Sebagian Perbuatan Sahabat Membatalkan Konsep Keadilan Sahabat

Pada seri-seri sebelumnya telah banyak dibahas seputar dalil-dalil keadilan sahabat yang diajukan oleh ulama Ahlussunnah dan begitu juga sanggahannya.

Pada tulisan kali ini akan dijelaskan sanggahan lainnya yang dapat mementahkan konsep keadilan sahabat; berupa tindakan sahabat sendiri.

Maksudnya adalah, bahwa banyak riwayat yang terdapat di dalam literatur-literatur Ahlussunnah yang memuat tentang tindakan-tindakan para sahabat yang bertentangan dengan konsep keadilan sahabat.

Dalam satu riwayat disebutkan bahwa banyak dari sahabat yang melakukan bidah. Seperti yang tertera dalam riwayat berikut:

Dari ‘Ala bin bin Musayyib, dari ayahnya, ia berkata: aku bertemu dengan Barra bin ‘Azib RA, lalu aku berkata: alangkah beruntungnya anda. Engkau telah menjadi sahabta Nabi SAWW dan melakukan baiat terhadapnya di bawah pohon (Ridwan). Lalu ia berkata: wahai anak saudaraku sesungguhnya engkau tidak menegetahuai bidah apa yang kami perbuat setelahnya.[1]

Di dalam hadits lainnya disebutkan bahwa Aisyah enggan dimakamkan di samping Nabi SAWW karena ia merasa melakukan bidah setelah Rasul SAW

Dari Qais bin Abi Hazim ia berkata:……… lalu ia (Aisyah) berkata: aku telah melakukan suatu bidah setelah Rasulullah SAWW. makamkanlah aku bersama para istri-istri beliau. Lalu ia dimakamkan di Baqi’. Hadits ini shahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim, tapi keduanya tidak meriwayatkannya.[2]

Di dalam riwayat berikutnya disebutkan bahwa banyak dari sahabat yang murtad atau berpaling ke belakang:

Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAWW, beliau berkata: ketika aku berdiri di samping telaga, lalu datanglah satu kelompok. Sampai pada saat ketika aku mengenali mereka, lalu keluarlah seseorang di antaraku dan diantara mereka. Seraya berkata: kemarilah! Aku berkata: mau ke mana? Ia menjawab: ke neraka. Aku bertanya: ada apa dengan mereka? Ia menjawab: sungguh mereka telah murtad dan berpaling ke belakang setelahmu. Kemudian datang lagi satu kelompok yang lain. Pada saat aku telah mengenali mereka, keluarlah seseorang di antaraku dan diantara mereka seraya berucap: Kemarilah! Aku bertanya: mau ke mana? Ia menjawab: menuju neraka demi Allah. Aku bertanya: ada apa dengan mereka? Ia menjawab: sungguh mereka telah murtad dan berpaling kebelakang setelahmu. Aku tidak melihat mereka terbebas kecuali sedikit saja.[3]

Dan di dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa sebagian sahabat mengubah ajaran Nabi SAWW:

Dari Abu Hazim, ia berkata: aku mendengar Sahal bi Sa’d berkata:……. Sungguh aku mendengar ia menambah padanya, beliau (rasulullah) berkata: sesungguhnya mereka itu termasuk golonganku. Lalu di jawab: sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka ubah setelahmu. Lalu aku berkata: binasalah bagi yang mengubah setelahku[4]

Hadits-hadits yang telah disebutkan dengan gamblang menyatakan bahwa banyak dari sahabat yang murtad atau berpaling kebelakang, membuat bidah dan mengubah ajaran Nabi SAWW, yang tentu saja hal ini bertentangan dengan konsep keadilan sahabat yang digagas.

CATATAN:

[1] Bukhari, Muhammad bin Ismail, al-Jami’ al-Shahih, jil: 3, hal: 130, cet: al-Maktabah al-Salafiah, qaira.

[2] Hakim Naisaburi, Muhammad bin Abdullah, al-Mustadrak Ala al-Shahihain, jil: 4, hal: 7, cet: Dar al-Kutub al-Ilmiah, Beirut.

[3] Bukhari, Muhammad bin Ismail, al-Jami’ al-Shahih, jil: 4, hal: 207, cet: al-Maktabah al-Salafiah, qaira.

[4] Bukhari, Muhammad bin Ismail, al-Jami’ al-Shahih, jil: 4, hal: 312, cet: al-Maktabah al-Salafiah, qaira.