Teks Lengkap Khutbah Sayidah Zainab di Istana Yazid (Bagian 2)

Alangkah menakjubkan. Orang-orang salih, putra-putra Rasulullah, dan para pemimpin telah dibunuh oleh tangan-tangan para budak, penjahat, dan pendosa. Darah kami ditumpahkan oleh tangan-tangan mereka, daging-daging kami dijadikan makanan mereka. Kami berduka atas mereka yang jasadnya terbaring tak dikafani dan tak disalati di medan laga, tertancapi anak panah.

Wahai Yazid, jika engkau menganggap bahwa kekalahan kami adalah keberhasilanmu, maka engkau akan membayar akibatnya. Allah akan bertindak adil terhadap hamba-hamba-Nya. Kami hanya bergantung kepada Allah. Dialah penolong dan pelindung kami. Dan kepada-Nya kami menyandarkan harapan kami. Engkau boleh berencana dan mencoba sebanyak yang engkau mau. Demi Dia yang telah memuliakan kami dengan wahyu, Alqur’an, dan kenabian; engkau tidak akan pernah bisa mencapai status dan kedudukan kami, tidak akan bisa pula menghadang ucapan kami, dan tidak akan bisa menghilangkan aib dan kehinaan dirimu, yang sekarang menjadi nasibmu, dikarenakan tindakan keterlaluan dan penindasan terhadap kami. Kata-katamu menjadi sia-sia dan hari-harimu dihitung. Ingatlah akan hari ketika Sang Penyeru menyeru: ‘Kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim.’ (QS.  Hud:  18)”

Segala puji bagi Allah Yang telah memberikan akhir yang baik bagi para wali-Nya dan memberikan keberhasilan pada tujuan-tujuan mereka, dan setelah itu memanggil mereka kembali dengan   rahmat, kenikmatan, dan kebahagiaan-Nya; sementara engkau menjatuhkan diri dalam kejahatan dan kerusakan dengan bertindak zalim terhadap mereka. Kami memohon kepada Allah agar menganugerahi kami balasan (kebaikan) melalui mereka dan memberi kami kebaikan Khilafah dan Imamah. Sungguh Allah Mahabaik dan Mahasayang kepada makhluk-Nya.”

Di antara hadirin terdapat seorang Syria berambut merah, yang melihat Fatimah Kubra putri Imam Husain a.s. Ia lalu meminta Yazid untuk memberikan ia kepadanya. Ketika gadis itu mendengar hal ini, ia pun berpegangan pada Sayidah Zainab dan menangis. Ia takut bahwa setelah ayahnya meninggal ia kini akan dijadikan budak. Zainab as tak merasa takut, ia pun berpaling kepada Yazid dan berkata kepadanya bahwa ia tak berhak dan tak berwenang untuk memberikan gadis tersebut.  Yazid pun menjadi marah dan menjawab bahwa ia bisa melakukannya.

Sayidah Zainab lalu berkata: “Engkau telah melecehkanku dikarenakan kekuasaan dan otoritasmu.”

Atas jawaban ini Yazid menjadi malu dan terdiam. Sementara kepada orang Syria tadi Zainab berkata: “Semoga kutukan Allah menimpamu. Semoga neraka menjadi tempat tinggal abadimu. Dan semoga matamu dibutakan dan badanmu menjadi cacat.”

Seketika tubuh orang tersebut menjadi cacat, lalu ia pun terjatuh ke tanah dan tewas. Yazid sangat murka dengan penentangan keras Zainab terhadap kekuasaannya, sehingga Yazid memerintahkan agar Zainab dibunuh. Namun Abdullah bin Amru bin ‘Ash segera mengintervensi dan memohon agar ia tidak memperhatikan kata-kata keras tersebut karena sedang dalam kondisi sangat berduka, menderita kesulitan, dan patah hati.

Yazid pun terpengaruh dan akhirnya membiarkan Sayidah Zainab dan Imam Ali Zaina Abidin a.s. tetap hidup. Namun tak urung kematian juga terjadi, Sukainah putri Imam Husain meninggal dalam penawanan di Damaskus pada usia empat tahun, dan dikuburkan di sana.

Melalui khotbah Zainab yang tegas dan berani, serta kata-kata yang tersebar selama perjalanan, orang-orang menjadi tahu tentang peristiwa Karbala dan tergerak hatinya. Sementara penawanan dan penghinaan  terhadap keluarga Rasulullah menyebabkan masalah mereka pun menjadi  perhatian banyak orang. Karenanya, datang berita kepada Yazid bahwa terjadi kerusuhan di  kerajaan, dan ia pun memutuskan untuk membebaskan para tawanan. Ketika terlihat oleh Yazid bahwa tawanan Ahlulbait telah cukup terhinakan dan dikarenakan desakan orang-orang tertentu yang khawatir dengan meningkatnya kerusuhan publik yang telah mengetahui kebenaran, maka Yazid segera mengirim utusan kepada Imam Ali Zainal Abidin a.s. Yazid memberitahu tentang rencana pembebasan tawanan.

Imam Ali Zainal Abidin kemudian berkonsultasi dengan bibinya Zainab. Kesepakatan pun dibuat, Zainab datang ke Yazid, kali ini ia telah mengenakan hijab. Beliau lalu berkata:

“Wahai Yazid, semenjak hari di mana pemimpin dan Imam kami al-Husain dibantai, kami tak memiliki kesempatan untuk menyelenggarakan majlis duka bagi beliau.”

Lalu diberikanlah kepada mereka sebuah rumah besar di daerah pemukiman di Damaskus. Di sinilah Sayidah Zainab untuk pertama kalinya mengadakan majelis duka bagi Imam Husain a.s. Para wanita dari suku Quraisy dan Bani Hasyim datang dengan pakaian serba hitam sembari menangis pilu. Imam Ali Zainal Abidin a.s. duduk sambal menceritakan pada para wanita Syria tentang apa yang menimpa dirinya dan rombongannya. Para wanita itu pun menangis dan berduka, ketika pula mereka menceritakannya kepada kaum lelaki mereka. Akhirnya, secara bertahap gambaran tentang kesan baik Yazid pun menjadi hilang. Sehingga, dikarenakan kekhawatiran akan terjadinya pemberontakan, maka Yazid membebaskan para anggota keluarga Rasulullah Saw.