Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Pelatihan Melalui Perbuatan Bukan Hanya Bicara

1 Pendapat 05.0 / 5

Bayak orangtua berpikir bahwa memberikan perintah secara lisan, serta memperingatkan tentang apa yang mesti dan tidak mesti dilakukan, sudah cukup dalam pengasuhan anak. mereka mengira bahwa mengasuh anak adalah memperhatikan, dan mereka merasa tak terkait dengan jalanhidup lainnya. itulah mengapa orangtua seperti ini tidak merasa perlu berpikir tentang pengasuhan hingga anak menjadi balita. Mereka menganggap bahwa anaknya masih bayi dan belum dapat mengerti apa-apa tentang pengasuhan. Ketika anak itu telah mencapai usia mengerti, maka baru terpikir oleh mereka untuk memberikan pengasuhan kepadanya.

Ini merupakan masa bagi seorang anak untuk mulai memisahkan yang baik dan yang buruk. Namun ini adalah pemikiran yang keliru, karena pada kenyataannya, anak telah siap memperoleh pengasuhan sejak ia dilahirkan. Ia memperoleh pelatihan setiap saat, dan watak alamiahnya terbentuk melalui cara-cara tertentu.

Tak peduli apakah orangtua menyadari atau tidak proses ini, anak tidak akan menunggu inisiatif keduanya. Pikiran aktif anak dan indra lainnya seperti kamera, yang akan menyimpan imajinasi dari apa yang terjadi dalam lingkungannya. Anak di usia lima hingga enam tahun telah memiliki karakter tertentu. Kebiasaan baik da buruk telah melekat pada karakter alamiahnya.

Dan akan menjadi tugas yang sulit untuk mengubah perilakunya itu. Anak, apapun masalahnya adalah peniru. Ia berusaha meniru orangtuanya, atau penghuni rumah lainnya yang terdapat di sekelilingnya. Anak memandang orangtuanya dengan rasa hormat dan meniru gaya hidup mereka.

Tindakan mereka menjadi ukuran bagi anak untuk bertindak baik ataupun buruk. Secara alamiah anak-anak tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan menjadikan orangtuanya sebagai teladan untuk diikuti. Anak lebih bergantung pada kelakuan orangtua sebagai model dalam bertindak ketimbang wejangan-wejangan.

Anak perempuan mengamati ibunya dan belajar memelihara rumah. Ia pun melihat ayahnya, sheingga bisa memahami watak seorang pria. Sementara, anak laki-laki mengambil pelajaran hidup dari perilaku ayahnya. Dan dari perilaku ibunya, ia belajar tentang watak seorang wanita.

Oleh karena itu, penting bagi orang-orang yang bertanggungjawab untuk membenahi diri terlebih dahulu. Dan bila merasa memiliki kekurangan pada perilakunya, mereka harus menghindarinya. Singkatnya, mereka terlebih dahulu harus membentuk diri mereka menjadi manusia yang baik sebelum memulai menjadi orangtua.

Para orangtua mesti menanamkan pikiran pada anak mereka agar berkarakter “memberi” kepada masyarakat. Jika mereka merasa bahwa anak-anak mereka mesti benat, baik hati, berkeprimanusiaan, pecinta kebebasan, dan bertanggungjawab; mereka juga harus memiliki karakter-karakter seperti itu, sehingga dapat ditiru oleh anak-anaknya.

Seorang ibu berharap agar anak perempuannya memilki rasa tanggung jawab, baik hati, menjunjung kesetaraan dengan menghormati perasaan pasangannya; maka ia pun mesti memenuhi atau memilki norma-norma tersebut. anak perempuan akan mengamati perilaku ibunya, dan secara otomatis membentuk dirinya sama dengan ibunya. Apabila ibunya seorang yang berwatak keras, malas, kacau, tak teratur, dan egois maka ia tak dapat diharapkan untuk melatih anak perempuannya hanya dengan nasihat-nasihat seputar norma-norma perilaku yang baik.

Hanya orang-orangyang memperoleh asuhan yang baik selama masa kecilnya, yang mampu melatih dan mengasuh anak mereka dengan benar. Mereka lebih mengerti karakter dan psikologi anak. orangtua yang selalu berselisih dan bertengkar bahkan dalam permasalahan yang remeh, tidaklah berkompeten dalam mengasuh anak. sama halnya, bila para pendidik (atau guru) yang melakukan tugas hanya demi memperoleh gaji, bersikap tak sabar, serta tak memiliki pengertian terhadap karakter dan psikologi anak, tak akan mampu menempatkan anak didik mereka pada jalur yang benar.

Dr Jalali mengatakan:
“ Siapapun yang memiliki tanggung jawab mengasuh anak mesti melakukan instropeksi pada karakter dan perilakunya dirinya sendiri, menyadari tanggung jawabnya, dan berupaya terus mengoreksi kegagalannya”