Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Pembuktian Ke-Esaan Tuhan dari Pergantian Siang Malam (Part 1)

1 Pendapat 05.0 / 5

Pergantian dan perputaran siang dan malam mempuyai manfaat-manfaat yang penting bagi manusia. Dan manfaat-manfaat ini tidak akan pernah didapatkan dan dirasakan oleh manusia ketika tidak adanya keteraturan. Keteraturan yang terjadi dari pergantian siang dan malam adalah keteraturan yang ajaib dan luar biasa.

Adanya keteraturan yang ajaib dan luar biasa menunjukan adanya Pengatur Yang Mempunyai Ilmu Luas dan Kuasa. Pengatur seperti ini tiada lain adalah Allah swt karena Dia adalah Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa. Lalu setelah itu dengan bantuan Burhan Tamanu dan ayat “Seandainya di langit dan di bumi ada tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa” maka pembuktian tauhid dan ke-Esa-an pun kita dapatkan yakni secara tidak langsung dari pergantian siang dan malam kita mengetahui dan memahami bahwasanya Allah itu satu.

Kata kunci: Tauhid, Al-Quran, Esa, Burhan Nadzhm, Burhan Tamanu, Pergantian Siang dan Malam.

Pembahasan

Sebelum kita membahas topik ini maka alangkah lebih baiknya jika kita membuka dan mendahuluinya dengan beberapa pendahuluan diantaranya adalah urgensi mengenal Tuhan, mendefinisikan Tauhid secara bahasa dan istilah, juga mengkaji bagaimana gambaran al-Quran tentang pergantian siang dan malam, lalu setelah itu dengan bantuan dari Burhan Nadzhm dan Burhan Tamanu, kita akan membuktikan tauhid dari pergantian siang dan malam. Sekarang secara perlahan kita akan membahas semua ini.

Urgensi Mengenal Tuhan

Masalah “Mengenal Tuhan” mempunyai peran yang begitu penting dalam kehidupan seorang manusia. Bagaimana ia meyakini keberadaan Tuhan dan memahami sifat-sifat Ilahi mampu memengaruhi dalam tujuannya dan ukuran juga timbangan dia dalam bersikap.

Salah satu dalil yang sering dibaca dalam pembahasan Ilmu Kalam ketika hendak mengisbatkan keberadaan Tuhan adalah dalil Daf-e Zarar dan Iqab-e Muhtamal.

Maksud dari Daf-e Zarar dan Iqab-e Muhtamal adalah setiap manusia –sedikit dan banyaknya- mengetahui bahwasanya pernah ada para Nabi yang datang menyampaikan dan mengajak mereka untuk menyembah Tuhan, menjalankan tugas-tugas-Nya, serta kembalinya manusia kepada-Nya (hari Kiamat). Jika seandainya kita tidak mengimani setiap perkataan mereka, namun paling tidak kemungkinan kebenaran ajakan dan dakwah mereka itu adalah sesuatu yang benar. Jika seperti ini, akan ada sebuah gambaran dalam alam pikir seseorang bahwasanya bisa jadi perkataan para Nabi itu benar dan akhirnya orang seperti ini ia akan mendapatkan ganjaran azab dikarenakan tidak adanya pengamalan terhadap tugas-tugas yang diajarkan para Nabi. Maka, dari sisi ini ia telah mendatangkan sebuah bahaya dan kerugian yang besar akan kehidupannya. Selain itu akal mengatakan bahwasanya seorang insan harus menghindari  sebuah bahaya walaupun itu hanya sangat sedikit, bahkan jika bahaya itu hanya bersifat sebuah kemungkinan.

Jadi, setiap manusia memahami kemungkinan ini yaitu kemungkinan bahwasanya jika tidak mengamalkan apa yang diperintahkan agama dan diserukan para Nabi maka ia akan diazab dan ini merupakan bahaya serta akal mengatakan bahwasanya seorang harus menghindari bahaya tersebut walaupun itu sangat sedikit atau masih sebuah kemungkinan. Salah satu yang diserukan para Nabi adalah percaya akan adanya Tuhan. Maka dari itu seorang manusia yang ingin melepaskan dirinya dari bahaya azab maka ia harus mengamalkan akan seruan para Nabi tersebut yaitu percaya akan keberadaan Tuhan.[1]

Sekarang kita mengetahui bahwa urgensi mengenal Tuhan adalah jika kita tidak mengenal Tuhan dan meyakini keberadaan Tuhan maka kita akan medapatkan bahaya dan akal mengatakan bahwasanya kita harus menghindari bahaya tersebut. Maka mengenal Tuhan adalah sesuatu yang penting. hal inilah yang melatar belakangi penulisan artikel ini.

[1] Amuzesh-e Kalam Islami, hal 26.