Mencintai Sahabat Nabi dan Konsep Keadilan Sahabat

Keadilan seluruh sahabat merupakan sebuah konsep yang sangat menarik untuk dibahas, lantaran konsep tersebut menjadi perbincangan dan perdebatan diantara kaum muslimin. Sebagian kaum muslimin berpegang pada konsep tersebut dan berkeyakinan bahwa seluruh sahabat adil. Sedang yang lain berpendapat bahwa sahabat nabi ada yang adil ada juga yang tidak adil bahkan berperilaku jauh dari sifat adil.

Mereka yang berpegang pada konsep ini menyuguhkan dalil-dalil baik dari Al-Quran maupun riwayat-riwayat atau hadis. Salah satu hadis yang dianggap sebagai dalil dan menunjukkan akan keadilan seluruh sahabat ialah hadis tentang kecintaan pada para sahabat yang sejalan dengan kecintaan kepada nabi dan Allah Swt.

Muhammad bin Ahmad Al-Qurtubi dalam tafsirnya Al-Jami’ li Ahkamil Quran menulis hadis tersebut yang diriwayatkan dari Anas dari Rasulullah Saw ia berkata: Sesiapa yang mencintai Allah Azza wa Jalla maka ia mencintaiku, dan sesiapa yang mencintaiku maka ia mencintai para sahabatku, dan sesiapa yang mencintai sahabatku maka ia mencintai Al-Quran, dan sesiapa yang mencintai Al-Quran maka  ia mencintai masjid-masjid….

Dalam menanggapi hadis tersebut, beberapa ulama Ahlussunnah menilai bahwa sanad hadis tersebut bermasalah. Ibnu Hajar Asqalani dan Muhammad bin Ahmad Adz-Dzahabi dalam kitab mereka Lisanul Mizan dan Mizanul I’tidal menulis tentang periwayat hadis tersebut yaitu Abu Ma’mar yang dinilai memiliki kecacatan sehingga hadisnya dhaif, Ibnu Haban berkata: tidak disebutkan namanya (didalam hadis) kecuali dengan kecacatannya.

Adapun dilalah hadis tersebut tidak menunjukkan pada keadilan seluruh sahabat, melainkan hanya untuk menunjukkan kecintaan pada para sahabat karena mereka adalah sahabat nabi Saw. Kalaupun kita anggap kecintaan pada para sahabat adalah menunjukkan pada keadilan mereka, maka hadis tersebut tidak bisa di generalkan secara umum untuk seluruh sahabat, melainkan hanya untuk sebagiannya saja. Karena sebagaimana yang telah banyak kami jelaskan sebelumnya perihal beberapa sahabat dari berbagai referensi Islam, kita dapati bahwa dari mereka ada yang berperilaku atau bersifat tercela seperti munafik, pembunuh, pemabuk dan sifat tercela lainnya. Konsekwensinya, jika kita generalkan hadis itu untuk seluruh sahabat, maka kecintaan pada para sahabat karena mencintai nabi dan Allah swt dalam hadis tersebut, melazimkan termasuk juga untuk sahabat yang munafik, pembunuh, atau sahabat yang bersifat buruk lainnya, dan hal tersebut sangatlah tidak masuk akal. Jadi, Hadis tersebut tidaklah tepat dan tidak bisa diterapkan untuk dijadikan dalil dalam konsep keadilan seluruh sahabat.

Wallahu A’lam