Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Dialog Rasulullah Saw dengan Malaikat Jibril pada Perang Uhud

1 Pendapat 05.0 / 5

Ketika tidak ada lagi orang yang yang menyertai Nabi Muhammad Saw kecuali Ali dan Abu Dajjanah, Rasul Saw menyerahkan pedangnya Dzulfiqar kepada Ali a.s, lalu ia memandang ke arah langit seraya berkata:

“Ya Allah, sesungguhnya Muhammad adalah hamba-Mu dan rasul-Mu. Engkau telah jadikan setiap nabi mempunyai seorang pembantu dari keluarganya, untuk mengokohkan lengannya dan mengikutsertakannya dalam urusannya. Dan Engkau telah jadikan seorang pembantu bagiku dari keluargaku, yaitu Ali bin Abi Thalib, saudaraku. Sungguh, ia sebaik-baik saudara dan sebaik-baik pembantu.

Ya Allah, Engkau telah berjanji kepada-Ku dengan 4000 malaikat yang berbaris. Ya Allah, sesungguhnya janji-Mu adalah janji-Mu. Sesungguhnya Engkau tidak akan menyalahi janji. Engkau berjanji akan memenangkan agama-Mu atas seluruh agama meski orang-orang musyrik tidak menyukainya.”

Perawi berkata: “Saat Rasulullah saw berdoa dan memohon dengan sangat kepada Tuhannya beliau mendengar teriakan dari langit. Lalu ia mengangkat kepalanya, dan ia melihat Jibril a.s. di atas kursi emas beserta 4000 malaikat yang berbaris seraya berkata, ‘Tidak ada pemuda kecuali Ali dan tidak ada pedang kecuali Dzulfiqar.”

Jibril turun di atas batu besar sementara para malaikat lainnya mengelilingi Rasulullah Saw dan mengucapkan salam kepadanya. Jibril berkata: “Wahai Rasulullah, demi Dzat yang telah memuliakanmu dengan petunjuk, para malaikat merasa kagum dengan pertolongan laki-laki ini dengan dirinya.”

Perawi meriwayatkan, kemudian Rasulullah Saw bersabda, “Wahai manusia, pada saat kalian berpaling dariku, Ali menolongku. Maka siapa saja yang menaatinya berarti ia telah mentaatiku, dan siapa saja yang menentangnya berarti ia telah menentangku dan berpisah denganku di dunia dan di akhirat.”

Hudzaifah berkata: “Tidak layak seorang yang berakal merasa ragu bahwa orang yang tidak pernah menyekutukan Allah lebih utama daripada orang yang pernah menyekutukan Allah, dan orang yang tidak pernah meninggalkan Rasulullah saw tentu lebih utama dari pada orang yang pernah meninggalkan Rasulullah saw. Dan dia itu adalah Ali bin Abi Thalib.”

Furat bin Ibrahim al-Kufi meriwayatkan hadis ini di dalam kitab tafsirnya. Hadis ini terperinci dan sebagian kalimatnya mutawatir.

Ibnu Abil Hadid berkata di dalam Syarah Nahjul Balaghah, setelah menukil apa yang diriwayatkan dari tafsir Furat bin Ibrahim al-Kufi dengan sedikit perbedaan mengatakan: “Hadis ini telah diriwayatkan oleh sekumpulan ahli hadis, dan ini termasuk hadis masyhur.

Maghazi Muhammad bin lshaq mengatakan: “Hadis ini sahih.” Ketika ada yang bertanya kepadanya mengapa kitab-kitab sahih tidak mencantumkannya, ia menjawab: “Tidak setiap hadis sahih dimuat  oleh kitab-kitab sahih. Betapa banyak hadis-hadis sahih yang diabaikan para penyusun kitab-kitab sahih.”