Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Mengenang Putri Tercinta Rasulullah Saw

0 Pendapat 00.0 / 5

Madinah masih diliputi duka mendalam akibat wafatnya manusia pilihan Tuhan dan nabi akhir zaman, Muhammad Saw. Tapi duka ini semakin parah ketika putri tercinta Rasulullah, Fatimah Az-Zahra juga menyusul ayahandanya.

Fatimah yang dikenal dengan julukan Ummu Abiha dan belahan jiwa Rasulullah, Zahra yang tangan mungilnya ketika kanak-kanak membelai kepala Rasul dan membersihkan air mata ayahandanya. Zahra yang ketika Rasul rindu bau surga, langsung mencium putrinya ini. Kini putri tercinta Rasul ini tak kuat menahan kesediannya dan kemudian menyusul sang ayah.

Yang membuat hati Fatimah semakin berat jauh dari ayahnya adalah kondisi umat muslim dan perpecahan di antara umat yang baru dibentuk ayahnya serta penyelewengan yang mulai marak di masyarakat Islam tak lama setelah Nabi meninggalkan mereka.

Fatimah tinggal di rumah yang ketika Nabi meminta ijin terlebih dahulu sebelum memasukinya. Tapi setelah meninggalnya Rasulullah, justru rumah tersebut didobrak dan diserbu serta penghuningya dihina dan diancam. Tak lama kemudian Sayidah Zahra gugur akibat cidera fisik yang dideritanya.

Di wasiatnya yang penuh makna, Sayidah Zahra meminta suaminya agar ia dikebumikan malam hari dan di tempat rahasia. Ini juga sebuah bentuk protes beliau atas penyimpangan dan penyelewengan umat saat itu.

Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Sayidah Fatimah meminta air untuk wudhu. Dengan pakaian rapi, ia menghadap kiblat dan berdoa, "Ya Allah ! Jadikan kematian menjemputku seolah-olah kekasih tengah datang dari perjalanan dan saya menyaksikannya. Ya Allah ! Berikan aku rahbat dan inayah-Mu. Tempatkan ruhku bersama ruh orang-orang suci dan jiwaku bersama jiwa orang mukmin serta tempatkan jasadku bersama jasad orang-orang suci serta amal perbuatanku setara dengan amal yang Kamu terima."

Pada tanggal 3 Jumadil Tsani tahun 11 Hijriah, putri tercinta Rasulullah Saw berpisah dari dunia fana. Putri Rasulullah ini meninggal dunia dengan meninggalkan nilai-nilai utama dan abadi. Hari ini, para pecinta Rasulullah dan Ahlul Baitnya tenggelam dalam duka yang mendalam.

Kehidupan Sayidah Zahra sangat singat. Ia meninggal ketika berusia 18 tahun. Tapi selama kehidupan singkatnya tersebut, gaya hidup dan peran efektif Sayidah Zahra di berbagai bidang tak ubahnya seperti lukisan yang indah, bersinar dan menjadi teladan.

Salah satu karakteristik utama Fatimah Az-Zahra adalah ketinggian spiritualnya. Fatimah mencintai Allah Swt dengan segenap tubuh dan jiwanya. Selama hidupnya ia hanya mengejar keridhaan Allah Swt. Yang membuat dirinya puas akan kehidupan duniawinya adalah ia melangkah di jalan melayani Tuhan. Fatimah senantiasa menjadi penolong ayahnya di kondisi paling sulit sekalipun. Ketika Rasulullah melawan simbol-simbol kezaliman dan syirik, Fatimah selalu membelanya.

Suatu hari Rasulullah Saw bertanya kepada putrinya: Fatimah ! Apa permintaanmu ? Saat ini Jibril di sampingku dan membawa pesan dari Tuhan, apapun yang kamu inginkan akan dikabulkan. Sayidah Zahra menjawab: Kenyamanan melayani Allah Swt telah menahan diriku untuk meminta yang lain. Aku hanya ingin selalu menyaksikan keindahan dan kemurahan Allah Swt.

Terkait kebesaran Sayidah Fatimah az-Zahra as, Rasulullah Saw bersabda, "Keimanan kepada Allah Swt melekat dalam hati dan jiwa mendalam az-Zahra as yang mampu menyingkirkan segalanya saat beribadah kepada Allah Swt. Fatimah adalah bagian dari hati dan jiwaku. Barangsiapa yang menyakitinya sama halnya ia menyakitiku dan membuat Allah Swt tidak rela."

Hadis di atas itu diucapkan oleh manusia terbaik di alam semesta dan pilihan Allah Swt, Muhammad Rasulullah Saw. Tak diragukan lagi, keagungan Sayidah Fatimah az-Zahra as menghantarkan ke derajat yang luar biasa di sisi Rasulullah Saw.

Mengenai putrinya, Rasul bersabda, "Iman telah melebur di dalam diri dan jiwa Fatimah. Ia melupakan segalanya ketika beribadah di mihrabnya, cahayanya bersinar terang bagi para malaikat di langit dan Allah Swt kepada malaikat-Nya berkata, "Hamba-Ku, Saksikan ! Bagaimana ia (Fatimah) shalat dan beribadah kepada-Ku serta anggota badannya bergetar serta ia tenggalam dalam penghambaan ! Wahai para malaikat, kalian menjadi saksi bahwa Aku akan membuat pengikut Fatimah aman dari azab neraka."

Hadis ini dengan indah menunjukkan ketinggian ruh perempuan terkait hubungan dengan pencipta, dan kita (perempuan Muslim) harus belajar menghidupkan spirit ibadah dan penghambaan di dalam diri kita. Kita juga mengalokasikan sebagian waktu di siang hari untuk Tuhan. Kita harus merenungkan penciptaan Tuhan dan melantunkan pujian kepada-Nya, sehingga kita selalu tenggelam kedalam kecintaan dan keimanan.

Mengingat Fatimah memiliki pandangan teliti, ia merupakan orang pertama pasca wafatnya Rasulullah yang menyadari dampak berbahaya kembalinya tradisi jahiliyah dan ia memperingatkan umat Islam atas masalah ini. Sayidah Fatimah menilai al-Quran dan Ahlul Bait Nabi sebagai poros utama bagi petunjuk dan kebahagiaan masyarakat. Di mana umat Muslim hanya mampu kembali ke rumahnya dengan mengikuti jalan ini.

Kepada mereka yang terhenti di jalan hidayah dan petunjuk, Sayidah Fatimah mengatakan, "Mengapa kalian menyimpang ? Padahal al-Quran berada di tengah kalian, isinya sangat jelas dan hukumnya terang serta tanda-tanda petunjuk juga sangat jelas."

Sayidah Fatimah mengatur rumah tangganya sehingga keluarga ini bersinar sepanjang sejarah dan menjadi teladan. Jika kita ingin menggambarkan kondisi di dalam rumah tangga Ali dan Fatimah, maka karakteristik utama di keluarga ini adalah Tuhan menjadi poros dan tolok ukur mereka. Karakteristik ini sangat jelas di keluarga Fatimah seluruh anggota keluarga ini sangat tertarik dengan Allah Swt.

Suasana di keluarga Fatimah diwarnai dengan harum semerbak lantunan al-Quran. Anak-anak Fatimah ketika menyaksikan ibunya yang tengah beribadah menyadari bahwa ibu mereka tenggelam dalam ibadah yang mendalam. Munajat Fatimah kepada Tuhannya didasari oleh makrifat dan pengetahuannya yang mendalam. Rumah ini menjadi lingkungan penuh kasih sayang Fatimah dengan suaminya, Ali bin Abi Thalib. Kecintaan dan sifat pemaafnya, membuat keluarga Fatimah sangat kokoh di mana anak-anaknya nantinya menjadi tokoh sejarah dan pengubah dunia.

Di keluarga Fatimah tidak ditemukan jejak-jajak jahiliyah, fanatisme dan egoisme. Putri tercinta Rasulullah ini telah membuktikan kepada masyarakatnya bahwa tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dalam menggapai puncak kesempurnaan. Ini adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada manusia, sehingga mereka mampu mengembangkan potensi di dalam dirinya.

Salah satu peran Fatimah adalah meningkatkan level budaya masyarakat. Dengan pengetahuan dan marifat agamanya, Fatimah tak ubahnya sebuah cahaya di tengah masyarakat dan menunjukkan puncak serta ketinggian perempuan di bidang ilmu dan makrifat serta akhlak.

Akhir kehidupan Fatimah telah tiba. Meski putri tercinta Rasulullah ini menyimpan kesedihan mendalam di dadanya, ia tetap dengan setia bermunajat kepada Tuhannya.