Al Qur'an Al Karim
-
Bacaan & Tajwid
Artikel: 5 -
Ulumul Quran
Artikel: 19 -
Tafsir
Artikel: 114 -
Kajian
Artikel: 95
Tingkatan Jiwa Menurut Al-Qur’an (5)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Mohammad Adlany Ph. D.
Tahap terakhir dari perjalanan kesempurnaan jiwa menurut Al-Qur’an adalah sampai pada suatu kondisi di mana jiwa hanya merasa tenang dengan mengingat Allah. Selain Allah, apa pun itu tidak akan mampu meredakan dahaga cinta dan kasih sayangnya, dan tidak akan mengeluarkannya dari kegelisahan dan keresahan.
Tingkatan Jiwa Menurut Al-Qur’an (4)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Mohammad Adlany Ph. D.
Apabila manusia bersungguh-sungguh dalam mendidik dan menyucikan jiwanya, serta melalui perjuangan spiritual ia berhasil membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela dan menggantinya dengan sifat-sifat terpuji, serta menempatkan akal sebagai penguasanya, maka meskipun jiwa belum mencapai kesempurnaan akhirnya dan belum layak untuk merasakan kehadiran Allah Sang Kekasih, namun jiwa sudah layak untuk menerima ilham.
Tingkatan Jiwa Menurut Al-Qur’an (3)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Mohammad Adlany Ph. D.
Jika manusia sejak awal tidak lalai terhadap permusuhan jiwa dan mengetahui pengkhianatan serta tipu dayanya, serta menyadari bahwa jiwa ibarat kuda liar yang bisa ditundukkan sedikit demi sedikit, maka ia akan berusaha menempuh jalan penyucian dan perbaikan jiwa. Ia melatih jiwa dengan ibadah, ketaatan, dan mujahadah (perjuangan spiritual), serta menanamkan kesadaran tentang keburukan dosa dan keindahan kebaikan.
Tingkatan Jiwa Menurut Al-Qur’an (2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Mohammad Adlany Ph. D.
Apabila sejak awal jiwa telah menghiasi keburukan sehingga tampak indah, lalu mengundang manusia untuk melakukannya, dan manusia lalai dari permusuhan jiwa serta menuruti keinginannya, maka jiwa akan menjadi semakin berani. Ia akan kembali menawarkan bujukan kedua, ketiga, dan seterusnya, hingga ketika ia melihat situasi sudah kondusif untuk mendominasi, maka ia tidak lagi sekadar mengajak, tetapi mulai memerintah manusia untuk berbuat buruk.
Tingkatan Jiwa Menurut Al-Qur’an (1)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Mohammad Adlany Ph. D.
Perjalanan dalam batin dan jiwa adalah perjalanan yang sangat berharga dan indah, tetapi sebagaimana agungnya perjalanan itu, demikian pula kesulitannya. Seorang salik yang benar-benar jatuh cinta hanya dengan tarikan dan daya pikat Ilahi sajalah yang dapat mendaki ke puncak maqam yang tinggi ini.
Makna Istighfar Sejati Menurut Imam Ali as : Enam Tahapan Tobat yang Menyucikan Jiwa (1)
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- ikmalonline
Istighfar sering kita dengar, sering pula kita ucapkan. Setiap kali berbuat salah, kita spontan berkata “Astaghfirullah.” Namun, menurut pandangan Imam Ali bin Abi Thalib as dalam Nahjul Balaghah, istighfar sejati bukanlah sekadar ucapan di bibir. Ia adalah perjalanan batin yang panjang, proses spiritual yang menyucikan jiwa dari kegelapan dosa dan mengembalikan manusia pada cahaya fitrahnya.
Pidato Jumat Pertama Rasulullah saw: Seruan Abadi tentang Taqwa dan Kebenaran (2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Madinah Balaghah
Rasulullah saw mengingatkan, “Beramallah untuk masa sesudah hari ini.” Umat Islam diminta hidup dengan pandangan jauh ke depan, tidak hanya untuk dunia fana, tetapi untuk kehidupan kekal. Inilah pandangan dunia Qur’ani—bahwa setiap amal harus berorientasi pada keabadian.
Para Sahabat Nabi saw dan Keutamaan Imam Ali as(3)
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- kitab Madinah Balaghah
Semoga Allah menjadikan kita sebagai umat yang mampu merajut persaudaraan, memuliakan para sahabat dengan adil, dan menempatkan Ahlulbait Nabi saw pada kedudukan yang telah Allah dan Rasul-Nya tetapkan.
Pesan Al-Quran: Berbicaralah dengan Baik!
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- purkon hidayat
Tutur kata kita adalah cerminan kepribadian batin kita. Masyarakat yang menjunjung tinggi akhlak, rasa hormat, dan kebaikan dalam tutur katanya akan menjadi lingkungan yang aman, damai, dan manusiawi.
Tingkat-Tingkat Makrifat Manusia dalam Al-Qur’an (2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- ali za
Naik setingkat, kita temukan shalihin, Shalihin adalah orang-orang saleh yang hidupnya selaras dengan ajaran Allah. Al-Qur’an menyebut para nabi termasuk dalam golongan ini, tetapi juga membuka peluang bagi siapa pun untuk mencapainya. Kesalehan bukan sekadar ibadah ritual, melainkan juga akhlak dan kontribusi sosial.
Tingkat-Tingkat Makrifat Manusia dalam Al-Qur’an (1)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Alia za
Makrifat bukanlah sekadar pengetahuan teoretis. Semakin tinggi tingkat pengenalan seseorang kepada Allah, semakin besar pula dampaknya pada cara ia hidup. Orang beriman yang bertakwa akan menjaga lisannya, amalnya, dan hubungannya dengan sesama. Shalihin akan menebar manfaat dan kebaikan. Shiddiqin akan menjadi teladan kejujuran dan keberanian.
Kehidupan Lebih Baik dengan Prinsip Moral Al-Quran
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- purkon hidayat
Kitab suci Al-Quran memerintahkan keadilan, kebaikan, dan kemuliaan, serta melarang perbuatan maksiat, kemunkaran, dan pemusuhan, menguraikan peta jalan yang jelas untuk membangun masyarakat yang ilahi dan transenden.
Dosa Kolektif dan Kehancuran Bangsa: Seruan dari Al-Qur’an dan Ahlulbait (2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Sayyid Hasyim Ar-Rasuli AI-Mahallati
Pesan Al-Qur’an dan Ahlulbait as sangat jelas: umat yang berdosa akan dibinasakan, dan umat yang bertakwa akan diberkahi. Dunia Islam hari ini tidak sedang kekurangan sumber daya, tetapi kekurangan keberanian moral. Yang dibutuhkan bukan sekadar analisis, tapi revolusi batin yang melahirkan ketegasan sikap.
Dosa Kolektif dan Kehancuran Bangsa: Seruan dari Al-Qur’an dan Ahlulbait (1)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Sayyid Hasyim Ar-Rasuli AI-Mahallati
Pesan Al-Qur’an dan Ahlulbait as sangat jelas: umat yang berdosa akan dibinasakan, dan umat yang bertakwa akan diberkahi. Dunia Islam hari ini tidak sedang kekurangan sumber daya, tetapi kekurangan keberanian moral. Yang dibutuhkan bukan sekadar analisis, tapi revolusi batin yang melahirkan ketegasan sikap.
Kewajiban Ikut Mazhab Ahlul-Bait (as) dalam Al-Quran (1)
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- erfan.ir
"Disinilah sifat ilmu. Bertanyalah kepadaku sebelum kalian kehilanganku. Demi Allah sekiranya kalian bertanya kepadaku tentang jalan-jalan langit dan bumi, nescaya aku akan memberitahukan kalian mengenainya. Maka sesungguhnya aku lebih mengetahui jalan-jalan langit dan bumi."
Memaknai Makna Al Shamad (2)
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- icc-jakarta
Allamah Thabathabai berkata, “Makna Allah Swt disebut sebagai al-Shamad adalah bahwa segala sesuatu dalam esensi (zat), efek dan sifat bergantung kepada-Nya dan Dialah adalah ujung dan puncak segala tujuan. Asli dalam makna kata shamad adalah bermaksud atau bermaksud dengan adanya kepercayaan. Tatkala disebutkan, “sha-ma-da-hu, ya-sh-ma-da-hu, sha-ma-dan” berasal dari bab “na-sha-ra, ya-n-shu-ru” yang bermakna bahwa seseorang menginginkan seseorang atau sesuatu, sementara ia menaruh kepercayaan kepadanya.
Memaknai Makna Al Shamad (1)
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- ICC-jakarta
Terdapat banyak makna sehubungan dengan kata “sha-ma-d” dalam beberapa kamus, riwayat, dan tuturan-tuturan para ahli tafsir; karena itu pada kesempatan ini kami akan menjelaskan secara ringkas masing-masing dari tiga kategori ini, kamus, riwayat dan tafsir sebagai berikut.
Memaknai Dzikrul Lil Alamin (2)
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- icc-jakarta
Al-Qur’an telah memprediksikan pada akhir masa supaya manusia merujuk pada orang-orang yang kukuh juga dalam ilmunya (rasikhun fil ‘ilm) dan mereka dengan memanfaatkan sketsa universal al-Qur’an memikul tanggung jawab membimbing umat dan menafsirkan, menjelaskan dan mengodifikasi buku pedoman partikular yang sesuai dengan kondisi dan masa. Ijtihad memiliki peran seperti ini.[3] Karena itu, tugas para alim ini adalah menyeleraskan hal-hal yang universal, menafsirkan hukum-hukum, memanfaatkan nara sumber wahyu dan memperhatikan pelbagai perubahan kondisi dan pergantian subyek-subyek hukum.
Memaknai Dzikrul Lil Alamin (1)
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- icc=jakarta
Karena itu, nâsikh (yang menasakh) dan mansûkh (yang dinasakh) secara lahir tampak berbeda satu sama lain, namun sejatinya tidak terdapat pertentangan di antara keduanya; karena masing-masing mengandung kemaslahatan tertentu, namun pada nasikh, kemaslahatan tersebut setelah kemaslahatan yang terdapat pada mansukh.
Menjawab Kontradiksi yang pada Ayat-ayat Al-Quran Mengenai Hukum Zina? (1)
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- icc-jakarta
Hukum zina terdapat dalam berbagai ayat-ayat al-Quran, secara lahiriah hukum yang terdapat pada ayat ke 15 dan 16 surah Al-Nisa berbeda dengan hukum yang ada pada ayat ke 2 surah Al-Nur.
Terdapat berbagai pendapat mengenai bagaimana kesesuaian ayat-ayat ini, berikut kami akan mengetengahkan dua di antaranya:

