Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Parenting Pendidikan Anak dalam Lagu Macapat

1 Pendapat 05.0 / 5

Para wali melihat bahwa orang jawa sangat menyukai lagu dan suka membaca syair. Lagu-lagu jawa menggambarkan hampir setiap keadaan dan menunjukkan bahwa dakwah dengan metode ini lebih mudah diterima oleh masyarakat jawa. Karena itu tidak aneh jika sekarang kita bangsa Indonesia memiliki peninggalan sangat berharga bait-bait yang menjelaskan fase-fase pendidikan anak, dari sejak anak belum ditiupkan ruh hingga anak menjadi remaja, dewasa, menikah dan akhirnya menjemput maut.

-Mas Kumambang

-Mijil

-Kinanthi

-Sinom

-Asmorodono

-Gambuh

-Dandang gulo

-Durmo

-Pangkur

-Megatruh

-Pucung

1. MAS KUMAMBANG iku medune nyowo nang alam ndonyo sambuten kanthi ngapati mitoni, bacaan qur’an bacaan sholawat. Kalo nyawa sudah mas kumambang meduk seko langit nang ndonya masuk nang njero ragane ibu dadi bayi mengko terus metu tak jenengke tembang MIJIL

Mas Kumambang adalah turunnya nyawa, ditiupkannya nyawa seorang hamba ke alam dunia, perpindahan dari alam ruh ke alam dunia fana, sambutlah kedatangan ruh suci ini dengan mitoni upacara tujuh hari. Sambut dengan rangkaian bacaan quran dan shalawat. Kalau nyawa sudah kumambang yakni mengambang turun dari alam ruh ke alam dunia fana masuk kedalam tubuh orok bayi. Ketika dia sudah lahir maka saya sebut ia dengan mijil.

2. MIJIL.. Menungso lahir rupo lanang rupo wedok. Nek lanang wedus loro nek wedok wedus siji diaqeqohi, syahadatke nang gusti Alloh, nek wis bar mijil tembange kinanthi,

Mijil adalah fase ketika seseorang sudah lahir kedunia, jika ia lahir sebagai laki-laki maka setara dengan dua kambing, ketika dia perempuan maka setara dengan satu kambing, ajarilah syahadat walau memang dia masih sangat kecil, syahadat marang Gusti Allah Swt Kang Amring Dumadi, Dia yang telah memberikan “ada” kepada anak kita. Syahadat kepada Nabi Muhammad Saw yang telah memperkenalkan umat manusia kepada-Nya tempat tumpuan sumber dari segala sumber, sebab dari segala sebab.

3. KINANTHI. bocah cilik cilik niku kudu dikanthi agomo, dikanthi akhlak. Maka Nahdhotul ‘Ulama yo nggawe TPQ, TPA, roudhotul Atfal untuk menampung bocah kinanthi ini, karena kinanthi kudu disangoni kanthi agomo kanthi akhlak, karena kalo kinanti kecil kecil kok ngak diajar akhlak nggak dianjar agama mbleset nanti, karena akan masuk ke tembang sinom,

Fase setelah mijil adalah fase Kinanthi. Anak yang bayi itu sudah menjadi lebih besar namun dia masih anak-anak, masa-masa ketika dia haus dengan pengetahuan, kasih sayang dan pendampingan, Nahdatul Ulama, Nahdatul Wathan mendirikan Taman Pendidikan Quran dan semacamnya guna menampung dan membimbing anak-anak ini dalam satu tempat bersama-sama, sehingga bisa belajar dan juga bergaul. Fase kinanthi anak harus dibekali dengan agama, dengan akhlak, dengan prilaku dan karakter mulia, fase ini adalah fase dasar, jika pada fase ini mereka kosong, tidak diarahkan pada jalan yang tepat, mereka akan mleset akan terjatuh terpelanting dalam menjalani masa-masa pencarian jati diri. Fase ini anak masih terhitung sebagai anak-anak, mereka masih lebih mudah diarahkan dan diberi pelajaran. Masa-masa emas untuk diberikan bekal hidup. Masa ini dikenal juga dengan golden age tahun-tahun keemasan.

4. SINOM. bocah bakal dadi enom, bocak nek enom ndablek, ora kenek diwulang nopo malih nek wes bar sinom,manusia akan masuk ke tembang berikutnya asmorondono,

Sinom yakni anak sudah masuk fase remaja. Anak difase ini sudah bisa dilihat hasil dari masa kinanti, apakah dia belajar dan meresapi ajaran dan ujaran hidup atau hanya sibuk bermain tanpa ada yang memberikan arahan. Pada fase ini jika anak sudah ndablek yakni tidak lagi peduli dengan nasihat dan anjuran orang lain, hanya mementingkan keinginan sendiri. Masa Sinom adalah masa perpindahan dari masa anak-anak menjadi orang dewasa, jadi ketika orang memperlakukan tidak tepat, masih diperlakukan sebagai anak-anak hasilnya akan rusak, diperlakukan sebagai orang dewasa pun sama. Karena masa ini adalah masa-masa pencarian jati diri, ingin mengenali diri sendiri, potensi yang dia miliki, kelebihan yang ia miliki, mencari lingkungan yang ia rasa sesuai dengan jati dirinya.

5. ASMORODONO bocah nek atine ketekan asmoro nemu tresno, gantolaning ati, ndak iso diajari. Nek wes bar asmoro ndono tembange gambuh,

Asmorondono adalah gambaran ketika seorang anak sudah menjadi dewasa, dia sudah mulai mengenal lawan jenis, melakukan persiapan diri menjadi seorang ayah atau seorang ibu. Pada masa-masa ini anak perlu belajar tentang parenting, bagaimana mengenali lawan jenis yang tepat dijadikan teman menjalani hidup, menjadi pengayom atau pendukung, menjadi tim menuju tujuan hakiki kehidupan, saling mengingatkan dalam kebaikan.

6. GAMBUH. tempuk cah lanang wedok mbangun rumah tangga, nek wes bar gambuh tembange dandang gulo, dandang pait, gulo legi.

Gambuh berasal dari kata “jumbuh” (dalam bahasa Jawa) yang artinya sesuai, tepat, atau kecocokan, kesepahaman serta kebijaksanaan. Bijaksana artinya dapat menempatkan sesuatu sesuai porsinya, tempatnya dan mampu bersikap adil. Tembang Gambuh berisikan tentang ajaran dan nasehat kepada generasi muda dalam pergaulan, sikap dan tingkah laku dalam menjalin hubungan dengan teman dan masyarakat lainnya. Gambuh adalah ketika ayah mereka datang melamar calon pengantin wanita, mempertemukan dua mempelai untuk kemudian membangun bahtera rumah tangga. Dan ini semua didahului proses panjang penentuan kesepahaman, kecocokan, dan berbagai pertimbangan yang lain.

7. DANDANG GULO .. Entuk bojo kok sing lanang pinter megawe, pinter agomo.. entuk gulo uripe legi, , lha entuk bojo wes bendino tayuban, ngramal togel, rupane mrongos, bali bali ngaplok, lha iki uripe pahit, entuk dandang,. Lha nek wes bar dandang gulo tembange durmo,

Dandang Gulo, pada fase ini akan terlihat pernikahan yang dilakukan, apakah pernikahan itu manis atau pahit, ketika ternyata menantu laki-laki rajin bekerja, setia, pintar menjalankan ajaran agama, ini disebut mendapat Gulo, yakni mendapat gula artinya dia mendapat keberuntungan dan jelas ini harus disyukuri, jika sebaliknya ternyata menantu malas bekerja, suka pergi ke diskotik, melakukan hal menyimpang, disini perlu banyak bersabar dan mencari solusi dengan melakukan pendekatan dan penyadaran semampunya, jika tidak berhasil serta tidak mampu bersabar lagi maka diputuskan untuk mencari jalan lain yang lebih baik untuk kedua pasangan mempelai.

8. DURMO wayahe ndarmakke harta benda, ilmu.. ‘khoirunnas anfa’uhum linnas’. Nek bar durmo tembange tak jenengke tembang pangkur,

Durmo, yakni fase berbagi, menyedekahkan harta benda yang dimiliki kepada pihak yang membutuhkan atau kepada pihak yang amanah untuk menyampaikannya kepada yang berhak. Durmo adalah sifat mulia yang tidak mungkin serta merta dimiliki setelah menjadi dewasa. Durma atau lebih akrab kita dengar dengan derma selayaknya dipelajari sejak kecil sejak masa kinanthi, belajar dengan melihat ayah bunda yang membagikan harta kepada anak yatim, orang jompo dll. Belajar dengan melihat karakter dermawan dari orang tua dan lingkungan. Sebaik-baik manusia adalah mereka yang lebih bermanfaat kepada manusia khoirunnas anfa’uhum linnas.

9. PANGKUR menungso ngerti ngerti mungkur seko ndonya. Gigi sing maune nggo nyokot watu pecah, saiki nggo nyokot apem copot. Napas sing maune nggo nguber celeng sedino ping limo iku kuat, sakniki nggo ngoyak oyak putune, nguber uber putune ora gelem adus, niku wes mengkis mengkis, hehehe lahi iki pangkur, gek ndang mungkur cari jalan betul, masuk ke mesjid, masuk ke langgar cari ‘ulama mumpung belum kesusul tembang megatruh.

Pangkur yakni mungkur. Ini adalah saat-saat terakhir untuk sadar diri, ketika raga sudah tidak lagi bisa berlari kencang, bahkan untuk shalat beberapa rakaat sudah kesusahan, seseorang harus sadar, menyingkir dan kembali kepada Allah Swt. Jangan sampai tiba-tiba sampai ke fase megatruh. Taubat disini masih terbuka, kembali merasakan ketentraman masjid, bersilaturahmi saling memaafkan dan mendoakan. Menambah bekal sebelum akhirnya terlambat. Jangan sampai terlambat menjalani jalan benar menuju Allah Swt.

10. MEGATRUH copot rogo sak sukmane terakhir tembange pucung

Megatruh adalah waktunya ruh yang tadi ditiupkan kedalam alam dunia fana kembali melakukan perjalanan, perlanan menuju alam abadi akhirat. Proses berpisahnya ruh dari raga, waktu ketika pintu taubat sudah ditutup rapat, waktu ketika perjalanan selanjutnya harus dijalani setelah proses kehidupan yang berliku-liku, diisi dengan kebaikan atau keburukan, waktunya menuai hasil tanam selama masa Sinom hingga masa Pangkur.

11. PUCUNG menungso ming di pocong sluku sluku bathok terus dilebokke lawang ciyut mulo wong tuwo disebut buyut siap siap mlebu lawang ciyut. lha nek mlebu lawang ciyut pethuk malaikat munkar nakir, nek lali sangkang paraning dumadi nek ditakoni man robbuka he ?? (Ora biso jwb) dicandak malaikat langsung dadi wareng diudek udek nang nroko digantung koyo siwur dithuhtuk’i modal madil koyo tarangan bodol ajur mumur koyo gedebog bosok. Ojo Lamis,  Setyo Tuhu,

Pucung adalah pocong, manusia pada fase ini sudah pasrah atas apa yang sebelumnya dia perjuangkan, dia sudah tidak mampu melakukan apa-apa lagi. Untuk mandi, memakai kafan dia tidak mampu. Ketika semasa hidup mengamalkan ojo lamis tidak membiasakan diri mencela orang lain, berkata buruk kepada orang lain dan berbagai kebaikan yang lain. insyaAllah orang-orang seperti keluarga, tetangga dan sanak saudara akan datang dan peduli kepada jenazahnya, memandikan, mengkafani dan menguburkannya, ketika seseorang salah memilih karakter, akhirnya menimbulkan kebencian, orang-orang tidak akan sudi pada jenazahnya, apalagi mendoakan ketika selesai shalat. Orang yang setyo tuhu, menjadi orang  taat, menjadi orang bertaqwa maka ini adalah hari bahagia yang ia tunggu-tunggu, terlepas dari berbagai himpitan dunia, menuju kinasih sejati.