Imam Ali as
Muamalah Imam Ali dengan Tuhannya
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- HPI.org
Imam Ali as berkata dalam penggalan khutbahnya, “Para ahli takwa adalah orang-orang yang sabar dalam menjalani kehidupan dunia yang singkat ini demi mendapatkan ketenangan abadi. Ini merupakan sebuah tijarah (perdagangan) yang sangat menguntungkan yang telah disiapkan oleh Allah bagi mereka”
Imam Ali, Pemimpin Adil
- Dipublikasi pada
Imam Ali bin Abi Thalib as dikenal sebagai pemimpin yang adil. Beliau sangat peka terhadap keadilan dan mengedepankan persamaan hak di antara masyarakat. Dalam sebuah suratnya kepada salah seorang gubernurnya, Imam Ali as menulis, “Perlakukanlah rakyat dengan rendah hati, muka manis dan lemah lembut.
GELAR AMIRUL-MU’MININ KHUSUS UNTUK IMAM ALI BIN ABI THALIB*
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- M.M. Haider Imad Al-Ramahi
Imam Ali bin Abi Thalib (as) memiliki banyak gelar: Amirul-Mu’minin, al-Washi, al-Wali, al-Murtadha, Sayyidul-Arab, Sayyidul-Muslimin, Aqdha al-Ummah, Ya’sub al-Din, Ya’sub al-Mu’minin, Qaid al-Ghur al- Muhajjalin, Imam al-Muttaqin, ‘Amud al-din, Rayatul-huda. Babul-huda dan sebagainya.
RISIKO MENYEBUT ALI
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- ust. muhsin labib
"Aku heran dengan yang terjadi pada Ali bin Thalib ! Meskipun punya puluhan ribu saksi, dia tak mendapatkan haknya, padahal seseorang hanya perlu dua saksi untuk mengklaim haknya." ~Imam Al Shadiq AS, mengenang peristiwa Ghadir Khum ~
Pidato Imam Ali
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- M. Baqir
Sungguh Allah Swt telah menurunkan Kitab yang memberi petunjuk dan menjelaskan antara yang baik dan yang buruk. Maka ambillah jalan kebaikan, niscaya engkau beroleh petunjuk yang benar. Menyimpanglah dari arah kejahatan, niscaya engkau tetap terhindar dari akibat buruknya. Perhatikan sungguh-sungguh dan laksanakan semua yang difardukan, pasti engkau diantarkan menuju surga!
GHADIR BUKAN SOAL ALI
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- ust. muhsin labib
"Wahai Rasul.! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan risalahNya." (QS. Al-Maidah: 67).
TRAKTAT HAJI TERAKHIR
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- muhsinlabib
Kemudian, Nabi Saw bersabda, “Tuhan adalah waliku dan aku adalah penjaga orang-orang yang beriman dan aku lebih pantas untuk perwalian kalian daripada kalian untuk diri kalian sendiri. Karena itu, siapa pun yang mengimaniku sebagai wali, maka Ali adalah walinya.” Nabi Saw mengulang kalimat ini tiga kali dan berkata, “Ya Tuhan, jadilah wali bagi yang mengimani Ali sebagai wali dan jadilah musuh bagi orang-orang yang memusuhinya. Bantulah siapa pun yang membantunya dan tinggalkanlah orang yang meninggalkannya.”
GELAR AMIRUL-MU’MININ KHUSUS UNTUK IMAM ALI BIN ABI THALIB
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- icc-jakarta
Imam Ali bin Abi Thalib (as) memiliki banyak gelar: Amirul-Mu’minin, al-Washi, al-Wali, al-Murtadha, Sayyidul-Arab, Sayyidul-Muslimin, Aqdha al-Ummah, Ya’sub al-Din, Ya’sub al-Mu’minin, Qaid al-Ghur al- Muhajjalin, Imam al-Muttaqin, ‘Amud al-din, Rayatul-huda.
Rasulullah Mendaulat Imam Ali
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Prof. Nashir Makarim Syirazi
Kaum Muslim Syiah meyakini bahwa Nabi Muhammad saw, atas perintah Allah Swt, telah menunjuk Imam Ali as sebagai khalifah sesudahnya. Beliau melakukan itu berkali-kali dan dalam berbagai kesempatan berbeda. Di Ghadir Khum, dekat dengan Juhfah, misalnya, Rasulullah saw membacakan khutbahnya yang sangat popular di depan para sahabatnya, sepulangnya dari menunaikan Haji Wada.
Rasulullah Kenalkan Imam Ali Penggantinya
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Allamah Ibrahim Amini
Lalu Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang menjadikanku sebagai maula (yang berkuasa terhadap dirinya), maka Ali juga maulanya, Allah penolong setiap orang yang mencintai Ali dan cintailah Ali dan musuhilah siapa saja yang memusuhinya.”
Penjelasan Makna Kata “Wali” atau “Maula” dalam Peristiwa Ghadir Khum (2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Annisa Eka Nurfitria, Lc
Di sisi lain, kata “Maula” juga memiliki makna yang penting dalam peristiwa Ghadir Khum. Kata ini dapat diterjemahkan sebagai “wali”, “pemimpin”, atau “penolong”, namun memiliki dimensi yang lebih luas. Dalam konteks peristiwa Ghadir Khum, penggunaan kata “Maula” oleh Nabi Muhammad SAW untuk merujuk kepada Imam Ali menyoroti hubungan dekat dan khusus antara keduanya.
Seperti Ini Rumi Menggambarkan Keindahan Sosok Imam Ali (2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- ust. Heri
Kutipan Jalaluddin Rumi, terkait Imam Ali bin Abi Thalib as, di dalam kitabnya Divan-e Shams, kebanyakan merupakan isyarat-isyarat yang bersumber dari kekuatan Ilahi, dan figur berpengaruh Imam Ali, sebagai sosok yang selalu berkorban untuk Nabi Muhammad SAW.
Seperti Ini Rumi Menggambarkan Keindahan Sosok Imam Ali (1)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- ust Heri
Kutipan Jalaluddin Rumi, terkait Imam Ali bin Abi Thalib as, di dalam kitabnya Divan-e Shams, kebanyakan merupakan isyarat-isyarat yang bersumber dari kekuatan Ilahi, dan figur berpengaruh Imam Ali, sebagai sosok yang selalu berkorban untuk Nabi Muhammad SAW.
Imam Ali as & Tafsir Akal Perempuan dalam Nahjul Balagah(2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Euis Daryati, MA
Namun, masih ada pendapat lain tentang hadis ini. Di antaranya mengatakan bahwa akal manusia dilihat dari fungsinya terbagi atas dua; ‘akal teoritis’ yang berfungsi sebagai sumber proses berpikir dan berargumen. Dan, ‘akal praktis’ yang dengannya manusia dapat menerima setiap konsep sehingga dapat diaplikasikan dalam perilaku.
Imam Ali as & Tafsir Akal Perempuan dalam Nahjul Balagah(1)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Euis Daryati, MA
Terdapat ucapan Imam Ali as yang secara kasat mata oleh para pembela perempuan dianggap merendahkan perempuan. Ucapan tersebut dinukil dalam Nahjul Balagah yang dalam keterangannya disebutkan bahwa ucapan tersebut disampaikan setelah Perang Jamal, perang Imam Ali Bersama pasukan yang dipimpin oleh Ummul Mukminin Aisyah yang menunggangi onta.
Imam Ali Setelah Ditebas Pedang
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- Irib Indonesia
Sebuah riwayat yang indah maktub dalam buku Nahjul Balaghah. Dikatakan bahwa Imam Ali as setelah diserang oleh Ibnu Muljam yang dikutuk, menasihati anak-anaknya, Imam Hasan as dan Imam Husein as, “Aku mewasiatkan kepada kalian berdua dan semua anak, istri, dan kepada siapa yang sampai pesanku ini agar bertakwa kepada Allah dan disiplin dalam urusan kalian.”
Pemerintahan Islam Menurut Surat Imam Ali kepada Malik Ashtar Nakhai
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- icc-jakarta
Pengaturan pemerintahan Islam tidak hanya memperhatikan aspek politik semata, tetapi juga memberikan perhatian yang besar terhadap dimensi moral, sosial, dan politik. Dalam suratnya kepada Malik Ashtar Nakhai, seorang gubernur Mesir pada masa itu, Imam Ali bin Abi Thalib memberikan nasihat yang luar biasa pentingnya yang mencerminkan ciri-ciri utama dari pemerintahan Islam, hak-hak warga negara, serta hubungan yang harus dijaga antara pemerintah dan rakyatnya.
Mengenang Kesyahidan Imam Ali bin Abi Thalib: Teladan Kehidupan dan Pengabdian
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- icc jakarta
Pada tanggal 19 Ramadan 40 H, umat Islam berduka atas kepergian salah satu tokoh terbesar dalam sejarah Islam, Imam Ali bin Abi Thalib. Kepergian beliau bukan hanya meninggalkan kesedihan mendalam, tetapi juga meninggalkan warisan nilai-nilai luhur dan pengabdian yang patut untuk dijadikan teladan.
21 Ramadan: Syahid Imam Ali as.
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- Rasul Jakfarian
Pada tanggal 19 Ramadan 40 H, di saat fajar menjelang, Imam Ali a.s. dilukai oleh lelaki paling gelap hatinya di dunia bernama Abdurrahman bin Muljam Muradi yang akhirnya mengatarkan beliau pada kesyahidan pada tiga hari kemudian yaitu pada tanggal 21 Ramadan 40 H. Abdurrahman membubuhi pedangnya dengan racun lalu menyerang kepala Imam Ali. Berdasarkan riwayat, pada malam pembunuhan itu, lbnu Muljam ada di rumah Asy’ats bin Qais. (Maqtal al-Imam Amir al-Mu’minin, hal.36)
Sebelum Imam Ali Gugur Syahid
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Sayyid Mahdi Ayatullahi
Di hari ke-19 Bulan Ramadhan yang diberkahi tahun ke-40 Hijriah, Ibnu Muljam menjalankan aksi kejahatannya. Imam Ali as melaksanakan salat Subuh bersama orang-orang beriman di Masjid Kufah, dan Ibnu Muljam menyelinap secara sembunyi-sembunyi. Selanjutnya ia mendekati Imam Ali as yang sedang sujud.