Asal Muasal Musibah
Bumi semakin menua. Bencana alam terus-menerus menyeruak. Kerusakan terjadi dimana-mana. Musibah silih berganti mengunjungi manusia. Belum selesai aksi tanggap atas bencana asap di Sumatera dan Kalimantan, baru-baru ini terjadi bencana lagi di Bengkulu berupa tanah longsor. Sementara di Chennai, India terjadi banjir yang telah menewaskan ratusan jiwa. Tidak terhitung bencana alam lain yang terjadi di belahan bumi lainnya.
Masalah sosial pun tidak kunjung selesai. Manusia dengan segala kekurangannya mulai mengalami keputusasaan dalam menjalani hidup. Tak jarang di antaranya rela mengakhiri hidupnya sendiri. Banyak pula di antaranya mengalami penyakit jiwa.
Mereka yang dirundung dengan himpitan ekonomi, rela melakukan apa saja demi menyambung hidup, sekalipun harus melukai dan mengambil hak orang lain.
Lalu apa yang sebenarnya terjadi?
Satu per satu mulai berteriak, memohon dan mempertanyakan dimana keadilan Tuhan atas segala cobaan yang dihadapinya.
Melalui firmanNya, Allah menjawab keluhan-keluhan.
“Allah tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui.”(QS. An-Nisa [4]: 147)
Manusia yang berteriak kembali bertanya, “Kenapa selalu kami yang terkena musibah?”
“Kebajikan apa pun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An-Nisa [4]: 79)
Lalu Allah SWT kemudian bertanya kepada mereka semua.
“Allah yang Menciptakan kamu, kemudian Memberimu rezeki, lalu Mematikanmu, kemudian Menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara mereka yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu yang demikian itu? Maha Suci Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Ar-Rum [30]: 40)
Allah SWT telah menceritakan kisah-kisah kaum terdahulu dalam Alquran yang mengalami kehancuran, karena kedurhakaan dan kesalahan mereka sendiri.
“Maka masing-masing (mereka itu) Kami Azab karena dosa-dosanya, di antara mereka ada yang Kami Timpakan kepadanya hujan batu kerikil, ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, ada yang Kami Benamkan ke dalam bumi, dan ada pula yang Kami Tenggelamkan. Allah sama sekali tidak hendak menzalimi mereka, akan tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri.” (QS. Al-Ankabut [29]: 68)
Semua musibah datang, disebabkan manusia telah mengundangnya sendiri dengan berbuat dosa-dosa. Lalu siapakah yang bisa menolong?
Allah SWT adalah Maha Penyayang. Dia tidak akan mendatangkan siksa dan bencana kepada hamba-hamba yang dicintaiNya. Bukankah kita telah mengetahui bahwa cinta Allah kepada hambaNya melebihi cinta seorang ibu kepada anaknya. Segala musibah dan kesulitan hidup adalah akibat dari dosa manusia. Allah telah memberi peringatan dalam firmanNya:
“Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah Menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum [30]: 41)
Semakin banyak kesalahan yang dilakukan manusia, semakin dekatlah manusia dengan bencana dan musibah. Allah SWT tidak henti-hentinya memberikan peringatan kepada umat manusia bahwa bencana yang hadir merupakan akibat dari kejahatan manusia sendiri. Manusialah yang telah berbuat zalim pada dirinya sendiri dengan berbuat dosa dan tidak menjaga lingkungannya sendiri.
“Allah tidak menzalimi mereka, tetapi mereka yang menzalimi diri sendiri.” (QS. Ali Imran [3]: 117)
Dalam sebuah doa yang diajarkan oleh Ali bin Abi Thalib, sebuah lantunan doa yang indah. Sebuah doa sebagai bentuk pengakuan diri seorang manusia bahwa setiap musibah yang terjadi akibat dari kesalahan yang telah dilakukan sebelumnya. Pengakuan ini sekaligus dapat menjadi bentuk permohonan kepadaNya, semoga Allah SWT mengampuni setiap kesalahan-kesalahan yang akan membawa kita dalam kesulitan.
“Ya Allah, ampuni dosaku yang mendatangkan bencana.”