Tauhid, Akar Seluruh Keimanan(2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ayatullah Taqi Misbah Yazdi
- Sumber:
- dari buku Monoteisme
Sistem Akidah dan Sistem Nilai Islam
Sebagai keseluruhan, isi agama Islam dapat dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari dua bagian dan dua sistem sekunder yang saling berhubungan dan bersatu, dan yang merupakan suatu keseluruhan sistem Islam, yaitu sistem keimanan dan sistem nilai. Dalam Islam ada serangkaian keimanan yang harus dipercayai manusia, diterima dan diimani, dan ada serangkaian nilai yang harus dilaksanakan dalam amal perbuatan dan perilakunya. Bagian yang pertama kita namakan “sistem akidah”, sedang yang kedua “sistem nilai”.
Dengan mengambil inspirasi dari ayat suci mengenai asysyajarah ath-thayyibah (pohon yang baik-QS. Ibrahim: 24), kita dapat menafsirkan bagian pertama sebagai ushul ad-din (prinsip-prinsip dasar Islam) dan yang kedua sebagai furu’ ad-din (kewajiban-kewajiban menurut syariat). Bagi kehidupan manusia, keimanan adalah ibarat akar-akar sebatang pohon yang apabila berada di hati manusia, akan mempengaruhi pula tindakan-tindakannya, asal saja ia mempunyai cukup kesadaran dan wawasan tentangnya, dan mengetahui dengan benar seluruh dimensi keimanan. Jadi, pertama-tama, keimanan itu harus dikuatkan dan dikukuhkan dan, kedua, perhatian harus diberikan pada efek-efek amaliahnya. Karena, walaupun sistem Islam terdiri dari dua sistem, namun di antara keduanya ada suatu hubungan yang sama dengan hubungan antara ashl (asal, prinsip) dan far’ (cabang), hubungan antara akar pohon dan cabang beserta daunnya. Dari itu, para ulama menamakan keimanan yang sesungguhnya sebagai ushul addin dan sistem nilai sebagai furu’ ad-din.
Yang pertama (prinsip) adalah akar dari pohon Islam, sedang yang kedua (nilai) adalah cabangnya. Di sisi lain, ada suatu hubungan saling mempengaruhi antara akar dan cabang serta daun. Akar mempunyai peranan penting pada pertumbuhan pohon dan perkembangan cabang dan daun, dan cabang dan daun pun berpengaruh besar pada kekuatan akar. Maka, sebagaimana pada awalnya akar menyebabkan munculnya cabang dan daun, cabang dan daun itu pun pada gilirannya membantu akar untuk menguat. Dengan kata lain, kurva hubungan antara akar dan cabang serta perubahan-perubahannya adalah semacam zig-zag, dalam pengertian bahwa dari akar ia ke cabang dan selanjutnya dari cabang ia kembali lagi ke akar. Begitu seterusnya.
Seperti itulah hubungan antara keimanan dan amal. Semakin kuat iman, semakin kuat pula pengaruhnya pada amal perbuatan; semakin orang melaksanakan hukum-hukum (cabang) agama dan amal perbuatan sesuai dengan keimanannya, semakin diperkuat pula keimanannya. Ini suatu hubungan saling mempengaruhi antara akar di satu sisi dan cabang dan daun di sisi lain, antara iman dan amal, antara pandangan-dunia dan akidah. Namun, pada dasarnya pandangan dunialah yang mengevolusikan akidah.
Apabila kita merenungkan dengan cermat ayat Alquran terkutip di atas sekali lagi, hubungan ini akan lebih jelas bagi kita. Dalam Alquran, Allah menyebutkan: “Dan Kami tidak mengutus rasul sebelummu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, ‘Sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Aku….’” (QS. al-Anbiya: 25)
Dan kemudian Allah mengungkapkan cabang yang terpaut pada prinsip di atas “fa’budun” (maka sembahlah Aku). Setelah kita ketahui bahwa Allah adalah esa dan tak ada sesuatu yang berkedudukan seperti Dia, maka kita harus menyembah Dia, Allah Yang Maha Esa. Menyembah adalah amal perbuatan, dan mengetahui bahwa Allah esa menyebabkan manusia berusaha untuk menyembah Dia dalam amal perbuatan. Apabila tak ada basis itu, tak akan ada cabang ini, dan apabila itu tidak kukuh, cabang ini tidak akan berbuah.