Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Hukum Allah selalu Yang Terbaik (Bag 2)

1 Pendapat 05.0 / 5

Mengapa orang yang mengikuti hukum dan aturan Allah dijamin tidak akan sengsara?

Karena yang membuat aturan itu adalah Dzat yang paling mengetahui kebaikan untuk ciptaan-Nya. Siapa yang paling hati-hati dalam menjaga aturan Allah, dia lah yang paling aman dari kesengsaraan. Dan bagi mereka yang lari dari aturan yang telah Allah berikan, sesuai janji-Nya, mereka akan ditimpa kesengsaraan.

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى -١٢٤-

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan Mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.”

(Thaha 124)

Para Nabi dibunuh hanya karena berusaha menegakkan hukum Allah. Allah korbankan mereka padahal mereka adalah manusia-manusia suci. Tapi hukum Allah tetaplah yang terpenting.

Namun, Apakah hukum yang Allah turunkan 1400 tahun yang lalu masih relevan dengan zaman sekarang?

Bagaimana sikap kita menghadapi hukum yang telah Allah berikan?

Kita telah sepakat bahwa hidup perlu aturan. Tanpa aturan, semua akan kacau. Dan yang berhak membuat aturan adalah yang paling mengetahui mana yang terbaik bagi manusia. Pertanyaan selanjutnya,

      Apa Syarat bagi Pembuat aturan?

Tidak sembarang orang bisa membuat aturan. Pembuat aturan harus memenuhi beberapa syarat. Tujuannya, agar aturan yang dia buat bisa memberi solusi bagi permasalahan hidup manusia. Dan juga bisa mengantarkan mereka kepada tujuan.

Syarat pertama, pembuat aturan harus menentukan aturannya dengan berdasarkan kasih sayang. Bukan karena kebencian dan kekerasan. Sementara dalam ajaran Islam, yang membuat aturan adalah yang menamakan dirinya Arhamur Rohimin. Paling Pengasih melebihi siapapun. Dia juga menyebut seseorang yang membawa aturan-Nya yaitu Rasulullah saw dalam firman-Nya:

لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ -١٢٨-

“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.”

(At-Taubah 128)

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ -١٠٧-

“Dan Kami tidak Mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”

(Al-Anbiya’ 107)

Sang Pembuat aturan adalah Dzat yang Paling Pengasih. Utusan Allah yang membawanya adalah rahmat bagi seluruh alam. Bahkan aturan Allah yang diturunkan-Nya dalam bentuk Al-Qur’an pun juga Allah sifati sebagai rahmat.

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاء وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ -٨٢-

“Dan Kami Turunkan dari al-Quran (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman,”

(Al-Isra’ 82)

Semua hukum halal dan haram yang Allah berikan tidak akan keluar dari rahmat-Nya. Allah tidak mengharamkan sesuatukecuali dibaliknya ada bahaya. Semua hal yang diharamkan oleh Allah berawal dari Sifat Pengasih-Nya yang tidak ingin melihat hambanya terkena bahaya.

Suatu hari ada seorang wanita datang ke rumah Rasulullah saw. Dia menggendong seorang anak yang masih bayi. Dia datang untuk meminta sesuatu dari rumah beliau. Saat itu Rasulullah sedang keluar, sementara di rumah beliau hanya ada satu biji kurma. Akhirnya kurma itu diberikan oleh istri Rasulullah kepada wanita tersebut. Setelah mendapat satu kurma itu, sang ibu membelahnya menjadi dua. Lalu memberikan separuh kurma itu kepada anaknya. Bayi itu kegirangan melahap separuh kurma yang diberikan ibunya. Melihat itu, akhirnya si ibu memberikan separuhnya lagi kepada anaknya.

Setelah Rasulullah sampai di rumahnya. Istri beliau menceritakan kejadian tentang seorang ibu yang begitu mengasihi anaknya itu. Mendengar cerita itu itu Rasulullah bersabda:

    “Allah lebih pengasih terhadap hambanya daripada seorang ibu kepada anaknya”

Bayangkan, Dzat seperti inilah yang membuat hukum dan aturan untuk kita. Akankah aturan yang Dia buat akan menyengsarakan hamba-Nya?

Kedua, pembuat aturan harus memperhatikan kepentingan masyarakat bukan kepentingan dirinya. Manusia sering mencampur adukkan kepentingan dirinya dengan kepentingan masyarakat saat dia membuat aturan. Sehingga, aturan yang dibuatnya bukan menguntungkan masyarakat, malah menguntungkan dirinya sendiri.

Sementara Allah, Dzat yang paling berhak membuat aturan menurut Islam, adalah Dzat yang tidak butuh kepada apapun. Allah tidak membutuhkan sesuatu saat Dia membuat hukum. Semuanya murni untuk kepentingan dan kebaikan manusia. Andai seluruh manusia taat kepada hukum yang Allah berikan, itu tidak akan menambah setetes dari lautan Keagungan Allah. Dan jika seluruh manusia berpaling dan bermaksiat kepada-Nya, tidak akan sedikitpun menggoyahkan Kerajaan-Nya.

Imam Ali bin Abi tholib pernah berkomentar:

    ”Ketaatan seorang yang taat tidaklah bermanfaat bagi Allah dan kemaksiatan seorang yang bermaksiat tidaklah membahayakan-Nya.”

Allah berfirman:

مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ -٥٧-

“Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepada-Ku.”

(Adz-Dzaariyat 57)

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءكُمُ الرَّسُولُ بِالْحَقِّ مِن رَّبِّكُمْ فَآمِنُواْ خَيْراً لَّكُمْ وَإِن تَكْفُرُواْ فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ -١٧٠-

“Wahai manusia! Sungguh, telah datang Rasul (Muhammad) kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhan-mu, maka berimanlah (kepadanya), itu lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (itu tidak merugikan Allah sedikit pun) karena sesungguhnya milik Allah-lah apa yang di langit dan di bumi.”

(An-Nisa’ 170)

Adakah yang lebih layak memberi aturan selain Allah?

Ketiga, pembuat aturan harus memberikan aturan yang terbaik. Adakah yang bisa menjamin bahwa aturan yang dibuat oleh manusia adalah yang terbaik?

Sementara Allah, tidak ada yang keluar dari-Nya kecuali yang terbaik. Tidak ada yang dia tentukan kecuali yang terbaik.

بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ -٢٦-

“Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

(Ali Imran 26)