Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Apakah Benar Yazid Menyesal dan Menangisi Kesyahidan Imam Husain?

1 Pendapat 05.0 / 5

Sebagian oknum yang ingin membersihkan nama Yazid; pembunuh imam Husain dan keluarga serta sahabatnya, sering berdalih dengan mengatakan bahwa Yazid sebenarnya tidak ingin membunuh imam Husain.

Mereka berdalih bahwa ketika kepala imam husain dihadirkan di hadapan Yazid, ia menangis dan mengutuk tindakan Ibn Ziyad yang telah melakukan tindakan keji tersebut. Hal ini sebagaimana tercatat dalam kitab tazkirat al-Khawash:

Ia berkata (al-Waqidi): lalu mengalirlah air mata Yazid dan ia berkata: semoga Allah melaknat Ibn Marjanah (nama lain dari Ibn Ziyad) dan semoga Allah merahmati Abu Abdillah (imam Husain) sungguh kami telah rela wahai penduduk Iraq tanpa kalian harus melakukan hal ini. Semoga allah memberikan yang terburuk kepada Ibn Marjanah. Seandainya di antara mereka (imam Husain dan Ibn Marjanah) ada hubungan rahim tentu ia tidak akan melakukan hal itu.[1]

Namun dalih serta alasan ini dapat terbantahkan dengan beberapa alasan berikut ini:

Yang pertama: tindakan yang dilakukan oleh Yazid di atas merupakan sandiwara yang ia lakukan setelah melihat dirinya takberdaya dihadapkan dengan hujatan keluarga Nabi. Demikian Thabari mengisahkan:

“Ia berkata (Abu Mikhnaf) Tatkala Yazid bin Muawiyah duduk, ia memanggil para pembasar Syam dan memerintahkan mereka duduk di sekelilingnya. Kemudia iamemanggil Ali bin Husain, anak-anak dan para wanitanya. Setelah itu mereka dihadirkan dihapannya sementara perhatian orang-orang tertuju kepada mereka. Yazid berkata: ayahmu yang telah memutus hubungan silatur rahim, tidak tahu hakku dan mengganggu kekuasaanku, maka Allah memperlakukannya seperti yang engkau lihat. Ia berkata (Abu mikhnaf): Ali bin Husain menjawab:  Tidak ada suatu bencana pun yang menimpa bumi dan dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfûzh) sebelum Kami menciptakan bumi itu (al-Hadid/ 22). Yazid berkata kepada anaknya Khalid: berikan jawaban atasnya. Ia berkata (Abu Mikhnaf): ia tidak mengetahui apa yang dapat menyahutinya, yazid berkata: katakan padanya:  Dan apa saja musibah yang menimpamu, maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu (Assyura/30) kemudian ia diam. Ia berkata (Abu Mikhnaf): kemudian ia memanggil para wanita, anak-anak lalu mereka di perintahkan untuk duduk di hadapannya. lantas Ia menyaksikan keadaan yang buruk. Kemudian Ia berkata: semoga Allah memberikan yang terburuk untuk Ibn Marjanah. Seandainya ia memiliki hubungan rahim atau kekerabatan dengan kalian, pasti ia tidak akan melakukan hal ini terhadap kalian dan tidak akan menggiring kalian seperti ini.“[2]

Catatan sejarah ini memperlihatkan dengan jelas bahwa sikap Yazid dalam mengutuk tindakan Ibn ziyad merupakan reaksi atas ketidak mampuannya menghadapi sanggahan serta ucapan Ali bin husain AS. Bukan suatu sikap yang tulus yang lahir dari hatinya yang paling dalam sebab di awal juga kita melihat bahwa ia berusaha menyudutkan imam Husain AS dengan mengatakan bahwa beliau sebagai pihak yang memutus hubungan silatur rahim, tidak memngetahui hak yazid dan mengganggu kekuasaannya.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kutukannya terhadap Ibn ziyad hanya berupa trik untuk membersihkan nama baiknya.

Ke dua: di dalam literatur lainnya dapat kita saksikan bahwa tindakan awal yang dilakukan Yazid adalah memukuli kepala imam Husain dengan tongkat kayu bukan menangisi kesyahidan beliau. dan ini senada dengan literatur sebelumnya yang mengatakan bahwa tindakan awalnya adalah menyudutkan imam Husain:

“adapun yang masyhur tentang Yazid di dalam semua riwayat bahwa tatkala kepala Husain AS telah berada di hadapannya, ia mengumpulkan penduduk Syam lalu mulai memukulinya dengan tongkat kayu seraya mengucapkan syair Ibn Ziba’ri: seandainya para tetua suku saya yang terbunuh di perang Badar hadir dan melihat tangisan Suku Khazraj karena dipukul oleh pedang dan tombak. Kami telah membunuh sekelompok dari pembesar mereka  sebagai ganti pembesar kita di Badar maka sudah telah berimbang.[3]”

Catatan ini mempertegas dan mendukung kesimpulan di atas; di mana tindakan Yazid di atas hanya berupa drama, bukan sikapnya dari awal dan tidak didasari niatan baik.

Yang ke tiga: jika tindakan di atas dilakukan dengan tulus dan bukan drama, seharusnya ia menindak gubernurnya Ibn Ziyad karena telah melakukan kesalahan yang sangat fatal. Namun fakta yang ada ia tidak melakukan hal itu. Bahkan sebaliknya, ia justru memberikan apresiasi tinggi terhadapnya.

Dalam hal ini Muruj al-Zahab mengungkapkan:

Yazid adalah seorang yang suka berpoya-poya, ia memelihara binatang liar seperti  anjing, monyet dan macan tutul. Ia juga seorang peminum Khamar. Suatu hari ia sedang duduk minum anggur dan Ibn Ziyad berada di sisi kanannya. Hal ini terjadi setelah pembunuhan Husain. Sambil menghadap penuang minumannya, ia membacakan syair berikut: “berikan aku seteguk agar dahagaku hilang dan berikan juga kepada Ibn Ziyad, karena ia merupakan penjaga rahasia dan kepercayaanku serta penyelesai semua jihad dan rampasanku.” Setelah itu ia memerintahkan para penyanyi untuk menyanyikan syairnya, lalu mereka menyanyikannya.[4]

Apa yang didokumentasikan oleh Mas’udi di dalam kitabnya ini, mengungkap fakta yang sebenarnya dari drama yang dilakukan oleh Yazid. Di mana dapat disaksikan bahwa ia menganggap Ibn Ziyad sebagai orang yang istimewa dan bukan sebagai penjahat maupun pelaku kebiadaban yang layak dikutuk serta dicela.

[1] Sibt ibn Jauzi, Yusuf bin Farghali, Tazkirah al-Khawash, hal: 260-261, cet: Nainawa al-Haditsah.

[2] Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir, Tarikh al-Thabari, jil: 3, hal: 339, cet: Dar al-Kutub al-Ilmiah, Beirut.

[3] Sibt ibn Jauzi, Yusuf bin Farghali, Tazkirah al-Khawash, hal: 271, cet: Nainawa al-Haditsah.

[4] Mas’udi, Ali bin Husain,Muruj al-Zahab, jil: 2, hal: 318, cet: Mansyurat Wizarat al-Tsaqafah, Damaskus.