Buku Kontradiksi Alquran karya Al-Kindi dan Sahabat Imam Hasan Askari AS
Imam Hasan Askari tak pernah mengutamakan dunia dan kesenangannya. Seluruh hidupnya dalam pengabdian kepada Islam, menjawab semua persoalan dan menentang siapapun yang hendak berbuat buruk terhadap muslimin dan akidah mereka serta apa yang mereka sucikan, baik dengan sengaja ataupun tidak. Dalam satu masalah yang dihadapi muslimin, seorang filosof Abul Ishaq al-Kindi menulis sebuah buku tentang kontradiksi dalam Alquran. Tak seorang pun dari murid-muridnya mampu menjawab buku dia. Maka Imam Hasan Askari bangkit untuk menyelesaikan masalah ini, tetapi dengan cara tidak langsung. Ialah melalui seorang sahabatnya.
“Tuanku wahai sang alim yang mulia (al-Kindi), Anda telah mengenalku sejak sekian tahun bahwa Saya berguru kepada Anda. Maukah Anda sampaikan kepada Saya tentang isi kitab karya Anda terhadap Alquran yang telah menyita banyak waktu Anda?
“Kenapa tidak! Kamu salah seorang yang belajar ilmu kepadaku. Tetapi aku ingin menuntaskan kitab itu untuk melihat pandanganku terkait cakupan wawasannya terhadap ulama dan para ahli makrifat”
“Demi Allah, jika Saya mendapat tempat di sisi Anda sudilah kiranya Anda menerangkan kepada Saya tentang sesuatu itu yang sarat ilmu pengetahuan..”
“Aku telah mengumpulkan banyak ayat dan surat-surat yang kontradiksi satu sama lain. Ayat yang satu berselisih dengan ayat yang lain. Aku telah membuat satu pasal tentang perintah-perintah yang konon terdapat di dalam beberapa ayat, lalu perintah-perintah lainnya terdapat di dalam beberapa ayat yang lain dalam masalah yang sama”
“Akan tetapi tuanku, Saya dihadapkan satu masalah jika Anda izinkan, Saya menanyakannya kepada Anda”
“Tanyakanlah!”
“Seandainya Sang Pembicara mendatangi Anda dengan membawa Alquran, mungkinkah dia mengatakan bahwa maksud dia dari perkataannya bukanlah makna yang Anda pahami?”
“Itu bagian dari kemungkinan”
“Bagaimana Anda tahu, bahwa apa yang dia maksud dari perkataannya bukanlah yang Anda pahami, sehingga menjadi jelas maknanya tidak semakna yang telah Anda katakan?”
“Apa? Ulangi kata-katamu tadi! Ulangi.. ulangi yang telah kamu katakan tadi!”
“Jika boleh bahwa makna yang dimaksud adalah selain yang Anda pahami, berarti Anda bagian dari Alquran. Padahal jelas, ia bukan sebagaimana yang telah Anda pikir bahwa itulah makna-maknanya menurut Anda?”
“Itu adalah kemungkinkan dalam bahasa dan diperbolehkan dalam pandangan. Akan tetapi, dari mana kamu memiliki pandangan ini?”
“Itu yang terlintas dalam hati Saya lalu Saya sampaikan kepada Anda”
“Tidak, sekali-kali tidak, orang setingkat kamu belum sampai pada petunjuk ini dan tidak mencapai tingkatan ilmu ini. Aku sumpah kamu demi Allah, kecuali kamu beritahui kepadaku, dari mana kamu mendapat soal ini?”
“Saya disuruh oleh Abu Muhammad Hasan bin Ali (al-Askari as) untuk berbicara dengan Anda supaya Saya bisa menyampaikan soal ini terkait kitab Anda itu”
“Kini kamu telah membawakannya (soal seperti itu), yang takkan terlontar dari seorang pun melainkan dari beliau”
“Hai bocah!” (kata al-Kindi kepada orang rumahnya). “Nyalakan api dan bawa kemari kitabku untuk Saya bakar!”
“Begitulah al-Kindi sang alim yang tersohor membakar kitabnya. Allah menjaga muslimin dari keburukan fitnah itu melalui Imam Askari as yang diakui oleh al-Kindi, dan kemudian dia membakar kitabnya lantaran perkataan yang diucapkan oleh Imam Suci, yang menyentuh hati dan menyadarkan dirinya.[*]