Benarkah Orang-orang Syiah yang Telah Membunuh Imam Husain di Karbala (2)

Untuk membersihkan nama Yazid bin Muawiyah dari daftar aktor pembantaian karbala ada saja oknum yang berusaha menutupi realitas sejarah dengan mengemukakan syubhat yang menyatakan bahwa pembantai keluarga Nabi SAWW di karbala adalah orang Syiah sendiri, tepatnya Syiah kufah.

Usaha ini tentu saja tidak akan mampu menutupi fakta yang tercatat di dalam lembaran sejarah, baik literatur Sunni maupun Syiah yang menyebutkan bahwa aktor utama pembantaian ini adalah Yazid bin Muawiyah.

Pada tulisan sebelumnya telah diajukan beberapa dalil dan argumentasi yang mementahkan asumsi di atas. Untuk melengkapi dalil yang telah dipaparkan pada seri ini akan diajukan dalil lainnya.

Dalil yang dimaksud adalah sapaan yang digunakan oleh kedua kubu dan pihak untuk menyeru pihak lainnya.

Pada satu kesempatan sebagaimana disebutkan dalam kitab Maktal al-Husain bahwa imam Husain As menyeru pihak musuh dengan sebutan Syiah Abu Sofyan:

“…. Kemudian ia (imam husain) berteriak ke arah mereka: Celakalah kalian wahai para pengikut keluarga Abu Sofyan! Jika kalian tidak memiliki agama dan tidak takut terhadap hari kiamat maka jadilah manusia merdeka dalam urusan dunia kalian. Dan kembalilah ke jalur keturunan kalian, jika kalian memang bangsa arab sebagaimana kalian sangkakan.[1]”

Di sisi lain pihak musuh menyematkan panggilan penghuni neraka dan pendusta untuk imam Husain AS sebagaimana tercatat dalam al-Kamil Fi al-Tarikh:

“ lalu seorang laki-laki diantara mereka yang bernama Ibn Hauzah datang dan berkata: siapa di antara kalian yang bernama Husain? Namun tidak seorangpun menjawab. Lantas ia mengulangi perkataannya sebanyak tiga kali. Mereka menjawab: ya. Apa keperluan mu? Ia berkata: wahai Husain! Berbahagialah dengan neraka. Beliau menjawab: engkau telah berbohong, bahkan aku lebih utama bagi tuhan yang penyayang dan pemberi Syafaat yang ditaati.[2]”  

“ dan keluarlah Amr bin Qardzah al-Anshari dan ia berperang di sisi imam husain, lalu ia terbunuh. Sementara saudaranya bersama dengan Umar bin Sa’ad, lantas ia berteriak: wahai Husain Pendusta anak dari pendusta! Engkau telah menyesatkan dan menipunya hingga engkau membunuhnya. Ia (imam Husain) menjawab: Sesungguhnya Allah tidak menyesatkannya, bahkan Ia telah menghidayahinya dan (sebaliknya) menyesatkanmu.[3]”   

Dari beberapa catatan sejarah di atas dapat dipahami bahwa para pembantai keluarga Nabi SAWW di Karbala bukanlah orang-orang Syiah Kufah sebegimana dituduhkan oleh kelompok pembela bani Umayyah.

Hal ini mengingat bahwa: pertama: imam Husain sendiri menyematkan nama pengikut keluarga Abu Sofyan (Syiah Ali Abu Sofyan); Dengan menggunkan istilah “Syiah Ali Abu Sofyan” secara gamblang dan tegas bukan Syiah Ahlulbait atau Syiah Husain maupun Syiah Ali. Ini berarti bahwa imam Husain menolak mereka sebagai Syiahnya.

Hal ini juga menjelaskan bahwa pada peristiwa Karbala ada dua golongan yang saling berhadapan; yang pertama “Syiah Ali Muhammad” dan ke dua “Syiah Ali Abu Sofyan”.

Yang kedua: para musuh imam Husain juga menyematkan nama atau panggilan yang sangat tidak layak untuk beliau, berupa orang yang bergembira dengan neraka dan seorang pendusta.

Lebih dari itu, tidak hanya imam Husain yang dikatakan sebagai pendusta, bahkan imam Ali AS pun diseret dan disebutkan sebgai pendusta sebab imam husain disebut sebagai “pendusta anak dari pendusta.”

Ungkapan ini tentu saja tidak akan keluar dari pengikut imam Husain dan imam Ali AS. Karena, jika mereka memang Syiah Ali tentu saja akan menggunakan kata-kata yang lebih sopan; terkhusus terhadap imam Ali AS.

Oleh karena itu menuduh bahwa pembantai imam Husaian dan keluarganya di Karbala adalah orang-orang Syiah Kufah, merupakan tindakan yang tidak ilmiah dan jauh dari nalar yang lurus.

[1] Khawarizm, Abu al-Muayyad al-Muwaffaq bin Ahmad al-Makki, Maqtal al-Husain, jil: 2, hal: 38, cet: Mehr.

[2] Ibn Atsir, ‘Izzuddin Abu al-Hasan Ali bin Muhammad, al-Kamil fi al-Tarikh, jil: 4, hal: 65, cet: Bait al-Afkar al-dauliah.

[3] Ibn Atsir, ‘Izzuddin Abu al-Hasan Ali bin Muhammad, al-Kamil fi al-Tarikh, jil: 4, hal: 65, cet: Bait al-Afkar al-dauliah