Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Tahapan-tahapan Risalah Rasulullah Saw

1 Pendapat 05.0 / 5

Risalah Rasulullah Saw memberikan dampak yang luar biasa pada makrokosmos dan mikrokosmos dengan berbagai dimensinya. Semua peradaban manusia merasakan pengaruhnya. Allah Swt mengutus Rasul Muhammad ke tengah-tengah masyarakat Arab yang tidak bisa membaca dan menulis di negeri Hijaz sana. Alquran merekamnya dalam surah al-Jumu’ah ayat 2:

“Dialah yang mengutus seorang rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah.”

Rasulullah Saw juga sebelumnya adalah manusia yang tidak bisa membaca dan menulis setelah beliau menjadi seorang yang alim, lalu mengajarkannya kepada orang lain. Risalah Rasulullah disampaikan dengan tahapan-tahapan yang melingkupi;

Pertama, yang beliau lakukan adalah membaca ayat-ayat-Nya, menyucikan jiwa, mengajarkan kitab   dan hikmah. Allah Swt mengutus Nabi Saw di tengah-tengah umatnya dengan asas ayat, “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, agar dia dapat memberi penjelasan kepada mereka.” (QS. Ibrahim: 4)

Jadi Rasul Saw mengajarkan ilmu-ilmu Ilahi yang sangat tinggi kepada kaumnya dengan bahasa Arab, ”Kami telah menurunkan Alquran ini dalam bahasa Arab agar kalian berpikir.” (QS. az-Zukhruf: 3). Kedua, adalah memberikan perubahan baru dalam mantik (medan semantik) bahasa.

Ketiga, adalah, “Aku tidak mengutusmu kecuali untuk seluruh manusia, Aku tidak mengutusmu kecuali untuk menjadi rahmat seluruh alam.”

Mahasuci Allah yang telah menurunkan al-Furqan atas hamba-Nya agar menjadi peringatan bagi seluruh alam. Di mana saja manusia eksis, di tempat mana saja ada yang menggunakan akal dan pikirannya, maka itu adalah zona risalah, baik itu masyarakat zaman itu atau di zaman lain, masyarakat yang ada di Arab atau di luar Arab.

Risalah Rasulullah itu untuk semua makhluk bukan hanya manusia. Allah Swt mengatakan, “Seandainya manusia dan jin berkumpul untuk membuat seperti Alquran ini mereka tidak akan bisa membuatnya walaupun satu sama lain saling membantu.” (QS. al-Isra: 88).

Ayat di atas menantang jin dan manusia, yang artinya jin juga memiliki tanggung jawab seperti halnya manusia. Di ayat lain Allah Swt berfirman ditujukan kepada jin dan manusia, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. ar-Rahman: 13)

Risalah Rasulullah Saw juga memiliki efek di wilayah-wilayah syuhud dan irfan. Kelahiran Rasul Saw, selain membawa tanda-tanda tertentu untuk penduduk bumi, tanda-tanda itu juga bisa dilihat bagi penduduk langit. Alquran menyitirnya, “Dan sesungguhnya kami (jin) telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api.  Dan sesungguhnya kami (jin) dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mencuri dengar (berita-beritanya). Tetapi sekarang siapa (mencoba) mencuri dengar (seperti itu) pasti akan menjumpai panah-panah api yang mengintai (untuk membakarnya). Dan sesungguhnya kami (jin) tidak mengetahui (adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan baginya.  (QS. al-Jin: 8-10)

Langit-langit dalam versi ayat-ayat Alquran sebagian besar bukanlah langit-langit yang ada di atas kepala manusia. Demikian juga yang dimaksud dengan penduduk langit adalah malaikat-malaikat, yaitu murid-murid manusia sempurna.

Aura eksistensi Rasulullah saw membuat manusia-manusia yang kotor terhalang untuk mendapatkan ilmu-ilmu Ilahi dari langit, sementara murid-murid dari langit dengan mudah mendapatkan ilmu-ilmu laduni dari baginda Rasulullah Saw. Ketika ilmu pengetahuan Rasul Saw ditampakkan di langit dan tidak ada yang menghalangi, maka para penduduk langit akan lebih baik menyerap ilmu-ilmu laduni beliau. Seluruh eksistensi di depan Rasulullah Saw adalah ummi, tidak bisa membaca dan menulis, bahkan malaikat-malaikat di langit, alim, ahli hikmah, manusia-manusia pintar di bumi, atau jin-jin karena semua eksistensi yang dikarunia ilmu dibandingkan dengan Rasulullah adalah tidak memiliki kemampuan apa-apa alias ummi.

Jika kita mentadaburi Alquran dengan hati yang terbuka lebar maka kita akan mendapatkan ilmu   pengetahuan yang lebih dalam lagi, “Dia-lah Yang mengutus seorang rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka.” Dengan mentadaburi ayat ini secara lebih mendalam, maka kita dapat memahami bahwa Rasul itu diutus kepada semua kaum buta huruf yang ada di semua alam. Rasul adalah manusia terpilih untuk seluruh semesta. Ayat yang mengatakan, “Aku menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi,” dan bumi di dalam ayat ini adalah zaraf maj’ul (wadah, tempat yang  diciptakan) dan bukan membatasi cakupan risalah. Khalifah Tuhan memang bermarkas di bumi tetapi untuk seluruh semesta, bukan untuk penduduk bumi semata-mata.