Pembuktian Ke-Esaan Tuhan dari Pergantian Siang Malam (Part 2)

Sekarang kita mengetahui bahwa urgensi mengenal Tuhan adalah jika kita tidak mengenal Tuhan dan meyakini keberadaan Tuhan maka kita akan medapatkan bahaya dan akal mengatakan bahwasanya kita harus menghindari bahaya tersebut. Maka mengenal Tuhan adalah sesuatu yang penting. hal inilah yang melatar belakangi penulisan artikel ini.

Definisi Tauhid

Islam adalah sebuah Agama Tauhid dan diantara ajaran-ajarannya tauhid mempunyai kedudukan yang tinggi dan sangat ditekankan. Dalam al-Quran, begitu banyak ayat-ayat yang menyinggung permasalahan tauhid. Ketika kita memahami tauhid maka sebenarnya kita telah melangkahkan kaki untuk tidak menyekutukan Allah dan mengimani kenabian Nabi Muhammad saw, jika seperti ini maka kita akan mendapatkan kebahagiaan dan kemenangan baik di dunia maupun di akhirat.[1]

Akar kata tauhid adalah (وَحَدَ) lalu berubah pada bab (تفعیل) dan salah satu makna dari bab ini adalah mengetahui bahwa seseorang atau sesuatu mempunyai sebuah sifat. Misalnya (تعظیم)  bermakna mengetahui dan meyakini kebesaran seseorang atau sesuatu dan (تکفیر)  yaitu menghitung dan menganggap bahwa seseorang itu kafir. Jadi tauhid bermakna meyakini satu dan esa. Sa’idi Mehr, ahli kalam Islam di zaman sekarang mengatakan, “Harus diingat bahwasanya tauhid kadang bermakna ke-esa-an Tuhan, bukan bermakna menyakini ke-esa-an Tuhan”.[2] Ini merupakan pengertian tauhid secara bahasa.

Adapun pengertian tauhid secara istilah adalah keyakinan qath-I pada ke-Esa-an Tuhan pada Dzat, Sifat-Sifat, dan Af’al-Nya serta beramal berdasarkan keyakinan ini.[3]

Isbat Tauhid Allah swt Dari Perputaran Siang dan Malam

Pertama kita harus mengetahui bahwasanya pada setiap Nadzm (keteraturan) adalah sebuah dalil adanya ilmu dan pengetahuan serta setiap adanya “keserasian” maka disitu ada ke-esa-an. Ketika kita melihat bahwsanya di alam semesta ini ada keteraturan dan keserasian antara satu sama lainnya maka kita meyakini adanya satu Dzat yang mempunyai ilmu yang luas dan kekuasaan yang tak terbilang yang mengatur semua ini.[4]

Pada pembahasan kita kali ini, penulis akan men-isbat Burhan-e Nazhm (keteratuan) dengan perantara perputaran siang dan malam setelah itu dengan burhan-e nazhm, penulis akan membuktikan keberadaan Pengatur Yang ‘Alim dan Qadir dan akhirnya akan membuktikan Tauhid dan ke-Esa-an Allah swt. Singkatnya adalah setelah jelas bahwa di alam semesta ini terdapat satu Dzat yang ‘Alim dan Qadir maka dengan perantara ayat (لَوْ كانَ فيهِما آلِهَةٌ إِلاَّ اللَّهُ لَفَسَدَتا)[5] yakni “Seandainya di langit dan di bumi ada tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa”, penulis akan membuktikan Tauhid dan ke-Esa-an Allah swt.

[1] Amuzesh-e Kalam Islami, hal 66.

[2] Ibid.

[3] Ibid, hal 68.

[4] Tafsir Nemuneh, jild 1, hal 558.

[5] Surah Al-Anbiya, ayat 22.