Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Padamnya Pelita Termuda Ahlul Bait as(2)

1 Pendapat 05.0 / 5

Imam Jawad memang berumur belia saat meninggalkan dunia yang fana. Namun usia 25 tahun yang beliau lewati telah meninggalkan warisan ilmu dan khazanah hikmah yang tak terbatas. Sejarah menyebutkan nama 150 orang yang pernah berguru kepada Imam Jawad as dan mendapat bimbingan beliau. Diantara mereka, nampak nama-nama para tokoh yang dikenal figur besar di bidang keilmuan dan fiqh.

Imam Jawad as punya kepedulian yang besar kepada masalah ilmu dan pendidikan. Beliau pernah berkata, "Tuntutlah ilmu sebab mencari ilmu adalah kewajiban bagi semua orang. Ilmu mempererat jalinan antara saudara seagama dan simbol kemuliaan. Ilmu adalah buah yang paling sesuai untuk hidangan sebuah pertemuan. Ilmu adalah kawan dalam perjalanan dan penghibur dalam keterasingan dan kesendirian."

Orang yang haus kebenaran dan cinta ilmu berbondong-bondong berguru kepada Imam Jawad. Sesuai dengan kapasitasnya, mereka menimba ilmu dari manusia suci ini. Banyak ulama terkenal lahir dari bimbingan Imam Jawad as.

Manusia adalah makhluk sosial dan tanpa interaksi dengan anggota masyarakat, manusia tidak akan pernah mampu mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan. Dalam hal ini, kesuksesan manusia tergantung pada persahabatannya dengan orang lain. Kunci kesuksesan para pemuka agama kita, khususnya Rasulullah Saw juga terletak pada hubungan sosial beliau yang kuat dengan masyarakat. Imam Jawad as bersabda, "Bertemu dengan sahabat dan saudara akan mencerahkan hati dan membuatnya bersinar serta mengembangkan akal dan kebijaksanaan manusia, meski pertemuan ini dilakukan sekejap."

Dalam perspektif Imam Jawad as melayani masyarakat adalah karena turunnya rahmat Ilahi kepada manusia, dan jika seseorang lalai dalam hal ini, bisa jadi ia akan kehilangan nikmat Ilahi. Terkait hal ini beliau bersabda, "Nikmat Allah tidak akan banyak diturunkan kepada seseorang kecuali kebutuhan masyarakat kepada orang tersebut sangat banyak. Siapa saja yang tidak berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan ini dan enggan menanggung kesulitannya, maka ia telah kehilangan banyak nikmat Allah Swt."

Imam Jawad as hidup sezaman dengan dua khalifah Bani Abbasiah, Makmun dan Mu`tashim al-Abbasi. Sementara itu, pemerintahan Bani Abbasiah terkenal menyimpang dari ajaran Islam. Mereka hanya menampilkan keislaman secara zahir. Di saat yang sama pemerintahan Bani Abbasiah juga memiliki program terencana untuk mengubah ajaran suci Islam. Sementara itu, sikap anti dan penentangan yang ditunjukkan Imam Jawad terhadap pemerintah berkuasa mendapat reaksi luas. Sikap Imam ini juga menjadi sebab kehidupan beliau senantiasa menghadapi rongrongan dari penguasa.

Imam Jawad seperti para Imam Ahlul Bait lainnya tidak tinggal diam menyaksikan kezaliman dan penyimpangan yang dilakukan penguasa Abbasyiah. Kebenaran terus disampaikan Imam meski kepada masyarakat dalam kondisi yang sesulit apapun. Keberanian, ketegasan dan perlawanan beliau terhadap kezaliman penguasa membuat Bani Abbasyiah tak mampu membiarkan beliau untuk bebas bergerak dan membiarkannya terus hidup. Oleh karena itu, penguasa Bani Abbasiah meneror Imam Jawad di usia yang relatif muda, 25 tahun.

Khalifah Makmun seperti khalifah Bani Abbasiah lainnya takut akan pengaruh spiritual para imam maksum di tengah masyarakat  berusaha untuk mengontrol secara ketat Imam Jawad. Salah satu makar yang diterapkan Makmun adalah menikahkan putrinya "Ummul Fadl" dengan Imam Jawad sehingga khalifah bisa memantau seluruh aktivitas Imam baik itu di laur maupun di dalam rumah.

Alasan lain Makmun adalah menarik Imam Jawad ke kubunya, karena ia beranggapan dengan hubungan ini Imam akan silau dengan kekuasaan sehingga kesuciannya akan rusak dan kemudian pengikutnya akan berantakan serta Makmun pada akhirnya akan semakin kuat. Melalui pernikahan ini, Makmun ingin mengakhiri protes warga terhadap dirinya dan menunjukkan dirinya sangat mencintai rakyatnya.

Imam Jawad dengan baik memahami konspirasi Makmun dan rela menikahi putri penguasa Bani Abbasiah ini. Sejatinya salah satu alasan beliau menerima pernikahan ini adlah untuk menjaga pengikut Syiah dari brutalitas Makmun. Bukti sejarah menunjukkan fakta ini bahwa Makmun gagal mensukseskan konspirasinya tersebut. Imam berada di Madinah hingga akhir pemerintahan Makmun dan setelah kematian Makmun atas instruksi Muktasim Abbasi, bersama istrinya, Imam Jawab pada tahun 220 H pindah ke Baghdad. Imam Jawad diracun pada bulan Dzulqadah tahun 220 H serta dikebumikan di samping kakeknya, Imam Musa Kadhim as.