Fathimah az Zahra as
Sayyidah Fathimah as sebagai Model Manajemen Krisis Modern (1)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Euis Daryati,MA
Di tengah kompleksitas kehidupan modern mulai dari tekanan mental, kerentanan keluarga, goyahnya nilai moral, hingga krisis ekonomi dan kemanusiaan manusia membutuhkan figur teladan yang bukan hanya memiliki kesempurnaan spiritual, tetapi juga relevan secara praktis dalam menghadapi tantangan. Dalam konteks ini, Sayyidah Fathimah az-Zahra as adalah figur yang sangat layak dijadikan model manajemen krisis modern. Meskipun beliau hidup di abad ketujuh, pola hidup, sikap mental, serta kecerdasan sosialnya menunjukkan prinsip-prinsip yang sangat selaras dengan pendekatan psikologi, manajemen keluarga, pendidikan generasi, dan strategi sosial kontemporer. Dengan mengamati perjalanan hidupnya, kita dapat menemukan panduan yang utuh tentang bagaimana menghadapi guncangan zaman dengan keteguhan hati, kejernihan jiwa, dan ketangguhan moral.
Wasiat Terakhir Sayyidah Zahra sa: Tentang Masa Depan
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ali Syariati
Sayidah Fatimah memandang langit-langit rumah yang ia cintai — rumah kecil yang menjadi saksi kasih, perjuangan, dan luka.
“Ali, setelah aku tidak ada… jangan tinggalkan jalan ayahku. Jangan tinggalkan orang-orang lemah yang membutuhkanmu. Jangan biarkan kekuasaan membuatmu diam.”
Tangannya meraih tangan Ali.
Wasiat Ketiga Sayyidah Zahra sa: Tentang Dirinya
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ali Syariati
Fatimah menutup mata sebentar, seakan berbicara kepada dirinya sendiri. Ketika ia membukanya kembali, sorot matanya tenang.
“Ali… aku ingin sesuatu darimu, tapi mungkin inilah bagian tersulit.”
Wasiat Kedua Sayyidah Zahra sa: Tentang Zainab
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ali Syariati
Fatimah menatap putrinya yang berdiri dekat pintu. Senyum kecil muncul di bibirnya.
“Ali… Zainab adalah bagian dari jiwaku.”
Air mata Zainab pecah untuk pertama kalinya.
“Tolong, jangan biarkan dia hidup tanpa tujuan. Ajarkan dia untuk berdiri ketika dunia runtuh. Ajarkan dia untuk menjadi suara ketika semua suara dibungkam.”
Wasiat Pertama Sayyidah Zahra sa: Tentang Anak-Anak
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ali Syariati
Sayidah Fatimah menarik napas, seperti memanggil kekuatan terakhir dari langit.
“Ali… jagalah Hasan dan Husain. Mereka bukan sekadar anak kita. Mereka adalah cahaya Nabi, amanah terakhir yang beliau titipkan kepadaku.”
Wasiat Paling Pedih dari Putri Rasulullah dalam Narasi Ali Syariati (2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ali Syariati
Sayidah Fatimah membuka mata. “Ali,” panggilnya pelan. Suaranya serupa bisikan daun yang hendak rontok.
Imam Ali mendekat.
“Ya, wahai sayidati.”
“Aku tidak ingin anak-anak mendekat dulu,” katanya lembut.
“Ada hal yang ingin kusampaikan kepadamu—bukan tentang luka, bukan tentang diriku. Tapi tentang jalan setelah aku tiada.”
Wasiat Paling Pedih dari Putri Rasulullah dalam Narasi Ali Syariati (1)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ali Syariati
Sayidah Fatimah tidak pergi dengan ratapan.
Tidak pergi dengan kemarahan.
Ia pergi dengan kesadaran sejarah, meninggalkan pesan yang hingga kini tetap menyala:
Bahwa kebenaran harus dijaga, anak-anak harus dididik dengan nilai, dan ketidakadilan harus dilawan — bahkan dengan kepergian yang sunyi.
Kedudukan Pengetahuan Putri Nabi Muhammad Saw
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Soleh lapadi
- Seorang mukmin tidak mengganggu tetangganya.
- Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam.
- Allah mencintai orang yang sabar, berbuat baik, dan menjaga kehormatan.
- Malu adalah bagian dari iman, dan iman tempatnya di surga.
Fatimah Menjaga Cahaya di Hati
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Sayyid Ali Khamenei
Sayyid Ali Khamenei menutup pesannya dengan seruan lembut namun dalam: syukurilah nikmat ini. Syukur karena kita mengenal Zahra, karena kita menaruh cinta kepadanya, karena kita menjadikan hidupnya sebagai pedoman dalam kegelapan zaman.
Fatimah, Teladan Bagi Seluruh Umat
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Sayyid Ali Khamenei
Dalam pandangan Sayyid Ali Khamenei, Sayidah Zahra adalah teladan bagi semua manusia—bukan hanya bagi perempuan. Beliau berkata: “Kita terlalu kecil untuk menggambarkan kedudukan beliau. Namun dari perilakunya, kita bisa belajar bagaimana menjadi manusia sejati. Dalam Al-Qur’an, Allah menyebut dua perempuan sebagai teladan bagi seluruh orang beriman—istri Firaun dan Maryam binti Imran. Maka Fatimah Zahra sa adalah Siddiqat al-Kubra di antara para siddiqin dan siddiqat.”
Cinta yang Menuntun
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Sayyid Ali Khamenei
“Cinta kepada Fatimah Zahra, Siddiqah al-Kubra, adalah karunia agung bagi kita. Segala puji bagi Allah yang memperkenalkan kita kepadanya, yang menjadikan kita bersandar pada kasih sayangnya dan menjadikan kita mencintainya.”
Fatimah,Cahaya yang Tak Terlukiskan
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Sayyid Ali Khamenei
“Tidak ada kata yang dapat melukiskan beliau. Dimensi keberadaannya yang luhur dan jiwanya yang suci melampaui batas pemahaman manusia. Beliau adalah inti pancaran kenabian dan wilayah, pancaran cahaya yang menakjubkan.”
Fatimah Zahra sa adalah Mukjizat Islam
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Sayyid Ali Khamenei
Ada saat-saat ketika kata-kata kehilangan maknanya. Setiap upaya untuk menggambarkan kemuliaan seseorang terasa terlalu kecil, terlalu terbatas. Begitulah ketika lidah mencoba menyebut nama Sayyidah Fatimah Zahra sa. Dalam pandangan Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, beliau bukan sekadar putri Rasulullah, bukan pula hanya seorang ibu bagi para Imam suci. Sayyidah Fatimah Zahraadalah samudra kebijaksanaan, kesucian, dan kedalaman spiritual yang tak bertepi.
Kautsar dan Abtar: Dua Jalan Sejarah
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ustadz Abdullah Assegaf
Kisah ‘Ash bin Wā’il dan Surah al-Kautsar bukan sekadar peristiwa historis. Ia adalah pembeda abadi antara dua jalan: jalan kebaikan yang terus mengalir, dan jalan kebencian yang terputus.
Fatimah: Hadiah Ilahi bagi Rasulullah
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ustadz Abdullah Assegaf
Fatimah az-Zahra sa adalah jawaban Ilahi atas ejekan dan luka yang ditorehkan kaum musyrik. Ia bukan hanya seorang anak perempuan yang lahir dari Khadijah al-Kubra, tetapi peneguh risalah yang diwariskan melalui darah dan cahaya.
Sayyidah Fatimah sa, Penjelmaan Kautsar dan Kemuliaan Nabi Muhammad saw
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ustadz Abdullah Assegaf
Pada suatu hari di Mekah, ketika matahari menebarkan panasnya di atas pasir tandus, seorang lelaki bernama ‘Ash bin Wā’il berjalan melewati salah satu jalan utama. Di sana, ia berpapasan dengan seorang lelaki yang wajahnya bersinar penuh ketenangan — Muhammad bin ‘Abdullah ﷺ, sang Nabi akhir zaman.
Penghulu Wanita Sepanjang Masa: Sayyidah Fatimah Az-Zahra (2)
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- HPIIRAN
Iman yang Tak Tergoyahkan: Fatimah Az-Zahra menunjukkan iman yang luar biasa. Beliau meyakini bahwa segala sesuatu berada dalam pengawasan Allah SWT. Iman adalah kunci utama, sebagaimana firman Allah: “Jika kamu menolong agama Allah, maka Dia akan menolongmu.” (QS. Muhammad: 7). Dalam perjuangan, iman menjadi dasar kemenangan.
Penghulu Wanita Sepanjang Masa: Sayyidah Fatimah Az-Zahra (1)
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- HPIIRAN
Rasulullah SAW pernah bersabda: “Wahai Fatimah, barang siapa yang bershalawat kepadamu, Allah akan mengampuninya.” Fatimah Az-Zahra bukanlah sekadar putri Rasulullah SAW, tetapi beliau adalah sosok insan kamil yang menjadi panutan bagi umat manusia, baik laki-laki maupun perempuan.
Fatimah adalah pencipta sejarah
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ali Syariati
Syariati melihat keterhubungan langsung antara Fatimah dan gerak sejarah yang akhirnya memuncak di Karbala. Baginya, Fatimah adalah awal dari garis kesyahidan yang ditutup oleh Husain. Apa yang diperjuangkan Fatimah dalam rumah kecil itu ditumpahkan Husain di padang Karbala dengan darah.
Sayyidah Fatimah dan Kesyahidan yang Tidak Berdarah
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ali Syariati
Ali Syariati membedakan dua jenis kesyahidan:
1. Syahadah dalam perang – kematian dalam medan fisik.
2. Syahadah dalam kehidupan – ketika seseorang hidup dalam penderitaan demi mempertahankan kebenaran.

