Motivasi Iman(1)
Di antara semua kecenderungan yang ada pada diri manusia, yang terkuat adalah kecenderungan di tangan iman kepada Allah. Seorang mukmin yang berbuat karena Allah dan hatinya tenang dengan mengingat-Nya, tak terpengaruh oleh semua rayuan dan godaan di dalam dirinya.
Ia bertransaksi dengan Allah dan -karena itu- tidak mengharap terimakasih dari orang lain. Tidak membalas orang yang punya sikap tak bersahabat kepadanya, dan tidak mengurangi sikap seperti biasanya. Karena urusan dia dalam berbuat adalah ukhrawi, yakni dengan surga. Karena itu ia tak merasa merugi. Para nabi sebagaimana diceritakan dalam Alquran mengatakan kepada kaum-kaum mereka; Kami tidak menginginkan upah dari kalian. Upah kami urusan Allah.”
Seseorang berpaling pada satu di antara sifat-sifat Allah menguatkan suatu kecenderungan dalam dirinya. Misalnya, percaya pada rahmat Allah membawa spirit dan kecenderungan mengasihi orang lain. Percaya pada kuasa Allah membawa keberanian dan tidak merasa sendirian, dan menguatkan kecenderungan menghadapi musuh dalam dirinya. Alquran menyeru:
وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَ أَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنينَ
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS: Al Imran 139)
Motivasi Iman
Orang beriman itu mengenal Allah, dan meyakini bahwa setiap kebaikan membawa catatan amal, pahala dan keridhaan Allah. Oleh karena itu:
1-Bila ia marah, mengatakan kepada dirinya bahwa Allah ridha dalam menahan dan meredam kemarahan. Sedangkan bertindak emosional adalah untuk melampiaskan amarah dirinya. Jadi, agar diridhai Allah ia berpaling dari dan meredam- emosinya.
2-Saat melihat orang lemah, ia katakan kepada dirinya bahwa orang itu adalah hamba Allah, dan materi yang ia punya adalah karunia dan amanat dari Allah. Maka ia memberi orang itu. Saat melihat kaum tertindas ia berkata pada dirinya bahwa semua manusia adalah setara di hadapan Allah, dan ia harus membela hak-hak manusia.
3-Saat melihat suatu kerusakan di tengah masyarakat, ia menjadi resah oleh murka Tuhan, dan karena itu ia bangkit dengan lisan dan kemampuannya di dalam mencegah kerusakan itu.
4-Ketika menghadapi suatu ancaman, ia berkata pada dirinya bahwa ridha Allah lebih utama dan murka-Nya lebih berat dari semua ancaman. Karena itu ia tidak menyerah pada ancaman.
5-Saat melihat fenomena kemaksiatan, ia merasa malu karena Allah selalu hadir dan Maha melihat.
6-Bila memegang harta benda milik orang lain, ia tidak berlaku khianat karena baginya Allah selalu hadir. Ia menyadari bahwa konsekuensi setiap keutamaan dan kesempurnaan menanggung kesulitan di dunia. Dengan keimanan, seseorang mampu menghadapinya.
Sedangkan orang-orang tak beriman difaktori oleh mengikuti secara buta, atau propaganda atau ancaman temporal, takkan konsisten dalam pengorbanan dan pengabdian. Sebab, tindakan-tindakan yang tak berakar keimanan, seperti bangunan di ambang keruntuhan dan tak berpondasi. أَمْ مَنْ أَسَّسَ بُنْيانَهُ عَلى شَفا جُرُفٍ هارٍ ; “ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh..” (QS: at-Taubah 109)
Dampak Iman
Kesimpulannya, hal menyadari bahwa semua tindakan seseorang dalam pengawasan, tak satu amal pun menjadi lenyap. Apa yang ia usahakan dengan ketulusan, sekalipun berupa niat yang baik dan ide yang positif, dihargai oleh Allah dengan pahala dan keridhaan-Nya.
Hal menyadari penghambaan diri kepada Tuhan, takkan tunduk pada kekuatan dan kedudukan apapun selain Dia. Seseorang yang demikian memandang semua manusia sama dengan dirinya sebagai hamba-hamba Allah. Tidak menghina diri di hadapan semua bentuk kekuatan dan tidak menyombongkan diri terhadap orang lain.
Tawakal, berlindung, berharap dan bermunajat kepada Allah dan yakin pada kekuatan dan pengetahuan-Nya yang tanpa batas, semua ini merupakan dampak-dampak iman. Bahwa, Allah menyayangi; menyelesaikan segala problem yang dihadapi hamba-Nya; menghargai kebaikan dan menutupi keburukan. Keimanan ini membawa spirit dan kecenderungan -yang kuat dan positif- dalam diri manusia. Tak ada satu faktor pun yang dapat menandingi faktor keimanan.
Allah swt berkata kepada nabi Nuh as, Buatlah bahtera dalam penglihatan-Ku, yakni bahwa Allah melihat apapun yang ia perbuat. Kepada Musa dan Harun (as) berkata, Datang (dan hadapi)lah Firaun!, bahwa Allah melihat kalian dan mendengar perkataan kalian.
Referensi:
Angizeh/Ayatullah Syaikh Muhsin Qaraati