Benarkah Syiah Mengkafirkan Kelompok Ahlussunnah?
Salah satu sebab mazhab Syiah dianggap sebagai ghulat ialah adanya tuduhan bahwa syiah adalah kelompok yang menganggap mazhab Ahlussunnah sebagai Nasibi dan kafir. Seperti yang tercantum dalam kitab Mauqifus Syiah min Ahlis Sunnah karya Muhammad Malullah yang menuduh bahwa Syiah mendefinisikan Nashibi sebagai Ahlussunnah yang bertawalli pada Abu Bakar, Umar dan para sahabat lainnya RA.
Kemudian mereka yang membenci Syiah mengambil riwayat dari kitab Syiah yang menunjukkan bahwa Nashibi (yang dianggap sebagai Ahlussunnah) adalah kafir. Seperti yang tercantum dalam kitab Wasail As-Syiah karya Syekh Muhammad bin Al-Hasan Al-Hur al-Amili, disebutkan disitu dari Al-Fudhail bin Yasar ia berkata: aku bertanya pada Abu Ja’far As tentang perempuan mukmin bolehkah aku menikahkannya dengan seorang nashibi? Ia menjawab: Tidak, karena nashibi kafir.
Lalu, benarkah Mazhab Syiah menganggap Ahlussunnah sebagai Nashibi dan kafir?
Untuk menjawab persoalan tersebut, pertama, kita harus merujuk pada definisi nashibi baik dalam literatur Syiah maupun Ahlussunnah.
Menurut ulama Syiah Sayyid Khui, dalam kitabnya At-Tanqih fi Syarhil ‘Urwatul Wutsqo, beliau mendefinisikan nashibi sebagai kelompok terlaknat yang menegakkan permusuhan dan menampakkan kebencian pada Ahlul Bait As.
Adapun menurut ulama Ahlusunnah Al-Husaini Al-Zabidi dalam kitabnya Tajul Arus, beliau menyebutkan bahwa Nashibi adalah yang beragama dengan kebencian kepada Sayyidina Amirul Mukminin Abil Hasan Ali bin Abi Thalib karena mereka memusuhinya dan menampakkan penentangan kepadanya, mereka adalah sekelompok orang dari kaum khawarij
Dalam literatur Ahlussunnah juga disebutkan bahwa seseorang yang meninggal atas kebencian pada keluarga Muhammad (Ahlul Bait) mati sebagai kafir. Seperti yang terekam dalam Tafsir Al-Kasyaf karya Zamakhsari.
Dari penjelasan diatas kita bisa fahami bahwa standar seseorang dikatakan sebagai nashibi dan dihukumi kafir ialah yang menegakkan kebencian dan permusuhan kepada Ahlul Bait as atau khususnya Ali bin Abi Thalib As. Dan tuduhan bahwa Syiah mengkafirkan Ahlussunnah karena nashibi tidaklah tepat. Baik dalam literatur Ahlussunnah maupun Syiah seorang muslim wajib untuk mencintai Ahlulbait sebagaimana yang pernah kita jelaskan sebelumnya di pembahasan Shiaologi ini.
Adapun posisi Ahlusunnah dalam Mazhab Syiah ialah saudara muslim dimana shalat bersama mereka sah dan di ibaratkan seperti shalat di belakang Rasulullah Saw. Seperti yang termaktub dalam sebuah riwayat di kitab Al–Furu’ minal Kafi karya Al-Kulaini, dari Abu Abdillah As, ia berkata: Sesiapa yang shalat bersama mereka (Ahlussunnah) di saf pertama seperti shalat di belakang Rasulullah Saw.