Keterangan Ibnu Hibban atas Penawanan Keluarga Imam Husein AS dan Perlakuan Yazid

Perlakuan yang diterima oleh imam Husein as dan rombongannya dalam peristiwa Karbala menunjukkan wajah asli siapa sebenarnya musuh mereka. Yazid dan komplotannya tak lebih dari segerombolan orang-orang yang menghalalkan segala cara demi sampai pada tujuan duniawinya.

Selain menghalalkan darah cucu nabi itu beserta para sahabat setianya, mereka juga merampas semua barang yang dinilainya berharga dari jenazah-jenazah mereka, bahkan tak cukup dengan itu mereka juga masuk ke perkemahan para wanita dan merampas perhiasan mereka.

Setelah itu sisa rombongan yang ada diperlakukan layaknya tawanan perang, yang kemudian diarak menuju Kufah, istana Ibnu Ziyad kemudian dikirim bersama kepala imam Husein as menuju istana Yazid di Syam.

Hal ini dapat kita temukan dalam banyak catatan sejarah Islam yang ada, salah satunya adalah kitab As-Sirah An-Nabawiyah Wa Akhbarul Khulafa karya Ibnu Hibban (270 – 354 H). Ibnu Hibban sendiri dikenal sebagai seorang ulama yang ahli dalam berbagai keilmuan terlebih dalam bidang hadis. Terkait peristiwa tersebut ia menuliskan dalam kitabnya:

ثم أنفذ عبید الله بن زیاد رأس الحسین بن علی إلى الشام مع أسارى النساء والصبیان من أهل بیت رسول الله صلى الله علیه وسلم على أقتاب مکشفات الوجوه والشعور

Kemudian Ubaidillah bin Ziyad mengirim kepala Husein bin Ali ke Syam beserta para tawanan wanita dan anak-anak dari keluarga Rasulullah saw di atas pelana-pelana (unta) dalam keadaan wajah dan rambut mereka tersingkap.[1]

Selain itu ia juga menjelaskan bahwa rombongan yang dikirim menuju Syam itu, apabila mereka berhenti di sebuah tempat maka pasukan penggiring akan mengeluarkan kepala imam Husein as dari kotak dan menancapkannya di atas tombak kemudian berpatroli selama waktu tinggal dan kembali memasukan kepala itu saat hendak bergerak kembali.[2]

Dalam kesempatan yang lain ia juga mencatat:

ثم أرکب الأسارى من أهل بیت رسول الله صلى الله علیه وسلم من النساء والصبیان أقتابا یابسة مکشفات الشعور، وأدخلوا دمشق کذلک، فلما وضع الرأس بین یدی یزید بن معاویة جعل ینقر ثنیته بقضیب کان فی یده ویقول: ما أحسن ثنایاه

Kemudian (Ubaidillah bin Ziyad) menaikkan para tawanan dari keluarga Rasulullah saw dari para wanita dan anak-anak di atas pelana-pelana kering (tak bertudung) dengan keadaan rambut tersingkap, dan begitu pula (kondisi mereka) saat memasuki Damaskus, kemudian ketika diletakan kepala itu (imam Husein as) di hadapan Yazid bin Muawiyah, ia mulai memukul-mukul gigi bagian depannya (imam Husein as) dengan tongkat yang ada di tangannya seraya berkata: “Betapa indahnya dua gigi bagian depannya!”[3]

Begitulah sedikit gambaran dari perlakuan yang diterima oleh keturunan nabi saw setelah peristiwa Karbala. Jauh dari kata menghormati, melainkan dengan bangganya Yazid dan komplotannya menghinakan mereka bahkan ia menjadikan kepala imam Husein as layaknya mainan, dipukul-pukuli dengan tongkat. Hal ini menjadi bukti jelas bagi kita bahwa perlakuan Yazid dan komplotannya dalam peristiwa Karbala sangat jauh dan menyimpang dari nilai-nilai Islam bahkan tindak-tanduknya tersebut membuat mereka layak untuk mendapat kecaman serta laknat dari kaum muslimin yang mencintai nabi Muhammad saw dan ahlul baitnya.

[1] As-Sirah An-Nabawiyah Wa Akhbarul Khulafa, hal: 330.

[2] Ibid.

[3] As-Sirah An-Nabawiyah Wa Akhbarul Khulafa, hal: 331.