Benarkah Nabi Berwajah Masam? (2)

Pada pembahasan sebelumnya, kita telah mengulas perihal Surat ‘Abasa yang tafsirannya dikaitkan dengan pribadi Nabi Saw. Para ulama maupun Ahli Tafsir berbeda pendapat tentang sosok berwajah masam yang dimaksud dalam Surat tersebut. Banyak diantara mereka yang menganggap bahwa orang yang berwajah masam tersebut ialah Rasulullah Saw, namun ada juga yang berpendapat bahwa itu bukanlah Rasulullah Saw.

Dalam tulisan sebelumnya, disebutkan bahwa diantara mereka yang menolak sosok bermuka masam itu dinisbahkan pada Rasulullah Saw, dikarenakan hal tersebut secara zahir bertolak belakang dengan ayat-ayat lainnya yang menggambarkan keagungan pribadi Rasulullah Saw. karena sifat ini (bermuka masam) bukanlah dari sifat yang dimiliki oleh Rasulullah Saw.

Sebagai pertimbangan lainnya, ketika kita melihat konteks dari ayat tersebut, kita dapati bahwa Allah Swt mengfirmankan ayat tersebut menggunakan kata ganti orang ketiga tunggal (Dhamir Ghaib Mufrad), sehingga ayat tersebut bisa berupa kabar atau berita yang menginformasikan adanya orang bermuka masam tanpa menunjukkan pelakunya. Dan Allah Swt tidak menggunakan kata ganti orang kedua tunggal (Dhamir Mukhatab Mufrad) seperti yang banyak kita dapati dalam al-Quran untuk menunjukkan atau menisbahkan pada Rasulullah Saw.

Sebagai tambahan, Allamah Thabathaba’i dalam tafsirnya al-Mizan menyebutkan sebuah riwayat yang menjelaskan tentang siapa yang dimaksud dengan orang bermuka masam tersebut. Dalam tafsir tersebut Allamah Thabathaba’i menyebutkan riwayat dari Imam Shadiq As, yang menerangkan bahwa ayat itu turun atau dinisbahkan pada seorang laki-laki dari bani Umayyah yang saat itu berada di samping Nabi Saw, kemudian datanglah Ibnu Ummi Maktum atau seorang yang buta dalam ayat tersebut.[1]

Selanjutnya, Allamah Thabathaba’i menyebutkan riwayat lainnya dari Imam Shadiq As yang menjelaskan ketika Rasulullah Saw melihat Ibnu Ummi Maktum, beliau Saw menyambutnya dengan hangat dengan mengatakan Marhaban Marhaban.[2] Yang hal tersebut menunjukkan kehangatan dan kelembutan dari sifat Rasulullah Saw yang jauh dari sifat bermuka masam.

Dalam hal ini bisa kita simpulkan bahwa para ulama ataupun Mufassir berbeda pendapat tentang sosok orang bermuka masam dalam Surat Abasa. Seringnya kita melihat bahwa yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah Rasulullah Saw, namun tidak menutup kemungkinan bahwa sosok tersebut bukanlah Rasulullah Saw dengan alasan dan berbagai pertimbangan yang telah kita sebutkan sebelumnya.

Wallahu A’lam

[1] Thabathaba’i, Muhammad Husain, al-Mizan fi Tafsiril Quran Jilid 20, Hal. 224 Cet. Muassasaat al-A’lami lil Matbuaat – Beirut

[2] Ibid