Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Manifestasi Al Quran dalam Kebangkitan Imam Hussein

1 Pendapat 05.0 / 5

Kafilah para pecinta sudah tiba di Karbala. Mereka tiba di sebuah wilayah yang sama sekali tidak dikenal sebelum pecahnya epik Imam Hussein bin Ali as.

Sejak Asyura tahun 61 Hijriah-lah nama Karbala mulai dikenal, dan sejak saat itu nama Karbala tidak bisa dipisahkan dari epos kepahlawanan, iman dan cinta, di saat yang sama selalu diasosiasikan dengan kesedihan, duka dan ketertindasan.

Di hari Asyura, di dalam wilayah seluas sekitar enam kilometer, dalam waktu kurang lebih delapan jam, epik agung Imam Hussein terjadi. Sahabat-sahabat Imam Hussein dalam sebuah pertempuran yang tidak seimbang berhasil memperagakan epos kepahlawanan, keimanan dan keberanian mereka.

Panah-panah yang melesat di udara laksana hujan, pedang-pedang yang menyambar mangsanya dan jiwa para pecinta yang terbang ke angkasa meninggalkan tubuh-tubuh berdarah tercabik dan terpotong-potong.   

Imam Hussein di hari terakhirnya pun bangkit dari tengah pasukan untuk memberikan hidayah dan berdiri tegak di hadapan laskar musuh yang terus berteriak-teriak. Imam Hussein berkata, celakalah kalian, mengapa kalian tidak mau mendengarkan perkataanku yang menuntun kalian kepada kebahagiaan ?

Tidak ada satupun dari kalian yang mentaati perintahku, tidak mendengarkan kata-kataku, mengapa kalian penuhi perut-perut kalian dengan makanan haram sehingga  hati-hati kalian membatu.

Kalian sendirilah thagut-thagut umat ini dan kalianlah orang-orang bejat yang membelakangi Al Quran itu, kalian dari kelompok penjahat dan para penyimpang Al Quran serta yang mematikan sunnah para Nabi dengan membunuh keturunannya dan melenyapkan generasi wasi-wasinya.

Imam Hussein di salah satu bagian pidatonya mengutip beberapa ayat Al Quran, di antaranya Surat Huud ayat 54-56,

قَالَ إِنِّي أُشْهِدُ اللَّـهَ وَاشْهَدُوا أَنِّي بَرِيءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ ﴿٥٤﴾ مِن دُونِهِ ۖ فَكِيدُونِي جَمِيعًا ثُمَّ لَا تُنظِرُونِ ﴿٥٥﴾ إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّـهِ رَبِّي وَرَبِّكُم ۚ مَّا مِن دَابَّةٍ إِلَّا هُوَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا ۚ إِنَّ رَبِّي عَلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ

"Huud menjawab: "Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan, dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus".

Salah seorang pasukan Umar bin Saad bernama Muhammad bin Ashaab putra Qais Kandi berkata kepada Imam Hussein, "Wahai Hussein putra Fathimah, tunjukkan kedudukan dan keutamaan Nabi Muhammad Saw yang ada pada dirimu dan tidak ada pada orang lain". Lalu Imam Hussein membacakan ayat 33 Surat Ali Imran,

إِنَّ اللَّـهَ اصْطَفَىٰ آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ

"Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)"

Saat Imam Hussein berlumuran darah, terdengar suara Nabi Muhammad Saw bersabda, "Wahai kalian semua, ini adalah Hussein bin Ali, kenalilah Hussein, orang yang lebih utama dari kalian semua.

Beliau melanjutkan, "Hussein dariku dan aku dari Hussein. Ya Allah aku titipkan dia kepada-Mu dan kepada orang-orang terbaik dari umat-Mu."

Burung-burung bangkai mulai beterbangan di atas kemah, ujung tombak musuh yang berkilau-kilau itu menumbangkan sahabat-sahabat Imam Hussein, hingga tidak tersisa satupun dari mereka, namun wangi iman dan perlawanan mereka di hadapan penindasan, membuat Karbala menjadi indah.

Musuh menancapkan kepala-kepala yang terputus dari badannya di atas ujung tombak dan menari-nari sambil berteriak kegirangan. Namun tiba-tiba dari kepala suci Imam Hussein yang terputus itu terdengar lantunan ayat suci Al Quran sehingga membuat mereka tercengang dan ketakutan.

Imam Hussein yang merupakan Al Quran hidup itu, meski kepala sucinya tertancap di ujung tombak tetap menyampaikan kebenaran dan hakikat. Zaid bin Arqam mengutip sebuah riwayat yang mengatakan, saya melihat kepala suci Imam Hussein membacakan ayat 9 Surat Al Kahfi,

أَمْ حَسِبْتَ أَنَّ أَصْحَابَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيمِ كَانُوا مِنْ آيَاتِنَا عَجَبًا

"Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?"

Aku takjub mendengarnya dan menurutku kejadian ini lebih mengejutkan daripada peristiwa Ashabul Kahfi.

Imam Hussein setelah kesyahidannya pun tetap mengingatkan tentang nasib yang akan diterima para penindas dan mengabarkan kemenangan para pembela kebenaran. Beliau membacakan penggalan ayat 227 Surat Ash Shuara,

وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنقَلَبٍ يَنقَلِبُونَ

"....Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali."

Hari Asyura belum lagi mencapai malamnya saat kafilah sejarah mulai beranjak pergi. Sahabat-sahabat Imam Hussein dan musuh-musuh kebenaran, satu persatu datang dan pergi, apa yang abadi adalah semangat menuntut keadilan dan menegakkan kebenaran sebagaimana yang diteriakkan Imam Hussein bin Ali as.