Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Peran Penting Orangtua Bagi Bayi

1 Pendapat 05.0 / 5

Ketika anak lahir ke dunia ini, ia begitu lembut. Ia memiliki akal namun belum bisa bepikir. Ia melihat dengan matanya, namun belum mampu mengenali objek yang terdapat di sekitarnya. Ia tak memiliki kemampuan untuk mengenali warna dan rupa. Ia juga belum mengetahui jarak. Ia mendengar suara, namun belum mampu memahaminya. Demikian pula dengan indranya yang lain.

Namun demikian, anak memiliki kemampuan untuk menggunakan indra-indranya itu, melalui kejadian yang dialaminya.

Allah swt berfirman, “ Dan Allah mengeluarkan kamu dari rahim ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur” (Q.S an-Nahl:78).

Aktivitas utama bayi adalah makan, tidur, memukul-mukulkan anggota badannya, menangis dan kencing. Selama beberapa minggu, bayi hanya melakukan itu. Meskipun aktivitas tersebut sedikit dan sederhana, namun ia membangun hubungan dengan anggota keluarga lainnya. Ia bereksperimen, membentuk kebiasaan, serta memperoleh pengetahuan tentang dirinya dan hal-hal yang terdapat di sekelilingnya. Itu merupakan kontak pengalaman yang akan membentuk moral (akhlak) seseorang di masa mendatang.

Imam Ali as berkata, “ Seiring dengan berlalunya waktu, misteri-misteri pun terungkap”

Anak adalah individu sosial yang lemah. Tanpa pertolongan oranglain, ia tak akan hidup dan memperoleh makan. Bila oranglain tak membantunya dna tak memenuhi kebutuhannya, ia akan mati. Orang-orang yang merawat bayi juga bertanggung jawab atas pendidikannya, termasuk pendidikan moral dan agama.

Orangtua yang perhatian melalui sikap baik mereka akan memenuhi kebutuhan bayinya dan memberinya lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan fisik dan jiwanya. Mereka mengajarkan moral dan kebiasaan yang baik kepadanya. Sebalikya orangtua yang tidak bertanggung jawab, melalui kelakuan sembrononya, akan menicptakan kebiasaan buruk bagi anak mereka.

Bayi memerlukan nutrisi. Ia merasakan kebutuhan ini dan memohon kepada orang di sekitarnya untuk memenuhinya. Inilah mengapa bayi menangis, yaitu untuk menarik perhatian ibunya agar memuaskan kebutuhannya. Bila perhatian yang baik diterapkan demi memenuhi kebutuhan anak, berdasarkan jadwal yang terencana, maka ia akan dapat tidur dengan nyenyak dan bangun sesuai waktu makannya. Sehingga ia merasa tenang. Sekaligus juga, ia belajar mengadaptasi kebiasaan yang baik dan teratur.

Dalam taraf ini, ketika bayi tak mengenal siapa-siapa, ia hanya akan memberikan perhatian pada duahal, yaitu kelemahan danketidakberdayaannya, yang meggantungkan dirinya pada Kekuatan Mahaagung. Bila perasaan ini diabadikan, maka itu akan menjadi pondasi keyakinan, keimanan dan kepuasan spritualnya di asa mendatang.

Rasululah saw bersabda,

“ Janganlah kalian memukul anak saat ia menangis. Penuhi kebutuhannya. Karena dalam periode empat bulan pertama kehidupannya, tangisannya merupakan bukti keberadaan dan keesaan Allah swt”

Dalam masa empat bulan pertama, bayi tak memiliki entitas sosial. Mereka tak mengenal siapa-siapa, termasuk ibunya sendiri. Ini merupakan periode dimana perhatian bayi hanya terfokus pada Kekuatan Tersembunyi.

Namun, bayi-bayi yang menjadi korban kelalaian ibunya, akan menangis untuk menarik perhatian demi memohon pertolongan. Jiwanya terusik dan kebanyakan mereka menjadi gelisah. Dalam tahap berikutnys, kekesalan mereka ini akan menjelma menjadi watak mereka. Mereka akan kehilangan rasa percaya diri. Bahkan, mereka menjadi liar dan suka bertengkar.