Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Manfaat Meyakini Qadha dan Qadar

1 Pendapat 05.0 / 5

Keyakian qadha dan qadar, disamping merupakan peringkat yang tinggi makrifatullah dalam dimensi penalaran dan mendorong manusia menuju kesempurnaan insaninya, secara praktikal menyimpan manfaat yang melimpah.

Kaum mukmin yang meyakini bahwa setiap kejadian tidak bisa lepas dari kehendak Allah Yang Bijak dan semua kejadian itu bersumber dari takdir dan qadha illahi, ia tidak akan takut menghadapi peristiwa yang menyakitkan. Ia tidak akan berputus asa. Ketika ia merasa yakin bahwa kejadian-kejadian itu merupakan bagian dari tatanan alam Illahi Yang Bijak , pasti akan terwujud sesuai dengan kemaslahatan dan kebijaksanaan, maka ia akan menerimanya dengan lapang dada. Karena dengan jalan ini seorang mukmin akan sampai pada sifat-sifat yang terpuji seperti sabar, tawakal, ridha, dan sebagainya.

Demikian pula, hati seorang mukmin tidak akan terkait dan tidak akan tertipu oleh dunia, dan tidak akan bangga dengan kesenangannya. Ia tidak akan tertimpa penyakit sombong. Ia tidak akan menjadikan nikmat illahi sebagai sarana untuk mencapai status sosial.

Allah swt menyinggung manfaat-manfaat besar ini melalui ayat-Nya. “Tidak ada suatu bencana apapun yang menimpa di muka bumi ini dan tidak pula pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab lauh al-mahfuzh, sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu agar kalian tidak berduka cita dari apa yang lepas dari diri kalian dan supaya kalian jangan terlalu bergembira terhadap apa yang diberikanNya terhadap kalian dan Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (Q.S al-hadid:22-23).

Hendaknya kita berusaha menghindari pengaruh-pengaruh yang berlipatganda dari penafsiran yang menyimpang terhadap maslaah qadha, qadar, dan tauhid dalam kemandirian pengaruh Allah. Karena penafsiran yang keliru atas masalah-masalah tersebut akan mengakibatkan kejemuan, kemalasan, kepasrahan dihadapan tindak kezaliman dan kejahatan penguasa zalim, dan lari dari tanggungjawab. Kiranya perlu kita ketahui sesungguhnya kebahagiaan dan kesengsaraan abadi manusia hanyalah dapat diusahakan melakukan perbuatan bebas dan sengaja manusia sendiri.

Allah swt berfirman:
“ Sesungguhnya ia akan mendapat pahala dari perbuatan baik yang ia lakukan dan ia akan mendapat siksa dari perbuatan buruk yang ia kerjakan pula” (Q.S al-Baqarah:286) dan juga, “Dan manusia tidak akan mendapat balasan apa-apa melainkan apa yang telah ia usahakan sendiri”