Imam Jawad, Teladan Kedermawanan Sejati(1)
Hari-hari bulan Rajab, satu per satu terlewati. Bulan Rajab yang penuh berkah merupakan bulan mulia yang dianugrahkan Allah kepada hambanya. Bulan ini merupakan salah satu moment terbaik untuk mendekatkan diri kepada Sang Maha Kuasa. Bulan Rajab juga dihiasi dengan pelbagai peristiwa bersejarah penting yang erat kaitannya dengan Ahlul Bait Nabi as.
Dengan mempelajari kembali sejarah Islam, peran konstruktif Ahlul Bait as dalam memperkaya pemikiran Islam tampak begitu jelas. Ahlul Bait merupakan khazanah ilmu dan makrifat ilahi. Mereka adalah pasangan tak terpisahkan al-Quran. Merekalah penafsir hakiki al-Quran yang menjaga al-Quran dan Sunnah Nabi dari berbagai penyimpangan dan bidah.
Tiap kali kesucian agama terancam, Ahlul Bait as merupakan pihak pertama yang senantiasa bangkit mematahkan ancaman yang ada. Tanggal 10 Rajab, merupakan hari kelahiran salah seorang tokoh utama Ahlul Bait as. Pada tanggal ini tahun 195 H, Imam Muhammad Taqi al-Jawad lahir di kota Madinah.
Imam Jawad as hidup dalam suasana politik yang sangat sulit. Dalam keadaan itu, beliau gigih mengajarkan dan menyebarkan ajaran Islam yang murni di tengah masyarakat Muslim. Kesulitan yang dibuat oleh penguasa Bani Abbas tidak membuat beliau mundur dari misi ini. Beliau dengan keberanian yang tak terlukiskan mengungkapkan hakikat kebenaran dalam kondisi sesulit apapun. Imam Jawad benar-benar laksana mentari yang bersinar terang di tengah umat. Kebijakan ketat yang diterapkan penguasa tidak menghalangi sampainya sinar ilmu dari sosok suci pemimpin agung ini ke tengah masyarakat.
Khalifah Makmun memaksa Imam Jawad untuk meninggalkan kota Madinah menuju ke ibukota pemerintahan Bani Abbasiah. Kondisi itu memudahkan khalifah untuk mengawasi dan mengontrol gerak gerik dalam langkah Imam. Masyarakat menjadi sulit untuk menjalin kontak dengan pemimpin agung dari Ahlul Bait ini.
Namun kondisi itu tidak membuat Imam putus hubungan dengan umat. Beliau terus menjalin kontak dengan masyarakat lewat wakil-wakilnya yang tersebar di berbagai pelosok. Karena itu, sejarah menyebutkan bahwa hubungan antara Imam Jawad dan masyarakat umumnya terjalin dalam bentuk surat. Imampun setelah menerima surat-surat itu menjawab apa yang diperlukan umat lewat surat. Saat ini sejarah masih menyimpan 157 surat yang dinisbatkan kepada Imam Muhammad Jawad as.
Bersambung ...