Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Maulid Nabi saw. Perayaan Seremonial Semata?

1 Pendapat 05.0 / 5

Bulan Rabiul Awal ULTAH siapa ya? Memperingati atau merayakan hari kelahiran orang yang kita cintai adalah hal yang sangat wajar dan bisa dimaklumi. Adik-adik di rumah juga sering merayakan hari ULTAH atau mendapat undangan acara ULTAH dari kawan-kawan, bukan?

Bulan Rabiul Awal ini seluruh umat Islam sedunia merayakan hari kelahiran manusia paling istimewa. Siapakah beliau?

Beliau adalah Nabi kita tercinta Muhammad Al-Mustafa saw. yang telah mengorbankan segalanya untuk menyelamatkan kita.

Secara insani bisa kita katakan wajib hukumnya bagi kita untuk memperingati dan merayakan hari kelahiran beliau sebagai tanda terima kasih kita atas seluruh jasa-jasa dan pengorbanan yang telah beliau lakukan. Tentunya masih banyak alasan-alasan lainnya. Adik-adik penasaran? Yuk baca baik-baik tulisan di bawah ini:

Peringatan dan perayaan maulid Nabi saw. memiliki beberapa nilai dan makna, antara lain:

Pertama, nilai spiritual

Setiap muslim dan muslimah akan mampu menumbuhkan dan menambah rasa cinta pada Beliau saw. dengan memperingati maulid. Luapan kegembiraan terhadap kelahiran Nabi saw. merupakan bentuk cerminan rasa cinta dan penghormatan kita terhadap Nabi pembawa rahmat bagi seluruh alam sebagaimana disebutkan dalam Surah Yunus, ayat 58.

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

“Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.””

Karena figur teladan ini diutus untuk membawa rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Anbiya’, ayat 107:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”

Dengan memperingati maulid, secara otomatis kita akan ingat dengan perintah Allah swt untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad saw.

Allah swt dan malaikat pun telah memberi contoh kepada kita dengan selalu bershalawat kepada Nabi saw. yang dapat kit abaca dalam Surah Al-Ahzab, ayat 56:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepada Nabi dan tunduk berserah dirilah kalian kepadanya.”

Selain itu, peringatan maulid juga merupakan sebuah bukti ketaatan kepada Allah swt. Karena ketaatan pada Allah swt mustahil terwujud tanpa mencintai dan mengikuti Nabi saw. Dengan mengikuti Nabi saw. pahala besar menanti kita, yaitu dicintai dan diampuni dosa-dosa kita oleh Allah swt:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi (mencintai) dan mengampuni dosa-dosa kalian.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Surat Ali ‘Imran, ayat 31.

Kedua, nilai moral

Nilai moral dapat dipetik dengan menyimak akhlak terpuji dalam kisah teladan Nabi Muhammad saw. Mempraktikan sifat-sifat terpuji Nabi saw. adalah salah satu tujuan dari  diadakannnya maulid.

Dalam peringatan maulid Nabi saw., kita bisa mendengarkan nasehat dan pengarahan dari ulama agar kita selalu berada dalam tuntunan dan bimbingan agama serta menteladani Nabi saw.

Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa seseorang datang dan bertanya kepada Aisyah, “Gambarkanlah kepadaku tentang akhlak Nabi saw.”

Aisyah menjawab, “Apakah engkau membaca Alquran? Allah swt berfirman: “وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ” (Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.)”

“Akhlak Muhammad adalah Alquran (seutuhnya),” lanjut Aisyah.

Ketiga, nilai sosial

Memuliakan dan memberikan jamuan makanan kepada para tamu terutama dari golongan fakir miskin yang menghadiri majlis maulid sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah swt dan cinta kita kepada Nabi saw. Memberikan makanan kepada fakir, miskin, dan anak yatim (salah satunya dalam acara maulid Nabi saw.) sangat dianjurkan oleh agama, karena memiliki nilai sosial yang tinggi. Allah swt dalam Surat Al-Insan, ayat 7 – 8 berikut ini:

يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا * وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا

“Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. * Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.”

Keempat, nilai persatuan

Dengan berkumpul bersama dalam rangka merayakan maulid dan bershalawat  maupun berdzikir maka persatuan umat Islam akan semakin kuat. Hal ini telah ditunjukkan dan dilakukan oleh Imam Khomeini di Republik Islam Iran. Imam Khomeini memanfaatkan hari kelahiran Nabi saw. sebagai hari untuk persatuan umat Islam sedunia. Terdapat perbedaan pendapat dalam kelahiran Sang Nabi umat: 12 Rabiul Awal menurut Ahlu Sunnah dan 17 Rabiul Awal menurut Ahlul Bait.

Imam Khomeini mampu memanfaatkan hari kelahiran Nabi saw. menjadi hari persatuan umat Islam dari seluruh penjuru dunia dan berbagai madzhab dan golongan yang ada dalam Islam. Baca juga: Maulid Nabi dan Persatuan Umat Islam