Nabi Tidak Adil Dalam Membagi Zakat?

Seseorang yang kemudian menjadi pemimpin para Khawarij dan Mariqin, saat pembagian harta pampasan perang Hunain memprotes kepada Nabi Muhammad Saw, “Lakukan dengan adil!”

Nabi Saw berkata, “Siapa yang lebih adil dariku?”

Pada waktu itu, Umar bin Khatthab bangkit untuk membunuh orang itu akibat perbuatan yang kurang ajar, tapi Nabi Saw berkata, “Biarkan dia. Orang itu akan memiliki pengikut yang beribadah sedemikian rupa, sehingga ketika kalian membandingkannya dengan ibadah kalian, pasti kalian menganggap ibadah kalian tidak seberapa. Namun dengan semua ibadah itu mereka telah keluar dari agama, sebagaimana lepasnya anak panah dari busurnya.”

Akhirnya orang itu tewas di tangan Imam Ali as di masa perang Nahrawan.

Selain itu, kebencian, permusuhan dan sikap seseorang yang menganggap orang lain tidak adil biasanya muncul dari kekhawatiran akan hilangnya kepentingan materi dan pribadinya. Sebagaimana kebanyakan akar dari analisa yang tidak benar berasal dari dalam diri manusia sendiri.

Imam Shadiq as berkata, “Lebih dari dua pertiga manusia seperti ini.”[1]

Allah Swt berfirman:

وَمِنْهُمْ مَنْ يَلْمِزُكَ فِي الصَّدَقَاتِ فَإِنْ أُعْطُوا مِنْهَا رَضُوا وَإِنْ لَمْ يُعْطَوْا مِنْهَا إِذَا هُمْ يَسْخَطُونَ

“Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (distribusi) zakat; jika mereka diberi sebagian dari padanya, mereka bersenang hati dan jika mereka tidak diberi sebagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.” (QS. at-Taubah: 58)

Kata Lamaza dalam ayat ini berarti mencari aib dengan berhadapan, sementara bila aib dicari dari belakang disebut Hamaza.

Ya, sebagian orang-orang munafik itu mencelamu, dalam masalah pembagian zakat dan harta rampasan. Padahal, sebenarnya mereka tidak memiliki tujuan apa pun selain keinginan untuk mendapatkan harta itu saja. Maka, apabila kalian memberikan kepada mereka apa yang mereka inginkan, mereka akan senang dengan perbuatan kalian. Tetapi, apabila kalian tidak memberikan apa yang mereka inginkan, mereka segera marah pada kalian.

Catatan Kaki:


[1] . Al-Kafi, jilid 2, hal 228.