tidak memiliki kapasitas yang dibutuhkan untuk urusan tadi.

Baca Yang lain

Muhammad bin Abdul Wahhab dalam Pandangan Saudaranya Sulaiman bin Abdul Wahhab

Muhammad bin Abdul Wahhab dalam Pandangan Saudaranya Sulaiman bin Abdul Wahhab Keterangan di atas menjelaskan bahwa Sulaiman bin Abdul Wahhab mengkritik saudaranya Muhammad bin Abdul Wahhab yang memiliki pandangan takfiri, dengan mengkafirnya siapa saja yang tidak sepaham dengannya. Dan masih dalam kitabnya, pada bagian lainnya, Sulaiman bin Abdul Wahhab menerangkan akan akidah saudaranya yang rusak. Ia mengatakan bahwa saudaranya tersebut mengambil Kalam Ilahi dan Rasul-Nya atas konsep dan pikirannya yang rusak.

Baca Yang lain

Hadis Nabi Saw dan Fakta Kelompok Wahabi yang Jumud Sedari Dulu

Hadis Nabi Saw dan Fakta Kelompok Wahabi yang Jumud Sedari Dulu “Mereka (kelompok Wahabi) melarang berselawat kepada Nabi Saw. di atas mimbar-mimbar setelah dikumandangkannya adzan. Ketika itu, ada seorang lelaki saleh yang buta, ia menjadi muadzin dan berselawat kepada Nabi Saw. selepas adzan, setelah mendapatkan larangan dari kelompok Wahabi. Lalu, mereka membawa lelaki itu di hadapan Muhammad bin Abdul Wahhab, kemudian ia memerintahkan mereka untuk membunuhnya, lalu ia terbunuh.”[3] Jelas, penuturan Zaini Dahlan sangat sesuai dengan hadis Nabi di atas, tentang kelompok Wahabi yang ternyata sedari dulu memang memiliki kesan keras dan jumud. Wallahu a’lam bi al-Ashawab.

Baca Yang lain

Hadis Nabi Saw yang Meramalkan Munculnya Kelompok Wahabi dengan Ciri-ciri Mencukur Rambut Kepala

Hadis Nabi Saw yang Meramalkan Munculnya Kelompok Wahabi dengan Ciri-ciri Mencukur Rambut Kepala Keterangan di atas menunjukkan bahwa menurut Mufti Mekkah Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, hadis yang meramalkan akan munculnya kelompok tertentu dengan ciri-ciri mencukur rambut kepala secara habis (plontos) ditujukan secara jelas untuk kelompok Wahabi.

Baca Yang lain

Hubungan Wahabi dan Salafi Menurut Syekh Buthi

Hubungan Wahabi dan Salafi Menurut Syekh Buthi Setelah keterangan di atas, Syekh Buthi menulis sebuah subjudul dengan pernyataan jelas, Al-Tamadzhabu Bissalafiyyah Bidatun Lam Takun min Qabl yang artinya bermadzhab dengan Salafiah adalah sebuah bidah yang tidak ada sebelumnya. Kemudian dalam sebuah paragraf di bawahnya ia menyebutkan: “Adapun jika seorang muslim mengenalkan dirinya bahwasannya ia menganut madzhab itu, yang mana pada saat ini dinamai dengan Salafiah, maka tidak diragukan lagi ia adalah seorang pembuat bid’ah”.

Baca Yang lain

Siapakah Kelompok Wahabi?

Siapakah Kelompok Wahabi? Poin penting lainnya yang perlu di catat adalah keyakinan mereka atas Manhaj Salafus Shaleh sebagai metode dalam menafsirkan dan memahami syariat. Berdasarkan pada poin-poin di atas, Wahabi yang menjadi topik pembahasan tulisan ini serta berbagai tulisan berikutnya pada seri-seri yang akan datang, adalah Wahabi yang merupakan pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab dengan aneka ragam pemikirannya seputar tauhid, syirk, bid’ah maupun tema-tema lainnya.

Baca Yang lain

Keniscayaan Imamah dan Fungsinya sebagai Pemelihara Agama

Keniscayaan Imamah dan Fungsinya sebagai Pemelihara Agama Hadis yang sama juga diriwayatkan dalam Shahih Turmuzi. Bahkan pada Shahih Turmuzi terdapat pernyataan tegas Nabi Saw yang mengangkat imam sesudahnya dari lingkungan keluarganya. Demikian pula hadis-hadis yang diriwayatkan dalam Sunan al-Darimi, Khasaish al-Nasai, Musnad Ahmad, dan sumber-sumber utama Islam terkenal lainnya.

Baca Yang lain

Bantahan Atas Klaim Kelompok Al-Yamani Seputar Raj’ah

Bantahan Atas Klaim Kelompok Al-Yamani Seputar Raj’ah Sebenarnya masih ada banyak hadits lainnya yang memuat tentang hal ini, namun dalam tulisan kali ini hanya disebutka yang satu ini saja. Dan satu hal lagi yang perlu diingat bahwa semua klaim yang mengatakan akan keberadaan mahdiyyin setelah Imam Mahdi telah dibantah dalam berbagai tulisan sebelumnya (dalam pembahasan berhubungan dengan hadits washiat), oleh karena itu pernyataan tentang raj’ah setelah mahdiyyin yang keduabelas juga akan terbantah dengan sendirinya.

Baca Yang lain

Syubhat Dalil Mimpi Aliran Al-Yamani

Syubhat Dalil Mimpi Aliran Al-Yamani Oleh karena itu, gambaran-gambaran imajinasi yang mereka katakan atau suara-suara yang mereka dengar dalam mimpi tidak bisa dipastikan bahwa itu dari Nabi Saw atau Makshumin As, karena mereka sendiri belum pernah bertemu Nabi Saw atau Makshumin As di alam nyata. Dan karena tidak bisa dipastikan, maka ada kemungkinan hal tersebut bisa berasal dari tipu daya atau bisikan Syetan. Dan hal tersebut sangat mungkin karena adanya riwayat yang menjelaskan perihal tersebut, dan Ahmad Hasan sendiri membenarkan hal tersebut. Dalam kitabnya al-Jawabul Munir ‘Abarul Atsir Ahmad Hasan ketika ditanya perihal mimpinya Fathimah As ia mengatakan, bahwa Syetan memasuki mimpinya diakhir mimpi, kemudian ia menjelaskan bahwa suara yang didengar Fathimah diakhir mimpinya bukanlah bagian dari mimpi, tapi itu adalah syetan yang ingin membuatnya sedih.

Baca Yang lain

Dalil Mimpi Aliran Al-Yamani dan Keanehannya

Dalil Mimpi Aliran Al-Yamani dan Keanehannya Sebagai penutup, mari kita sejenak berpikir. Seperti yang telah disinggung di atas, tentang adanya jenis mimpi, ada yang bohong dan benar. Jika seseorang yang memimpikan Nabi Muhammad Saw., dan para Imam Maksum tidak tahu apakah mimpinya termasuk jenis bohong dan benar, maka hal ini tidak dapat dijadikan sebuah dalil untuk membuktikan kebenaran dari sebuah keyakinan.

Baca Yang lain

Mimpi dijadikan Dalil oleh Sekte Al-Yamani

Mimpi dijadikan Dalil oleh Sekte Al-Yamani Catatan ini menunjukkan bahwa dalam keyakinan Allamah Hilli yang menjadi tolok ukur kebenaran adalah syariat yang tentu saja bersumber dari al-Quran Hadits dan akal. Bahkan mimpi bertemu para Maksum sekalipun mesti diuji melalui jalur syariat sebagai patokan kebenarannya, dan bukan sebaliknya. Sekali lagi penjelasan ini membawa kita kepada kesimpulan bahwa mimpi sebagaimana halnya istikharah tidak dapat dijadikan sebagai dalil untuk membuktikan kebenaran agama atau mazhab tertentu.

Baca Yang lain

Syubhat Dalil Istikharah Al-Yamani dalam Sebuah Riwayat

Syubhat Dalil Istikharah Al-Yamani dalam Sebuah Riwayat Jadi, riwayat yang dibawakan oleh aliran al-Yamani Ahmad Hasan Bashri untuk membuktikan bisanya menentukan kebenaran Imamah dengan istikharah tidaklah tepat. Dan seperti yang telah kita jelaskan bahwa istikharah tidak bisa digunakan sebagai dalil untuk menentukan kebenaran apalagi se urgen menentukan kebenaran Imamah.

Baca Yang lain

Ketika Istikharah untuk Ahmad Hasan Bashri Hasilnya Tidak Bagus

Ketika Istikharah untuk Ahmad Hasan Bashri Hasilnya Tidak Bagus Dari sini, seperti yang sudah diulas dalam beberapa tulisan sebelumnya, bahwa istikharah tidak bisa digunakan sebagai dalil untuk menetapkan kebenaran suatu hal. Sebab kebenaran itu bersifat tetap dan tidak akan pernah berubah bagi siapapun, sementara dalam istikharah kita akan mendapati orang-orang akan mendapat hasil yang berbeda-beda sesuai dengan kondisinya masing-masing.

Baca Yang lain

Klaim Ahmad Hasan Bashri Menolak Istikharah Sebagai Dalil

Klaim Ahmad Hasan Bashri Menolak Istikharah Sebagai Dalil Atau jangan-jangan dalil-dalil Ahmad Hasan Bashri kah yang tidak terang benderang? Sebagaimana telah dibuktikan dengan berbagai sanggahan pada tulisan sebelumnya, sehingga ia butuh pembenaran melaui istikharah yang juga bermasalah karena tidak layak dijadikan dalil dengan alasan yang telah disebutkan pada tulisan sebelumnya. Yang jelas ajaran sekte ini memang sangat membingungkan.

Baca Yang lain