Tauhid
Apakah Ilmu Allah SWT Butuh Proses?
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Muhammad Alfadani
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa yang mengalami proses bukanlah ilmu Allah SWT, tapi justeru peristiwa serta berbagai kejadianlah yang memiliki proses dan terealisasi secara bertahap.
Zat Tak Terbatas
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ayatullah Makarim Syirazi
Ajaran keislaman Syiah meyakini bahwa Allah adalah Zat Tak Terbatas dari segala sisi: ilmu, kekuasaan, keabadian, dan sebagainya. Oleh karena itu, Dia tidak dibatasi ruang dan waktu, karena keduanya terbatas. Namun pada waktu yang sama, hadir di setiap ruang dan waktu karena Dia berada di atas keduanya.
Allah, Rahim, dan Kasih Sayang
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Arfi Pandu Dinata
Islam mendasarkan keyakinannya mengenai Tuhan pada konsep yang disebut dengan Tauhid. Secara sederhana tauhid berarti menjadikan satu atau mengesakan Tuhan. Tauhid memandang bahwa Tuhan adalah zat yang Maha Esa, yang tidak dapat diserupakan dengan hal apapun dan melampaui segala sesuatu.
Siapa Pemilik Pengetahuan?
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Mohammad Fathi Royyani
Sudah lazim dalam pengetahuan kita bahwa bangsa Barat-satu sebutan yang merujuk pada bangsa Eropa, Amerika, dan Australia sekarang ini-sebagai penemu dan pemilik pengetahuan. Anggapan tersebut memang ada benarnya, karena ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat di negara-negara tersebut. Tapi, jika ditelusuri lebih dalam, anggapan tersebut akan terlihat “cacat”nya.
Mengenal dan Menyembah Tuhan Perkara Fitri
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Dr Ali Syirvani
Dari ajaran al-Quran, kita pahami bahwa mengenal Tuhan dan kecenderungan ber-Tuhan merupakan sebuah hal fitri. Keyakinan akan wujud Tuhan adalah sebuah “kesepakatan” dan bukan hal samar yang terselubung sehingga memerlukan argumentasi untuk membuktikannya. Dari pembahasan itu kita memahami arti mengenal Tuhan adalah fitri.
Mengapa Tuhan Memberi Kesempatan kepada Setan? (3)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- ust. maftuhin
Al-Quran mengatakan kepada kita bahwa iblis congkak dan menolak perintah Tuhan untuk sujud kepada Adam, dan kemudian diusir dari hadapan Tuhan. Namun karena telah beribadah dan menyembah Tuhan selama bertahun-tahun, Tuhan berdasarkan keadilan dan hikmah-Nya menyetujuai permintaan iblis untuk diberi kekekalan.
Mengapa Tuhan Memberi Kesempatan kepada Setan? (1)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- ust. maftuhin
Al-Quran mengatakan kepada kita bahwa iblis congkak dan menolak perintah Tuhan untuk sujud kepada Adam, dan kemudian diusir dari hadapan Tuhan. Namun karena telah beribadah dan menyembah Tuhan selama bertahun-tahun, Tuhan berdasarkan keadilan dan hikmah-Nya menyetujuai permintaan iblis untuk diberi kekekalan.
Allah, Kekuasaan Mutlak
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Allamah Syed Murtadha Askari
Suleiman bin Mahran berkata bahwa ia bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq as makna firman Allah Swt dalam ayat al-Quran: Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya… (QS. az-Zumar: 67)
Cara Menanamkan Ketauhidan pada Murid
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- MUHAMAD PAUJI
Tujuan pendidikan harus sedapat mungkin mengembangkan potensi dan menanamkan nilai-nilai kebaikan, dan sedapat mungkin mencegah hal-hal negatif yang dapat merusak kepribadian anak.” (Hafis Azhari, penulis buku Pikiran Orang Indonesia)
Menelepon Gusti Allah: Begini Cara Allah Berbicara Kepada Makhluknya
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- MUHAMMAD YASIR ARAFAT
Masyarakat Indonesia sempat digegerkan dengan pernyataan Raden Ibnu Hajar Shaleh atau akrab di panggil Mbah Benu, pimpinan jamaah Aolia Gunung Kidul, Yogyakarta saat menetapkan hari raya Idul Fitri 1445 H. Mbah Benu mengaku bahwa dalam menentukan tibanya 1 syawal tidak menggunakan metode rukyat maupun hisab seperti mayoritas umat islam lainnya, melainkan dengan cara menelepon Allah SWT.
Ma’rifatullah Asas Kemanusiaan
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Syahid Mutahari
- Sumber:
- Hikmatha wa Andaruzha
Imam Ali as berkata: Pangkal agama ialah mengenal Allah. Segala sesuatu memiliki titik awal dan dasar. Dari titik awal dan dasar inilah di atasnya sesuatu jika merupakan bangunan berdiri dengan tegak, kokoh dan berguna. Agama ibarat bangunan, pondasinya adalah marifatullah (mengenal Tuhan).
Manusia Tahu Penciptanya
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Mohammad Ali Shomali
- Sumber:
- Mengenal Diri
Manusia tidak memerlukan cara-cara lahiriah untuk mengenal Allah Swt. Apabila kita menyelami lubuk ruhani kita, niscaya kita akan memahami bahwa kita diciptakan, bahwa kita mempunyai Tuhan.
Perlunya Ilmu Mantiq dalam Mengenal Allah
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Gus BAha'
Keinginan setan adalah agar manusia senantiasa tidak berpikir dengan selalu hidup bersenang-senang. Dengan menjalani kehidupan yang penuh kesenangan seketika akan membawa manusia untuk malas mencari tahu tentang siapa Tuhannya.
Apakah hakekat Insya Allah?
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- iQuest
Makna frase insya Allah adalah jika Allah menghendaki. Seseorang yang mengucapkan kalimat ini meyakini bahwa terdapat iradah di atas iradahnya sendiri artinya, jika Ia tidak menghendaki sesuatu maka tidak ada sesuatu yang bisa terjadi. Dalam sebagian perkara, kalimat “Insya Allah” merupakan bentuk mengambil berkah dan orang-orang selalu mengucapkan “Inysa Allah’ dan “Masya Allah”.
Allah maha pencipta segalanya,tapi ada satu hal yang tidak ingin allah ciptakan. Apakah itu?
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- iQuest
Berdasarkan pandangan agama dan filosofis, emanasi Tuhan bersifat permanen dan sekali-kali tidak akan pernah terputus. Ahli Irfan berkata, “Allah Swt adalah Entitas murni, intensitas dan kesempurnaan entitas-Nya yang memunculkan kecintaan untuk dapat ber-tajalli dan bermanifestasi.
Iman Itu Bertingkat
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Dr. Musa Subaiti
- Sumber:
- Akhlak: Keluarga Nabi Muhammad Saw
Ahlulbait menerangkan kepada manusia bahwa iman itu bertingkat-tingkat. Imam Ja’far Shadiq as berkata, “Iman itu memiliki sepuluh tingkatan, seperti tingkatan tangga, dari satu tingkat ke tingkat berikutnya.”
Penopang Kekufuran
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Markaz Risalah
- Sumber:
- Iman dan Kufur
Jika kita meneliti referensi-referensi keislaman, akan kita dapati bahwa kekufuran berdiri tegak di atas tiga tiang yang tak terpisahkan. Ketiga tiang tersebut adalah kesombongan, sifat tamak dan iri hati.
Hamba yang Menyembah Tuhannya
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ayatullah Ibrahim Amini
- Sumber:
- Pemimpin Teladan
Jika manusia biasa saja kita anggap mungkin menerima penyingkapan-penyingkapan batiniah seperti itu apalagi para imam suci. Dengan satu perbedaan, bagi manusia-manusia biasa, kasyaf seperti itu tidak akan terjadi kecuali pada saat-saat tertentu dan tidak berkesinambungan. Berbeda dengan para imam suci, mereka mungkin saja menerima ilham-ilham tersebut secara berkesinambungan dan abadi.
Allah Lebih Mengasihi Hamba-Nya
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ahmad & Ali Mir Khalaf Zadeh
- Sumber:
- Buku Dari Bismillah Hingga al-Fatihah
Pada saat itu, Rasulullah saw membebaskan anak-anak burung itu. Kemudian beliau menghadap ke arah para sahabatnya dan berkata, “Bagaimanakah kalian melihat kasih sayang induk ini terhadap anak-anaknya?” Para sahabat berkata, “Sangat mengherankan dan menakjubkan.”
Tauhid, Akar Seluruh Keimanan(2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ayatullah Taqi Misbah Yazdi
- Sumber:
- dari buku Monoteisme
Sebagai keseluruhan, isi agama Islam dapat dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari dua bagian dan dua sistem sekunder yang saling berhubungan dan bersatu, dan yang merupakan suatu keseluruhan sistem Islam, yaitu sistem keimanan dan sistem nilai. Dalam Islam ada serangkaian keimanan yang harus dipercayai manusia, diterima dan diimani, dan ada serangkaian nilai yang harus dilaksanakan dalam amal perbuatan dan perilakunya. Bagian yang pertama kita namakan “sistem akidah”, sedang yang kedua “sistem nilai”.
- «
- Mulai
- Sebelumnya
- 1
- 2
- 3
- 4
- Selanjutnya
- Selesai
- »