Seri tafsir Ayat Kursi (2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- ust. muhamad bin alwi
- Sumber:
- khazanahalquran
2. (لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ) Tidak ada tuhan selain Dia.
Inilah kalimat tauhid. Sebuah kalimat yang
diserukan oleh seluruh nabi. Kalimat yang
telah tertulis dan tertanam pada diri setiap
manusia.
Kata tuhan (إِلَـهَ) didalam Al-Qur’an bersifat
mutlak. Yaitu Tuhan yang sebenarnya dan
tuhan-tuhan palsu yang disembah oleh manusia.
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتَوْاْ عَلَى قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلَى أَصْنَامٍ لَّهُمْ قَالُواْ يَا
مُوسَى اجْعَل لَّنَا إِلَـهاً كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ
Dan Kami Selamatkan Bani Israil menyeberangi
laut itu (bagian utara dari Laut Merah).
Ketika mereka sampai kepada suatu kaum yang
tetap menyembah berhala, mereka (Bani Israil)
berkata, “Wahai Musa! Buatlah untuk kami
sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka
mempunyai beberapa tuhan (berhala).” (Musa)
menjawab, “Sungguh, kamu orang-orang yang
bodoh.” (QS.al-A’raf:238)
Dalam kalimat tidak ada tuhan selain Dia
bukan bertujuan untuk mengatakan bahwa tuhan
itu tidak ada, baru kemudian menjelaskan
Adanya Allah. Al-Qur’an tidak ingin hanya
menjelaskan bahwa Allah itu Ada. Karena
segala sesuatu disekeliling kita telah
membuktikan Keberadaan-Nya.
Bahkan para nabi pun diutus bukan untuk
menyampaikan Keberadaan Allah tapi untuk
memberi tahu bahwa Allah itu Esa. Bukankan
Allah Berfirman,
قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي اللّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ
Rasul-rasul mereka berkata, “Apakah ada
keraguan terhadap Allah, Pencipta langit dan
bumi?” (QS.Ibrahim:10)
Keberadaan Allah sebenarnya telah diyakini
oleh setiap manusia. Buktinya, orang-orang
yang menyembah berhala pun tidak meyakini
bahwa berhala itu yang menciptakan segalanya.
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
Dan jika engkau bertanya kepada mereka,
“Siapakah yang menciptakan langit dan bumi
dan menundukkan matahari dan bulan?” Pasti
mereka akan menjawab, “Allah.” Maka mengapa
mereka bisa dipalingkan (dari kebenaran).
(QS.al-Ankabut:41)
Kaum musyrik Mekah pun beralasan bahwa mereka
menyembah berhala untuk mendekatkan diri
kepada Allah,
مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى
“Kami tidak menyembah mereka melainkan
(berharap) agar mereka mendekatkan kami
kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.”
(QS.az-Zumar:3)
Bahkan Fir’aun pun tidak pernah mengaku
sebagai pencipta. Ia hanya mengaku sebagai
tuhan yang mengatur segalanya,
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرِي
Dan Fir‘aun berkata. “Wahai para pembesar
kaumku! Aku tidak mengetahui ada Tuhan bagi
kalian selain aku.” (QS.al-Qashas:38)
فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى
(Fir’aun) berkata, “Akulah tuhanmu yang
paling tinggi.” (QS.an-Nazi’at:24)
Manusia akan mengenal Allah dengan
sendirinya. Dikisahkan bahwa ada seorang arab
yang hidup di tengah padang pasir, sehari-
hari ia hanya hidup dengan onta. Kehidupannya
masih sangat primitif. Suatu hari, ia pernah
ditanya bagaimana ia bisa mengenal Allah. Ia
pun menjawab dengan jawaban yang singkat,
“Kotoran onta mengisyaratkan adanya onta”
Seluruh alam yang luar biasa ini
mengisyaratkan adanya pencipta. Maka kalimat
tauhid itu bukan untuk menjelaskan Keberadaan
Allah tapi mengajak kita untuk membuang semua
sesembahan, karena hanya Dia lah yang layak
untuk disembah.
Kalimat ini ingin mengajarkan kebebasan
mutlak agar jangan ada yang tunduk dan takut
kepada makhluk. Tunduklah hanya kepada Sang
Pencipta.
Dan kalimat ini tidak hanya menjelaskan bahwa
tiada tuhan selain Allah. Tapi juga
menjelaskan bahwa tiada yang layak disembah,
tiada yang layak diikuti, tiada yang layak
dimintai pertolongan kecuali Allah swt.
Ayat kursi menjadi agung karena didahului
oleh kalimat tauhid. Dan kata (هُوَ)
mengisyaratkan bahwa tidak ada yang bisa
menjangkau Dzat Allah swt. Kita hanya bisa
mengenalnya melalui sifat-sifat-Nya saja.