Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Umur Manusia

1 Pendapat 05.0 / 5

“Alangkah cepatnya jam demi jam dalam satu hari;

alangkah cepatnya hari demi hari dalam satu bulan;

alangkah cepatnya bulan demi bulan dalam satu tahun;

alangkah cepatnya tahun demi tahun dalam umur manusia,”

ujar Ali bin Abi Thalib kw. Umur adalah jumlah

pergantian tahun yang kita alami. Kita menghitung umur

dari jumlah pergantian tahun yang kita lewati. Karena

itu, pergantian tahun sepatutnya menjadi tonggak-

tonggak utama buat merenungkan umur.

Kualitas Umur.  Nabi Muhammad SAW mengambarkan kualitas

umur dengan sangat indah: “Pada hari kiamat dibukakan

kepada manusia pada setiap hari dari umurnya dua puluh

empat lemari (khazanah) –sebanyak bilangan jam sehari

semalam. Ada khazanah yang dipenuhi dengan cahaya dan

kebahagiaan sehingga ketika menyaksikannya orang merasa

senang dan bahagia. Sekiranya khazanah itu

diperlihatkan kepada ahli neraka, mereka tidak akan

merasakan pedihnya siksa neraka. Itulah saat-saat

ketika ia menaati perintah Tuhannya. Kemudian dibukakan

baginya khazanah yang lain. Ia melihat khazanah itu

gelap gulita, baunya menyengat dan mengerikan. Orang

yang menyaksikannya merasa ngeri dan takut. Sekiranya

khazanah itu dibagikan kepada ahli surga, hilanglah

segala kenikmatan surga itu. Itulah saat-saat ketika

orang membangkang kepada perintah Tuhannya. Kemudian

dibukakan kepadanya khazanah yang lain. Ia melihatnya

kosong. Tidak ada yang membuatnya gembira dan tidak ada

yang mebuatnya berduka cita. Itulah saat-saat ketika ia

tidur dan sibuk dengan urusan dunia yang mubah. Ketika

ia melihatnya, hatinya dipenuhi kekesalan dan

kekecewaan. Ia telah kehilangan waktunya yang dapat

diisi dengan kebajikan yang tidak terperikan. Inilah

yang disebut dalam Al-Qur’an: Itulah hari penyesalan.

(Mizan al-Hikmah, 6:540).
 
Jadi, jam demi jam yang kita lewati adalah lemari-

lemari yang lewat di depan kita. Terserah kepada kita

untuk mengisi lemari itu dengan amal saleh atau

kemaksiatan, atau kita membiarkannya lewat begitu saja.

Dengan begitu, umur adalah “assets” sekaligus

“liabilities”.
Anda bisa beruntung dan celaka  dengan umur panjang

Anda; bergantung kepada kualitasnya. Umur –seperti

artikel dalam majalah- ditentukan oleh mutunya, bukan

panjangnya. Nabi SAW
menyimpulkannya dalam dua kalimat yang indah, “Manusia

yang paling baik ialah yang panjang umurnya dan baik

amalnya. Manusia yang paling buruk ialah yang panjang

umurnya dan buruk amalnya.”
 
Umur akan dihisab. Tuhan bukan saja akan memperlihakan

kualitas umur. Dia juga akan memeriksa dengan teliti

penggunaan umur itu. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak

akan
bergeser telapak kaki manusia pada hari kiamat sebelum

ia ditanya tentang empat hal: dari umur, pada apa ia

menghabiskannya; dari kemudaannya, untuk apa ia

mempergunakannya; dari hartanya, dari mana ia

memperolehnya dan kemana ia membelanjakannya; dari

ilmunya, untuk apa ia memanfaatkannya.”
 
Pada riwayat yang lain, Nabi Muhammad SAW memanggil

manusia sebagai anak-anak umurnya. Putera empat puluh

abna al-arbai’in, menunjukkan manusia yang berumur

empat puluh tahun. Rasulullah SAW bersabda: “Putera-

puteri empat puluh tahun adalah tanaman yang sudah siap

dituai; putera-puteri lima puluh, apa yang sudah kalian

hasilkan dahulu atau belakangan; putera-puteri enam

puluh, marilah menghadapi hisab, tidak ada lagi helah

bagi kamu; putera-puteri tujuh puluh, persiapkan dirimu

menghadapi kematian.” (Mizan al-Hikmah, 6:545).

Walhasil, sebelum hari kiamat, Nabi Muhammad SAW

menganjurkan umatnya untuk memeriksa umurnya setiap

kali menyadari umurnya bertambah, setiap pergantian

tahun. Ada tonggak-tonggak umur yang sangat penting.

Tonggak pertama adalah umur empat puluh tahun. Al-

Qur’an menggambarkan perilaku orang mulia ketika sampai

pada usia empat puluh tahun: “…sehingga apabila dia

telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia

berdoa: Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri

nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan

kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal

saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku

dengan memberikan kebaikan kepada anak cucuku.

Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan

sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah

diri (QS. Al-Ahqaaf, 46:15). Mereka itulah orang-orang

yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang mereka

kerjakan dan kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka,

bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang

benar yang telah dijanjikan kepada mereka.” (QS. Al-

Ahqaaf, 46:16).
 
Berkenaan dengan orang-orang yang berumur empat puluh

tahun, Nabi SAW bersabda: “Bila
seseorang telah mencapai umur empat puluh tahun, lalu

kebaikannya tidak mengatasi kejelekannya, setan mencium

di antara kedua matanya dan berkata: ‘Inilah manusia

yang tidak beruntung.’” Dalam riwayat lain, Nabi SAW

bersabda: “Barangsiapa yang umurnya sudah melebihi

empat puluh tahun, sedangkan kebaikannya tidak lebih

banyak dari kejelekannya, hendaklah ia mempersiapkan

keberangkatannya ke neraka.” (Mizan al-Hikmah, 6:544).
 
Umur bisa Ditambah. Menurut beberapa hadis, umur bisa

ditambah dan juga bisa dikurangi. Ada beberapa

kebajikan yang dapat memperpanjang umur, seperti juga

ada beberapa kemaksiatan yang memperpendek umur. Di

antara perbuatan yang memperpanjang umur adalah

silaturrahmi, menyambungkan kekeluargaan: “Barangsiapa

yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan

usianya, hendaknya ia menyambungkan kekeluargaan”

(Hadis Muttafaqun ‘Alaih). Yang termasuk menyambungkan

kekeluargaan ialah menjaga persaudaraan, berbuat baik

kepada sahabat dan karib kerabat, memaafkan orang yang

menyakiti hati kita, menjenguk dan saling mengunjungi

untuk mempererat kasih sayang, bahkan bergaul dengan

baik untuk memelihara kasih sayang di antara anggota-

anggota keluarga. Berikut ini adalah hadis-hadis yang

berkenaan dengan hal itu: “Jika engkau ingin Allah

menambahkan umurmu, berbuat baiklah pada kedua

orangtuamu. Orang yang berbuat baik pada istri dan

anak-anaknya akan dipanjangkan usianya.” (Mizan al-

Hikmah, 6:546).
 
Berdasarkan kaidah mafhum mukhalafah, implikasi

sebaliknya, kita dapat menyimpulkan bahwa memutuskan

silaturrahmi memperpendek usia. Termasuk memutuskan

silaturrahmi adalah menelantarkan keluarga, bertengkar

dengan orang lain, lebih-lebih dengan sesama Muslim,

menyimpan kebencian dan dendam, dan berlaku kasar

kepada sesama manusia. Tanpa tunjangan hadis sekalipun,

kita mengetahui bahwa penyebab stress yang paling besar

pada masyarakat modern ialah hilangnya keakraban di

antara sesama manusia, atau kegagalan menciptakan

hubungan personal yang hangat. Dari stress bersumber

berbagai penyakit. Stress berlarut-larut mengantarkan

orang lebih cepat kepada kematian.
 
Sebaliknya, terbukti juga bahwa orang yang akrab dengan

keluarganya, keluarga yang bahagia,
mereka lebih sehat dan lebih tahan terhadap penyakit.

Berbagai penelitian membuktikan bahwa ada hubungan yang

sangat erat antara “marifal success” (keberhasilan

perkawinan) dengan kesehatan fisik dan psikologis.

Hadis mendahului penelitian ini dengan menyebutkan: Man

hasuna birruhu bi ahli baitih, zida fi umrihi (Siapa

yang baik kebajikannya pada keluarganya, akan ditambah

umurnya).
 
Bila kehangatan kekeluarga ini diperluas pada lingkup

yang lebih besar, terjadilah lingkungan masyarakat yang

sehat. Maka akan berkuranglah biaya yang dikeluarkan

masyarakat untuk kesehatan, dan akan menurun tingkat

perceraian, kenakalan remaja, konflik SARA dan

kejahatan-kejahatan lainnya. Silaturrahmi bukan saja

memperpanjang umur individu, ia juga melestarikan

“umur” masyarakat.

Betulkah umur bisa ditambah? Allah berfirman: “…Dia

menambah dalam penciptaan apa yang dikehendaki-Nya.

Sesungguhnya Allah berkuasa untuk melakukan sesuatu”

(QS. Faathir, 35:1). Adakah ketentuan yang mengatur

pertambahan umur? Al-Qur’an menyatakan: Tidaklah

seorang perempuan hamil dan tidaklah dia melahirkan

kecuali dengan pengetahuan Dia. Tidaklah dipanjangkan

umur dan tidaklah umur dikurangi, kecuali semuanya ada

dalam kitab. Sesungguhnya yang demikian itu mudah

sekali bagi Allah. (QS. Faathir, 35:11).