Mengapa Hukum-Hukum Allah Selalu Melawan Hawa Nafsu?
Jika kita perhatikan, hampir seluruh syariat yang ditentukan oleh Allah selalu melawan atau mengekang hawa nafsu. Syariat tersebut baik itu berupa perintah dan larangan tidak pernah serasi dan sejalan dengan keinginan hawa nafsu, seringkali malah bertolak belakang dengannya.
Sebagai contoh ketika Allah mewajibkan jihad, perintah ini tentu bertentangan dengan keinginan hawa nafsu manusia yang cinta kehidupan dan enggan menuju kematian.
Allah swt berfirman,
كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلۡقِتَالُ وَهُوَ كُرۡهٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS.Al-Baqarah:216)
Contoh lain adalah ketika kita diwajibkan untuk solat subuh, padahal diri kita lebih menginginkan untuk melanjutkan tidur.
Apalagi perintah yang berkaitan dengan infaq, sedekah dan semacamnya. Hawa nafsu kita ingin menyimpan dan mengumpulkan harta itu, sementara syariat memberi perintah untuk mengeluarkannya!
Pertanyaannya, kenapa perintah atau larangan dalam syariat ini seringkali bertentangan atau tidak seiring dengan hawa nafsu?
Untuk menjawab pertanyaan ini ada beberapa jawaban singkat yang akan kita kutip dari ayat-ayat Al-Qur’an, antara lain :
Syariat berupa perintah atau larangan seringkali tidak sejalan dengan hawa nafsu karena :
(1) Untuk mengetahui kondisi keimanan seseorang, apakah ia benar-benar beriman kepada Allah atau hanya sebatas pengakuan saja.
قَالَتِ ٱلۡأَعۡرَابُ ءَامَنَّاۖ قُل لَّمۡ تُؤۡمِنُواْ وَلَٰكِن قُولُوٓاْ أَسۡلَمۡنَا وَلَمَّا يَدۡخُلِ ٱلۡإِيمَٰنُ فِي قُلُوبِكُمۡ
Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah ‘Kami telah tunduk (Islam),’ karena iman belum masuk ke dalam hatimu. (QS.Al-Hujurat:14)
(2) Untuk mengetahui siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang munafik. Karena orang munafik tidak akan mampu bertahan menjalani perintah ataupun larangan yang tidak sejalan dengan keinginan hawa nafsunya.
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِينَ
Dan di antara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. (QS.Al-Baqarah:8)
(3) Tolok ukur tingginya derajat seorang mukmin dengan mukmin yang lain adalah diukur dengan seberapa tanggapnya ia dalam menjalankan syariat walaupun harus melawan dan menekan keinginan dan hawa nafsunya.
وَلِكُلّٖ دَرَجَٰتٞ مِّمَّا عَمِلُواْۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَٰفِلٍ عَمَّا يَعۡمَلُونَ
“Dan masing-masing orang ada tingkatannya, (sesuai) dengan apa yang mereka kerjakan. Dan Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS.Al-An’am:132)
Pertanyaan berikutnya adalah apa senjata yang bisa membantu kita untuk menundukkan hawa nafsu dan mampu menjalankan syariat dengan ketulusan hati?
(1) Cinta.
Ketika cinta kepada Allah telah memenuhi hati kita, maka kita akan mengabaikan semua hawa nafsu karena kita akan melakukan apapun yang diinginkan oleh yang kita cintai.
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبّٗا لِّلَّهِ
“Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah.” (QS.Al-Baqarah:165)
(2) Sabar.
Kesabaran adalah senjata utama yang akan membantu seseorang melawan hawa nafsunya.
Allah swt berfirman,
إِلَّا ٱلَّذِينَ صَبَرُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُم مَّغۡفِرَةٞ وَأَجۡرٞ كَبِيرٞ
“Kecuali orang-orang yang sabar, dan mengerjakan kebajikan, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS.Hud:11)
Orang yang sabar yakin bahwa Allah tidak akan memerintahkan sesuatu diluar kemampuannya dan ia pun yakin bahwa ia mampu melawan hawa nafsunya dan menjalankan syariat Allah swt.
(3) Mengharapkan Surga.
Ketika seseorang selalu mengharapkan untuk bisa meraih surga. Hidup bersama Nabi dan orang-orang sholeh didalamnya. Mendapatkan berbagai kemuliaan dan kenikmatan di sisi Allah swt, maka ia akan memiliki kekuatan untuk menekan hawa nafsunya dan menjalankan perintah Allah demi meraih kenikmatan yang lebih besar, yaitu surga.
Allah swt berfirman,
وَأَمَّا مَنۡ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفۡسَ عَنِ ٱلۡهَوَىٰ -فَإِنَّ ٱلۡجَنَّةَ هِيَ ٱلۡمَأۡوَىٰ
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya,maka sungguh, surgalah tempat tinggal(nya).” (QS An-Nazi’at:40-41)
Inilah jawaban yang bisa kita kumpulkan dari pertanyaan-pertanyaan diatas.
Semoga bermanfaat..