Artikel
-
Al Qur'an Al Karim
Artikel: 546, Kategori: 4 -
Akidah
Artikel: 43, Kategori: 5 -
Rasulullah & Ahlulbait
Artikel: 305, Kategori: 15 -
Hadits & Ilmu Hadits
Artikel: 7, Kategori: 4 -
Fiqih & Ushul Fiqih
Artikel: 14, Kategori: 2 -
Sejarah & Biografi
Artikel: 98, Kategori: 3 -
Bahasa & Sastra
Artikel: 11, Kategori: 2 -
Keluarga & Masyarakat
Artikel: 1609, Kategori: 3 -
Akhlak & Doa
Artikel: 229, Kategori: 3 -
Filsafat & Irfan
Artikel: 269

SATU AGAMA, SATU ATAU BANYAK AJARAN? (Bagian 1)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- muhsin labib
Pertanyaan ini bukan tentang sinonim/homonim dalam linguistik, melainkan metafora filosofis untuk menyoroti kompleksitas identitas Islam. Jika dipahami sebagai "sinonim", keragaman adalah kekayaan. Jika dianggap sebagai "homonim", perpecahan tak terelakkan.

Optimislah, Jika Ingin Bahagia!
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- purkon hidayat
Optimisme atau berpikir positif merupakan pengerahan semua kapasitas mental yang positif, membangkitkan semangat, dan penuh harapan dalam hidup untuk menghindari menyerah pada faktor-faktor negatif yang diciptakan oleh pikiran dan perasaan-perasaan frustasi dalam hidup.

Kehidupan Barzakh: Ruh Mengetahui Keadaan Kerabat dan Sahabat di Dunia (2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- abu syirin alhasan
“Demi Allah! Seluruh amal perbuatan kalian diperlihatkan kepada kami setiap hari, dan kami mengetahuinya.” Lalu Imam mengutip ayat yang sama dari Surat At-Taubah sebagai dalil atas ucapannya.

Kehidupan Barzakh: Ruh Mengetahui Keadaan Kerabat dan Sahabat di Dunia (1)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- abu syirin alhasan
Kisah-kisah di atas menunjukkan bahwa kehidupan ruh di alam Barzakh bukanlah akhir dari keterlibatan mereka terhadap urusan dunia. Ruh para mukmin, terlebih para Nabi dan Imam, tetap terhubung dengan dunia ini—dengan izin Allah Ta‘âlâ. Mereka menyaksikan amal perbuatan kita, mendoakan, dan bahkan berinteraksi secara ruhani dengan kita.

Menghormati Orang Tua, Jalan Pertumbuhan Spiritual
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- purkon hidayat
Al-Quran berulang kali menekankan pentingnya menghormati orang tua, bahkan posisinya berada di samping konsep penting seperti tauhid. وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

SURAT YANG TAK PERNAH DIKIRIM
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- muhsin labib
Inilah taman rahasia tempat tangan-tangan tak bertulang merenda mimpi dari benang tak berujung. Inilah episentrum bagi mulut yang tersumbat, lidah tercekat dan rasa yang terpasung. Datanglah. Bawa serta dahan-dahan rindu yang patah, Taburkan puisi itu dalam desah napas penanti.

Menjawab Kontradiksi yang pada Ayat-ayat Al-Quran Mengenai Hukum Zina? (1)
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- icc-jakarta
Hukum zina terdapat dalam berbagai ayat-ayat al-Quran, secara lahiriah hukum yang terdapat pada ayat ke 15 dan 16 surah Al-Nisa berbeda dengan hukum yang ada pada ayat ke 2 surah Al-Nur. Terdapat berbagai pendapat mengenai bagaimana kesesuaian ayat-ayat ini, berikut kami akan mengetengahkan dua di antaranya:

Menjawab Kontradiksi yang pada Ayat-ayat Al-Quran Mengenai Hukum Zina? (2)
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- icc-jakarta
Sebagian dari mufassir menganggap ayat ini sebagai penyempurna ayat sebelumnya.[6] Sebagian menganggap ayat sebelumnya berkaitan dengan zina muhshanah, dan ayat ini berkaitan dengan zina yang dilakukan oleh para bujang.[7]Demikian juga, mengenai obyek (mishdâq) “berilah hukuman kepada keduanya” dan bentuk hukuman, para mufassir menyebutkan:

SUAMI: RAJA ATAU MITRA? (Bagian 1)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- muhsin labib
Akar sejarah dan konteks sosial memainkan peran penting. Sunni tumbuh di masyarakat Arab abad ke-7 yang patriarkis, di mana mobilitas perempuan seringkali dikaitkan dengan potensi hilangnya kehormatan keluarga. Sebaliknya, Syiah, yang sering menjadi minoritas tertindas, mengembangkan resistensi terhadap segala bentuk otoritas absolut, termasuk dalam relasi suami-istri.

Cahaya Ilmu dan Akhlak Imam al-Jawad di Tengah Tekanan
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- info ahlul bait
Pada tahun 215 H (830 M), di kota Baghdad yang ramai, Imam Muhammad al-Jawad, seorang pemuda berusia 20 tahun, menghadapi tantangan besar. Beliau dipaksa tinggal di ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah oleh Khalifah Ma’mun, yang ingin mengawasi setiap langkahnya. Sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW, Imam al-Jawad memiliki pengaruh besar di kalangan umat Islam, terutama karena keilmuannya yang luar biasa.