Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Hubungan Wahabi dan Salafi Menurut Syekh Buthi

1 Pendapat 05.0 / 5

Sebelumnya telah dibahas bahwa Wahabi merupakan sebuah gerakan pemikiran yang diprakarsai oleh seorang tokoh yang berasal dari wilayah Najd yang bernama Muhammad bin Abdul Wahhab at-Tamimi al-Najdi (W 1206 H/1792 M).

Asal mula penamaan Wahabiah atau yang sering kita dengar dengan sebutan Wahabi ini pada dasarnya merupakan penisbahan terhadap penggagasnya yakni Muhammad bin Abdul Wahhab yang biasanya sebutan tersebut lebih sering digunakan oleh para peneliti sejarah maupun orang-orang yang mengingkari kelompok tersebut.

Pada mulanya para penganut pemikiran Ibnu Wahhab ini menolak untuk disebut sebagai penganut Wahabiah atau kelompok Wahabi. Mereka yang di awal berdirinya kelompok tersebut menolak disebut dengan kata “Wahabi” menganggap bahwa jika dinamai demikian gerakan pemikiran mereka berhenti pada Muhammad bin Abdul Wahhab, sedangkan dalam keyakinan mereka bahwa hal tersebut berasal dari Salaf atau para pendahulu.

Oleh sebab itu slogan yang selalu mereka bawakan adalah Salafiah atau sesuai dengan ajaran yang diturunkan oleh para pendahulu dari ulama, tabiin maupun para sahabat. Namun perlahan-lahan dari waktu ke waktu slogan tersebut mulai diadopsi sebagai nama kelompok. Hal ini dapat kita lihat dalam keterangan yang dicatat oleh Syekh Buthi (W 2013 M), seorang ulama besar dari Suriah dalam sebuah kitabnya yang sengaja ditulis untuk menolak pengklaiman sepihak atas nama Salafiah atau Salafi, sehinga kitabnya pun berjudul Al-Salafiah Marhalah Zamaniah Mubarakah La Madzhabun Islamiyun (Salafiah adalah sebuah periode waktu yang diberkahi bukan sebuah madzhab Islami).

Dalam kitab tersebut disebutkan:

“Selama periode ini, madzhab Wahabi yang dinisbahkan pada pendirinya Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab (1115 – 1206 H, 1703 – 1792 M) tersebar di wilayah Najd dan beberapa bagian Jazirah Arab dengan beberapa faktor tertentu yang mana di sini bukan bidangnya untuk menyebutkan dan menjelaskannya. Dan terdapat pembagi yang sama antara madzhab Wahabi ini dengan Da’wah (seruan) yang dibawakan oleh orang-orang (reformasi agama) di Mesir, yang mana terlihat dalam hal memerangi bid’ah-bid’ah dan khurafat-khurafat terlebih bid’ah-bid’ah tasawuf, kemudian tersebarlah kata ‘Salaf’ dan ‘Salafiah’ diantara para pembesar madzhab Wahabi. Sebagai hasil dari jembatan yang menghubungkan madzhab ini dan gerakan itu, dan saya menemukan keinginan di hati banyak dari mereka, pada saat mereka menggerutu dengan kata Wahabiah yang menunjukkan bahwa sumber madzhab ini – dengan segala sifat dan karakteristiknya – berhenti pada Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab, kemudian ia menyeru mereka untuk menggantikan kata ‘Wahabiah’ ini, dengan kata ‘Salafiah’. Dan mereka mulai mempromosikan gelar baru ini sebagai nama pada madzhab lama mereka yang terkenal, untuk menunjukkan kepada orang-orang bahwa pemikiran madzhab ini tidak berhenti pada Muhammad bin Abdul Wahhab, melainkan kembali kepada Salaf (para pendahulu). Dan bahwasannya mereka, dalam mengadopsi (nama Salafiah) untuk madzhab ini, (demi menunjukkan) mereka setia pada akidah para pendahulu (Salaf), pemikiran-pemikiran serta metode-metode mereka untuk memahami dan menerapkan Islam.

Dengan demikian, kata tersebut diubah dari sebuah slogan yang disebut gerakan reformis untuk mempromosikan dan mempertahankan (langkah) nya, menjadi sebuah gelar yang ditempelkan pada sebuah madzhab yang mana para penganutnya melihat bahwa hanya mereka dan bukan selain mereka yang termasuk pada Muslimin yang benar, dan bahwa hanya mereka dan bukan selain mereka orang-orang yang setia terhadap akidah para pendahulu (Salaf) serta yang menyuarakan metode (manhaj) (para Salaf) dalam memahami dan menerapkan Islam.”[1]

Setelah keterangan di atas, Syekh Buthi menulis sebuah subjudul dengan pernyataan jelas, Al-Tamadzhabu Bissalafiyyah Bidatun Lam Takun min Qabl yang artinya bermadzhab dengan Salafiah adalah sebuah bidah yang tidak ada sebelumnya. Kemudian dalam sebuah paragraf di bawahnya ia menyebutkan: “Adapun jika seorang muslim mengenalkan dirinya bahwasannya ia menganut madzhab itu, yang mana pada saat ini dinamai dengan Salafiah, maka tidak diragukan lagi ia adalah seorang pembuat bid’ah”.

Oleh sebab itu dari sudut pandang syekh Buthi sangat jelas bahwa penggunaan Salafiah sebagai sebutan sebuah madzhab atau golongan tidaklah dapat dibenarkan.

[1] Al-Salafiah Marhalah Zamaniah Mubarakah La Madzhabun Islamiyun, Al-Buthi, Muhammad Said Ramadhan, hal: 235-236, Darul Fikr, Beirut.