Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Syarat untuk Menjadi Olahragawan dalam Agama Islam

1 Pendapat 05.0 / 5

Islam adalah agama yang memandang dari sisi rohani dan jasmani. Misalnya Islam selain menasihati kita untuk menjaga ruh kita dengan ibadah maknawi, juga menasihati kita untuk menjaga badan kita dengan olahraga.

Olahraga merupakan salah satu kegiatan yang bermanfaat untuk kesehatan badan dan pikiran juga. Islam tidak melarang seseorang untuk melakukan olahraga ataupun menjadi olahragawan. Namun dalam menjadi olahragawan mungkin ada syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam agam Ilam.

1. Takwa

Dalam al-Quran, orang yang paling berharga di sisi Allah swt adalah mereka yang paling bertakwa. Tidak ada perbedaan dari sisi keadaan, profesi, penduduk negara, warna kuliat, laki-laki atau perempuan, tua atau muda, orang Indonesia atau bukan, dan yang lainnya.

Allah swt berfriman dalam al-Quran:
إِنَّ أَکْرَمَکُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقاکُمْ

“Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah di antara kalian adalah mereka yang paling bertakwa.” (Surah al-Hujurat, ayat 49)

Jadi langkah pertama untuk menjadi olahragawan adalah takwa dan melakukan amal solah. Sungguh sangat jelas, seorang olahragawan yang tidak bertakwa, tak beriman, dan tak melakukan amal soleh itu tidak ada nilai dan kedudukannya di sisi Allah swt. Walaupun ia sangat kuat dan menjadi juara di negaranya. Namun di sisi Allah swt, ia tidak bernilai sama sekali.

2. Ilmu Pengetahuan

Seorang olahragawan harus mempunyai ilmu dan pengetahuan. Ilmu dan pengetahuan bagi seorang olahragawan seperti dua sayap burung. Seekor burung meskipun ia memiliki satu sayap yang kuat namun jika cuma satu itu tidak cukup untuk membuatnya terbang.

Ilmu dan pengetahuan begitu sangat penting bagi seorang olahragawan, sehingga Allah swt berfirman dalam al-Quran yang mana kekuatan berdampingan dengan ilmu dan pengetahuan.

وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ ٱللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا ۚ قَالُوٓا۟ أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ ٱلْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِٱلْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِّنَ ٱلْمَالِ ۚ قَالَ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصْطَفَىٰهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُۥ بَسْطَةً فِى ٱلْعِلْمِ وَٱلْجِسْمِ ۖ وَٱللَّهُ يُؤْتِى مُلْكَهُۥ مَن يَشَآءُ ۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ

Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu”. Mereka menjawab: “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?” Nabi (mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa”. Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah, ayat 247)

Poin ayat yang menjadi pembahasan kita adalah menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa. Sepertinya al-Quran ingin mengatakan pada kita bahwa adanya hubungan antara kesempurnaan raga dengan ilmu pengetahuan dan pemerentihan juga kekuasaan. Maka dari itu Allah swt dalam ayat lain berfriman:

“Dan tatkala dia cukup dewasa (dan badannya kuat) Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Surah Yusuf, ayat 22).

Hal yang harus diperhatikan adalah seorang olahragawan yang selain kuat juga ia memiliki pengetahuan maka ia akan lebih disukai dari pada yang hanya olahragawan namun tidak memiliki pengetahuan.

Olahraga seharusnya hanya menjadi perantara untuk supaya badan kita lebih mudah mencerna pelajaran dan mendapatkan ilmu. Yang mana tentunya dengan berolahraga badan dan raga kita jadi lebih siap dan fokus untuk menimba ilmu dan pengetahuan.