Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Kedekatan Tuhan Melalui Perantara

1 Pendapat 05.0 / 5

Di makalah sebelumnya yang berjudul “Kedekatan Tuhan dengan Manusia” (klik disini) dijelaskan tentang dua macam kedekatan Tuhan; qurb khalqi dan qurb tafadhuli. Ada macam qurb lainnya di atas itu yang disebut oleh Allamah Sayed Munir Khabbaz dengan “qurb mâdi” (kedekatan material). Dari penjelasan beliau mengenainya dapat diangkat dan dibahas di sini:
Pertama, makna qurb mâdi (kedekatan Tuhan dengan hamba-Nya dalam bentuk material).
Kedua, tingkat qurb ini lebih tinggi dari dua macam qurb tersebut.
Ketiga, makna tawasul dengan pendekatan tiga macam qurb ini.
 
Makna dan Tingkat Qurb Mâdi
Bagaimana Tuhan -yang immaterial- dekat dengan manusia dengan kedekatan material? Di dalam QS.Al-Fath 10, misalnya, apa makna “Tangan Allah di atas tangan mereka”? Dia bukanlah jisim sehingga mempunyai tangan. Juga di dalam QS.At-Taubah 104, bagaimana dan apa makna “Allah mengambil sedekah (“wa ya`khudzu ash-shadaqat”)?
Kalimat-kalimat tersebut mengungkapkan kedekatan material sebagaimana terdapat di dalam QS.Al-Anfal 17: “wa ma ramaita idz ramaita wa lakinnallah rama” (dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar). Bahwasannya di perang Badar, Nabi saw melempar batu ke arah kaum musyrik. Beliau yang melempar batu, lalu para malaikat menangkapnya dan mengubahnya menjadi debu bertebaran masuk ke dalam hidung musyrikin, mata dan telinga mereka, sehingga mereka tidak melihat.
Kedekatan material di balik itu:
Pertama, hakikatnya bahwa Allah menugaskan malaikat dalam membantu manusia.
Kedua, lebih agung dari kedekatan rahmat (qurb tafadhuli), bahwa malaikat menjadi penolong di dalam tindakan seorang hamba Allah. Jadi, para malaikat bersama mereka yang berbaiat (QS.Al-Fath 10), dan mereka yang bederma (QS.At-Taubah 104). Yakni, bila Anda bederma kepada si fakir, meskipun tangannya menerima uang (materi), tetapi tangan malaikat saat itu bersama Anda dan mengucapkan selamat kepada Anda dalam hal ini.
Sayed Munir Khabbaz mengisyaratkan kedekatan material ini pada apa yang dilakukan Imam Husain di hari Asyura. Ketika itu Imam menampung darah bayinya (Ali Ashghar yang lehernya tertancap panah dari musuh), lalu melemparnya ke atas langit. Tak setetes pun darinya yang kembali ke bumi, diraihnya oleh para malaikat. Inilah kedekatan material, yang berarti mereka membantu al-Husain di dalam berkorban di jalan Allah.
 

Menjawab Soal Tawasul
Dari sini terlontar satu soal tentang tawasul kepada Ahlulbait Nabi saw, bahwa mengapa tawasul itu membuat jarak? Padahal Allah sangatlah dekat lebih dari perantara itu sendiri (sebagaimana QS.Qaf 16; dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya). Lantas mengapa kita mengadakan perantara antara kita dan Dia?
Sayed Munir menjawab, ada beberapa macam kedekatan; qurb khaliq, qurb tafadhuli (telah disampaikan di makalah sebelumnya, “Kedekatan Tuhan dengan Manusia) dan qurb madi (kedekatan material). Nah, terkait qurb yang manakah soal tersebut di antara tiga macam ini? Bahwa kedekatan yang dikatakan di dalam ayat itu merupakan qurb khalqi (kedekatan dalam penciptaan).
Sedangkan di dalam tawasul, kita tidak sedang mencari kedekatan macam ini, karena dicari ataupun tidak oleh kita, sudah ada pada diri kita. Melainkan yang kita raih di dalam tawasul ialah qurb tafadhuli (kedekatan rahmat secara khusus). Sebab, kedekatan ini takkan dicapai kecuali dengan amal shaleh, dan level di atasnya ialah qurb madi yang bisa dicapai dengan sebaik-baik amal.
Allah swt berfirman: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَابْتَغُواْ إِلَيهِ الْوَسِيلَةَ; Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya.. (QS.Al-Maidah 35), dan sebaik-baik wasilah (perantara) itu ditunjuki oleh Alquran sendiri:
Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.(QS.An-Nisa 64)
Jika perintah di dalam QS.Al-Baqarah 125, “..jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat..” apakah berarti dengan maqam itu Allah lebih dekat lagi dengan hamba ketimbang di tempat lainnya? Maqam Ibrahim hanyalah sebuah perantara untuk mencapai qurb tafadhuli. Demikian halnya dengan Nabi Muhammad dan Ahlulbaitnya sebagai perantara untuk qurb tafadhuli dan qurb madi dalam arti di atas