Sayidah Fathimah, Kado Tuhan untuk Rasulullah Saw dan Khadijah(2)

Dalam Shahih Bukhari dan Muslim disebutkan Aisyah berkata, “Tidak pernah aku merasa cemburu kepada seorang pun dari istri-istri Rasulullah seperti kecemburuanku terhadap Khadijah, padahal aku tidak pernah melihatnya. Tetapi Rasulullah sering kali menyebut-nyebutnya. Jika ia memotong seekor kambing, ia potong-potong dagingnya, dan mengirimkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah. Maka, aku pun berkata kepadanya, ‘Sepertinya tidak ada wanita lain di dunia ini selain Khadijah…’ Maka berkatalah Rasulullah, ‘Ya, begitulah ia, dan darinyalah aku mendapat anak.’”

Rasulullah saw mencintai Khadijah dari lubuk hatinya yang terdalam dan sangat menghormatinya. Khadijah pun membalas cinta dengan cinta, kesetiaan dengan kesetiaan, dan pengorbanan dengan pengorbanan. Ia beriman kepadanya, kepada dakwahnya, kepada tujuan-tujuannya yang suci, dan mencurahkan keseluruhan dirinya untuk itu. Khadijah berkata kepada beliau dengan kerendahan hati dan ketundukan. Ia selalu membantu Rasulullah dalam urusan-urusannya. Dengan itulah Allah meringankan kesulitan Rasulullah Saw. Tidak pernah beliau mendengar sesuatu yang ia benci, baik penolakan terhadapnya atau perbuatan orang yang mendustakannya yang membuatnya sedih, melainkan Allah lapangkan hal itu dari dirinya dengan sebab Khadijah. Jika beliau pulang ke rumah, Khadijah meneguhkan hatinya, menenangkannya, dan mendorongnya untuk menganggap ringan urusan orang-orang.

Ketika Nabi Saw sedang duduk-duduk di pinggir sungai, tiba-tiba turun malaikat Jibril seraya memanggilnya, “Wahai Muhammad, Allah Yang Mahatinggi mengucapkan salam untukmu, dan Dia menyuruhmu untuk memisahkan diri dari Khadijah selama 40 hari.”

Rasulullah mengutus Ammar bin Yasir ke tempat Khadijah dan berpesan, “Katakanlah kepada Khadijah, ‘Wahai Khadijah, kamu jangan menyangka aku memisahkan diri dari dirimu karena ingin pindah atau karena benci. Tetapi Tuhanku menyuruhku melakukannya agar urusan-Nya dapat terlaksana. Kamu jangan menyangka selain yang baik. Sesungguhnya Allah Taala membanggakanmu di hadapan para malaikat-Nya setiap hari berkali-kali. Jika malam telah gelap, tutuplah pintu dan tidurlah di tempat tidurmu. Saya berada di rumah Fatimah binti Asad.’”

Nabi menjalankan masa 40 hari dengan berpuasa di siang hari dan bangun di malam hari. Khadijah berkali-kali merasa sedih setiap hari karena kehilangan Rasulullah Saw. Ketika telah selesai masa 40 hari, malaikat Jibril turun dan berkata, “Wahai Muhammad, Allah Yang Mahatinggi mengucapkan salam untukmu dan Dia menyuruhmu untuk bersiap siap menerima penghormatan-Nya dan persembahan-Nya.”

Nabi Saw bertanya, “Wahai Jibril, apa persembahan dari Tuhan semesta alam ini? Dan apa pula penghormatan-Nya?”

“Aku tidak tahu,” jawab Jibril.

Sesaat kemudian, turunlah Malaikat Mikail datang membawa sebuah mangkok yang ditutupi sapu tangan dari sutera dan meletakkannya di hadapan Nabi dan menghadap Jibril, Mikail mengatakan, “Wahai Muhammad, Tuhanmu menyuruhmu agar kamu berbuka dengan makanan ini pada malam ini.”

Nabi pun makan dari makanan itu sampai kenyang dan minum sampai puas. Kemudian Nabi bangkit untuk salat. Tiba-tiba Jibril menghampirinya dan berkata, “Salat (yaitu salat sunah) diharamkan atasmu sampai engkau datang ke rumah Khadijah, karena sesungguhnya Allah Taala menginginkan untuk menciptakan dari sulbimu keturunan yang baik pada malam ini.” Maka, bergegaslah Rasulullah Saw ke tempat Khadijah.

Khadijah bercerita, “Aku telah menjadi terbiasa seorang diri. Jika malam telah gelap, aku tutup kepalaku, aku turunkan tiraiku, aku tutup pintu, dan aku melaksanakan salat seorang diri. Lalu aku matikan lampu dan pergi tidur. Di malam itu, aku tidak tidur dan juga tidak terbangun. Tiba-tiba datang Nabi. Ia mengetuk pintu. Aku bertanya, ‘Siapa yang mengetuk tempat yang tidak pernah diketuk selain oleh Muhammad?’ Nabi menyahut dengan perkataan yang manis, ‘Bukalah Khadijah, aku Muhammad.’ Aku pun membuka pintu, dan Nabi masuk ke dalam rumah. Demi Allah yang meninggikan langit dan mengeluarkan air, Nabi tidak pernah jauh dariku sampai aku merasa berat dengan Fathimah yang ada dalam perutku.”