Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Pandangan Ulama tentang Ghadir Khum

1 Pendapat 05.0 / 5

Sebelumnya kita telah membahas akan kemutawatiran hadis Ghadir Khum, dimana hadis ini sangat berlimpah periwayatannya dengan kualitas yang shahih maupun hasan. Dan tentu saja hadis ini tercatat dalam berbagai banyak referensi baik itu kitab-kitab sejarah, tafsir maupun riwayat.

Adapun pada seri ini, kita akan bahas seputar pandangan ulama-ulama dari mazhab Ahlussunnah mengenai hadis Ghadir Khum dan peristiwa Ghadir Khum itu sendiri.

Ulama terkemuka bermazhab Syafi’i Kamaluddin Muhammad bin Thalhah As-Syafi’i mencatat dalam kitabnya Matholib As-Saul bahwa hari Ghadir Khum telah menjadi sebuah ‘Aid atau hari raya. Ia mengatakan:

Hari itu (18 Dzulhijjah) menjadi hari raya dan pekan raya, karena merupakan waktu dimana Rasulullah Saw mengkhususkan Ali dengan kedudukan yang sangat tinggi ini dan memuliakannya dengan kedudukan tersebut lebih dari semua orang yang lain.

Setelah itu beliau menukil sebuah riwayat yang berkaitan dengan Ghadir Khum

Diriwayatkan dari Zadzan ia berkata, “Aku mendengar Ali as menyumpah orang–orang” di Rahbah: “Siapa yang bersaksi di antara kalian bahwa Rasulullah Saw pada Hari Ghadir Khum bersabda demikian?” maka tiga belas (13) orang berdiri seraya bersaksi bahwa mereka telah mendengar Rasulullah Saw bersabda demikian: “Barangsiapa yang aku — menjadi — maulanya maka Ali adalah maulanya.

Ulama terkemuka lainnya dari kalangan Mazhab Hanafi yaitu Sibt Ibnul Jauzi Al-Hanafi juga mengomentari tentang hadis Ghadir Khum. Dalam kitabnya Tadzkiratul Khawash, beliau dengan jelas mengatakan bahwa hadis itu merupakan ‘Nash’ atas wilayah atau kepemimpinan Ali bin Abi Thalib. Ia mengatakan:

“Para ulama sirah sepakat bahwa peristiwa Ghadir Khum terjadi sepulang Nabi Muhammad Saw dari haji wada’ pada 18 Dzulhijjah. Beliau mengumpulkan sahabat dan jumlah mereka saat itu seratus dua puluh ribu (120.000) sahabat. Lalu beliau bersabda ‘Sesiapa yang menjadikan aku maulanya maka Ali adalah maulanya’. Hadis ini merupakan ‘Nash’ yang tegas atas kepemimpinan Ali, bukan dengan singgungan atau isyarat”.

Ibnu Al-Maghazali, seorang ulama tersohor dari Mazhab Syafi’i, dalam kitabnya Manaqib Amiril Mukminin menukil ucapan gurunya Abul Qasim Al-Fadhl bin Muhammad yang mengatakan bahwa hadis Ghadir Khum merupakan sebuah keutamaan untuk Ali bin Abi Thalib.

“Abul Qasim Al-Fadhl bin Muhammad berkata: ini adalah hadis yang shahih dari Rasulullah Saw. Dan hadis Ghadir Khum telah diriwayatkan dari Rasulullah Saw oleh seratus orang termasuk sepuluh yang utama. Ini merupakan hadis yang kuat dan tidak memiliki masalah, ini adalah keutamaan khusus Ali dan tidak ada yang sebanding dengannya.”