Makna Gelar al-Mubarakah untuk Sayidah Fathimah s.a.(1)

Barakah bermakna penggandaan, kebahagiaan yang sangat, dan kelimpahan. Allah Yang Maha Agung mengganjar Fathimah dengan nikmat yang berlimpah, dan menjadikannya ibu dari keturunan Nabi Saw, dan Allah Swt telah menganugerahkan rahmat-Nya yang abadi.

Bila kita meninjau sejarah, kita akan menemukan bahwa ketika wafat, Fathimah meninggalkan dua orang putra dan dua orang putri: Imam Hasan dan Imam Husain, Zainab dan Ummu Kultsum. Namun, ketika peristiwa Karbala terjadi, Imam Husain dan anak-anaknya menggapai kesyahidan, dan Ali bin Husain (Imam Ali Sajjad) adalah satu-satunya putra penerus Imam Husain. Juga, ketujuh anak Imam Hasan dan kedua putra Zainab meraih kesyahidan. Sedangkan Ummu Kultsum tidak mempunyai anak.

Setelah peristiwa Karbala, kemalangan terus-menerus menimpa keturunan Nabi. Penyiksaan dan pembantaian terus berlangsung terhadap mereka, dimulai dengan pertempuran Harrah, Zaid bin Ali dan Fakh, diteruskan dengan kesukaran yang mereka derita selama zaman dinasti Umayyah. Namun, ketika merebut kekuasaan, dinasti Abbasiyah memecahkan rekor pembasmian dan pemusnahan keturunan Rasulullah Saw.

Perjuangan berlanjut selama dua abad hingga Imam Hasan al-Askari wafat di Samara (di Irak) karena racun yang ditaruh dalam makanannya. Lebih jauh, Salahuddin al-Ayyubi sama kejamnya dengan bani Abbasiyah dalam membantai para keturunan Nabi dan para pengikut mereka. Ia melakukan pembunuhan massal dan kejahatan yang keji, yang membuat hati menggigil.

Walau demikian, Allah Yang Maha Agung menunaikan kemuliaan dan anugerah atas para keturunan Fathimah az-Zahra. Dia memberikan keturunan yang banyak bagi mereka. Seperti yang Allah firmankan pada ayat “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kautsar.” (QS. al-Kautsar: 1)

Di dalam Majma’ul Bayan, ath-Thabarsi menuliskan tentang hal ini: “Dikatakan bahwa kautsar bermakna nikmat yang berlimpah, juga dikatakan bahwa itu berarti pelipatgandaan keturunan seseorang; dan keturunan Fathimah telah luar biasa berlipat ganda sedemikian sehingga mereka akan tetap ada hingga Hari Kebangkitan.”

Dalam kitab tafsirnya, Fakhrur Razi menyatakan tentang ayat ini adalah untuk Fathimah az-Zahra: “Dengan merujuk ke sudut pandang ketiga yang menganjurkan makna keturunan bagi kautsar, sebagian ulama mengatakan, ‘Karena surah ini diturunkan untuk membantah pernyataan seorang kafir yang mencoba mencela Nabi Saw karena tidak berputra, menjadi jelas bahwa makna yang diberikan di sini adalah bahwa Allah memberi Nabi Saw keturunan yang akan abadi. Kita harus mengingat bahwa banyak pembantaian telah dilakukan terhadap keluarga Nabi, namun dunia masih dipenuhi oleh mereka; sementara bani Umayyah punah kecuali beberapa orang yang tak berharga. Di samping itu, para ulama terkemuka diturunkan dari putra-putra Fathimah, misalnya al-Baqir, ash-Shadiq, al-Kazhim, ar-Ridha, az-Zakiyyah, dan lain-lain.”

Bersambung ...