Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Dosa Ghibah dan Cara Menghindarinya

1 Pendapat 05.0 / 5

Mungkin di antara kita, secara sadar ataupun tidak sadar, sering terlibat perbuatan ghibah. Dalam percakapan atau obrolan sehari-hari, sering obrolan itu menjurus dan tenggelam dalam ghibah. Meskipun kejelekan atau kekurangan orang lain itu faktual, benar-benar terjadi alias sesuai dengan kenyataan, tetap saja itu ghibah.

Contoh ghibah banyak sekali. Bahkan ketika kita mengatakan “pendek amat orang itu” misalnya, itu termasuk ghibah.
Ghibah termasuk akhlak tercela. Tersirat di dalamnya perbuatan tercela lain seperti sombong, merasa diri paling baik dan benar, serta menghina orang lain.
Ketercelaan ghibah dapat dirasakan betapa tersinggung perasaan kita, atau sakit hatinya kita, bahkan betapa marahnya kita, jika kejelakan dan kekurangan kita dibicarakan orang lain.

Imam Husein as berkata:

“Cegah lisan dari ghibah. Karena ghibah menjadi santapan anjing-anjing neraka.” (A’yan as-Syiah, jilid 1, hal 620)

Ghibah merupakan perilaku buruk sosial yang paling berbahaya, tapi paling tersebar di tengah masyarakat. Akibat dari perbuatan buruk ini adalah menistakan pribadi orang lain, membuka rahasianya, menyebarkan kebejatan dan yang paling buruk adalah merusak sendi-sendi kepercayaan dalam kehidupan sosial.

Tak syak setiap orang memiliki kelemahan dan bila kelemahan ini diungkap, maka orang-orang tidak akan mempercayainya lagi dan pada gilirannya masyarakat akan menyaksikan kefasadan yang luar biasa banyaknya. Oleh karena itu, budaya Islam Islam melarang umatnya melakukan ghibah dengan menggunakan pentakbiran yang beragam guna mengingatkan keburukan perilaku ini.

Al-Quran dalam surat al-Hujurat ayat 12 menyebutkan, “…

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ

وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Untuk menghindarinya, ada beberapa langkah yang bisa kita tempuh, dengan usaha yang kuat dan sungguh-sungguh semoga kita bisa terhindar dari dosa yang efeknya buruknya luar biasa ini. Cara-cara yang bisa ditempuh antara lain: dengan mengingat beratnya dosa atau adzab bergunjing baik yang dijelaskan dalam al-Qur’an maupun yang diisyaratkan pada hadis yang berasal dari Imam Husain As. Kedua, dengan merenungi aib atau kejelekan/kekurangan diri sendiri kita akan sibuk memperbaiki aib sendiri dan mengabaikan aib orang lain  dan segera beristghfar jika terlanjur menggunjing dan meminta maaf orang yang kita gunjingkan. Jika tidak bisa bertemu dengan orang itu, banyaklah memujinya dan mendoakan serta menyebut kebaikannya. []