Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Ruh di dalam al-Qur’an

1 Pendapat 05.0 / 5

Ruh secara leksikal berarti nafs dan berlari. Sebagian mufassir menjelaskan bahwa ruh dan rih (angin), keduanya berakar kata satu. Dan apabila ruh manusia yang merupakan substansi mandiri yang abstrak disebut dengan nama ini, lantaran ia bergerak dan membawa kehidupan. Selain itu, keduanya (angin dan ruh) tidak terindra secara kasat mata.

Penggunaan kalimat ruh di dalam al-Qur’an sangat beragam. Terkadang bermakna ruh muqaddas yang menguatkan Rasulullah saw dalam menyampaikan risalah, seperti yang tertuang dalam ayat, “… Dan Kami menganugerahkan kepada Isa bin Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat ia dengan Ruhul Qudus..” (Q;S Al-Baqarah (2): 253).
Terkadang pula disebut sebagai kekuatan maknawi illahi yang menguatkan kaum mukmin, seperti dalam ayat. “Mereka itulah orang-orang yang telah Allah tanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya..” (Q.S Al-Mujadalah (58):22).

Arti lain dari ruh itu adalah “malaikat khusus wahyu” dan disifati sebagai amin, seperti dalam ayat, “.. ia dibawa turun oleh Rab al-Amin (jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar engkau menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan.” (Q.S Asy-Syuara (26): 193-194), dan acapkali bermakna malaikat besar dari malaikat-malaikat khusus Tuhan, atau makhluk agung dari jenis malaikat, seperti dalam ayat, “Dan pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhan-Nya untuk mengatur segala urusan” (Q.S AL-Qadr (97):4) dan dalam ayat, “Pada hari itu, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf..” (Q.S An-Naba (78):38).

Terkadang ruh juga bermakna al-Qur’an dan wahyu samawi, “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur’an) dengan perintah Kami…” (Q.S Asy-Syura (42):52).
Dan pada akhirnya, ruh terkadang pula bermakna ruh insani, sebagaimana pada ayat penciptaan Nabi Adam as, “Kemudian Ia menyempurnakan dan meniupkan kedalam (tubuh)nya ruh (ciptaan)-Nya”. Demikian juga pada surat al-Hijr, “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan-Ku), maka tunduklah engkau kepadanya dengan bersujud” (Q.S Al-Hijr (15):29).