Pembuktian Ke-Esaan Tuhan dari Pergantian Siang Malam (Part 3)

Sekarang kita mengetahui bahwa urgensi mengenal Tuhan adalah jika kita tidak mengenal Tuhan dan meyakini keberadaan Tuhan maka kita akan medapatkan bahaya dan akal mengatakan bahwasanya kita harus menghindari bahaya tersebut. Maka mengenal Tuhan adalah sesuatu yang penting. hal inilah yang melatar belakangi penulisan artikel ini.

Apa yang kita maksud dengan siang dan malam?

Yang penulis maksud dengan  kata siang adalah ketika matahari terbit sampai terbenam dan yang dimaksud dengan malam adalah dari terbenam matahari yang mana pada waktu itu bumi menjadi gelap sampai terbit matahari kembali.

Dalam KBBI dikatakan bahwa siang adalah bagian hari yang terang (yaitu dari matahari terbit sampai terbenam) dan malam bermakna waktu setelah matahari terbenam hingga matahari terbit.

Ayat-ayat al-Quran yang menyinggung tentang siang dan malam

Pada bagian ini penulis akan memaparkan sebagian ayat yang penulis telah berhasil kumpulkan dan teliti tentang perputaran siang dan malam serta fungsi dari hal tersebut.

* Surah Al-Jasiyah, ayat 5.

وَ اخْتِلافِ اللَّيْلِ وَ النَّهار…

“Dan dari pergantian malam dan siang…”

Pergantiang siang dan malam serta perputaran dari gelap menuju terang benderang dengan keteraturan khusus dan selalu terjadi secara perlahan yang mana darinya terjadi empat musim, pepohonan dan tetumbuhan serta mahluk hidup dengan adanya pergantian siang dan malam secara perlahan sampai pada tahap kesempurnaan, ini semua merupakan sebuah tanda dari  Dzat satu dan Kemaha Besaran-Nya.

Kalau seandainya tidak ada pergantian siang dan malam secara perlahan ini maka akan terjadi perubahan bentuk yang tidak sempurna dan rusak atau seandainya hanya ada siang dan hanya ada malam saja maka kehidupan bumi ini akan tidak seimbang dan mengalami banyak masalah.[1]

(اختلاف)  mungkin bisa bermakna pergantian atau juga bermakna perbedaan kwantitas dari siang dan malam. Namun pada akhirnya dengan adanya keteraturan khusus ini terdapat pengaruh-pengaruh yang  pas (pada kadarnya) yang mana tidak mungkin hal ini terjadi dengan secara “kebetulan” belaka, akan tetapi hal ini membuktikan adanya Dzat yang mempunyai Ilmu yang luas dan Kuasa akan segala sesuatu. Maka dari itu al-Quran mengisyaratkan hal ini pada Dzat Allah swt, karena tidak ada yang Maha Berlimu dan Maha Kuasa selain-Nya.[2]

[1] Tafsir Nemuneh, jild 1, hal 560.

[2] Tarjumeh Majmul Bayan, jild 2, hal 146.