Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Alquran, Mukjizat Rasulullah Saw yang Abadi (1)

0 Pendapat 00.0 / 5

Alquran adalah hidayah, rahmat, dan obat yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Alquran merupakan sumber pengetahuan yang terus memancar tiada henti dan menjadi cahaya petunjuk yang tak pernah redup bagi hamba-hamba Allah. Di sepanjang perkembangan budaya dan peradaban manusia tidak ada kitab samawi sekelas Alquran dalam hal ishmah (keterjagaan dari penyelewengan), kesahihan, kesolidan, keteraturan, validitas historis dan kebenarannya. Kitab suci ini diturunkan Allah sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia dan dijaga secara langsung oleh Allah dari segala bentuk penyelewengan dan rekayasa agar risalah-Nya berupa petunjuk yang membawa manusia dari kegelapan kepada cahaya-dapat terlaksana dengan baik. Meskipun kitab suci ini merupakan mukjizat, namun bahasa yang digunakannya adalah bahasa akal sehat yang berlaku umum karena pendengarnya adalah seluruh manusia.

Alquran secara zahir sangat jelas dan terang, namun bukan berarti tidak memerlukan penafsiran. Dengan kata lain, Alquran adalah “ucapan yang berbobot” (qaulan tsagilan), yakni meskipun bahasanya adalah bahasa Arab yang jelas, namun tidak semua orang dapat memahaminya dengan kadar yang sama. Makrifat yang terkandung dalam al-Quran memiliki tingkatan yang setiap tingkat pemahaman atasnya bergantung pada kapabilitas pendengarnya hingga mengerucut pada kalangan khusus.

Tentang ini Imam Jakfar Shadiq a.s. berkata: “Allah Swt menjelaskan makrifat-makrifatnya dalam Alquran pada tiga bentuk: kalimat dan kata yang jelas (ibarah); isyarat (isyarah); perumpamaan (lathifah) dan hakikat (haqiqah). Ibarah adalah untuk dipahami semua orang, isyarah untuk dipahami kalangan khusus, lathifah untuk para wali dan haqiqah untuk para nabi Allah.” (Bihar al-Anwar, 75/278)

Kesimpulannya ialah Alquran memiliki dimensi lahir dan dimensi batin. Karena itu, kalam Allah ini tidak dapat disederhanakan sebagai ucapan manusia. Namun patut diingat bahwa batin Alquran tidak mungkin bertentangan dengan lahirnya karena yang batin bersifat memperdalam yang lahir. Setiap kedalaman selalu menerobos dari permukaan, sehingga yang batin jangan sampai mengorbankan yang lahir dan begitu pula sebaliknya. Atas dasar ini, penggalian makrifat dan makna yang terkandung dari keduanya adalah kewenangan para ahli tafsir yang matang dan berkelayakan, baik dari segi keluasan cakrawala ilmunya maupun dari segi kebersihan rohaninya.

Allah Swt memberikan wewenang penafsiran atas Alquran pertama kepada Rasulullah Saw kemudian kepada para Imam Maksum a.s., Para Imam pun kemudian memberikan kewenangan mulia ini kepada para ulama dan ahli tafsir yang berkompeten dan bertakwa. Para ahli tafsir dapat menggali makrifat dari kalam suci Ilahi ini karena mereka memahami Alquran dan sunah dengan baik serta berdasar metode yang benar.

Alquran juga adalah mukjizat abadi Rasulullah Saw agar kitab suci ini senantiasa menjadi pedoman bagi manusia sepanjang zaman. Kitab suci ini sekaligus merupakan keajaiban yang membuktikan kenabian Rasulullah Saw. Beliau menyeru umat manusia sambil membawa Alquran sebagai bukti kenabiannya serta menantang mereka untuk dapat berbuat keajaiban yang sama atau yang serupa dan manusia pun tak sanggup memenuhi tantangan ini.

Sepanjang 15 abad sejak munculnya Islam, musuh-musuh Islam tidak pernah berhenti berusaha menghabisi Islam, termasuk dengan cara menuduh Rasulullah Saw sebagai penyihir dan orang gila. Namun, tak seorang pun sanggup memenuhi tantangan al-Quran. Di masa sekarang ketika kaum arogan dunia gencar memerangi Islam dan ajaran Rasulullah Saw mereka tetap tak berdaya memenuhi tantangan terbuka Alquran. Realitas dari zaman ke zaman ini membuktikan kemukjizatannya.

Kehebatan Alquran juga melampaui keajaiban-keajaiban mukjizat para nabi yang ada, sebab Alquran berjalan seiring dengan perguliran zaman sambil terus menyuarakan risalah dan hujahnya kepada umat manusia hingga akhir zaman. Dengan kata lain, tak seperti mukjizat para nabi lainnya yang hanya disaksikan oleh sekelompok orang dan bersifat sesaat, keajaiban mukjizat Nabi Muhammad Saw berupa Alquran disaksikan langsung oleh semua orang turun temurun. Nabi Muhammad Saw adalah nabi terakhir dan rasul pembawa risalah abadi. Karena itu, mukjizatnya pun adalah mukjizat yang berlaku untuk selamanya.

Salah saru kemukjizatan Alquran adalah kefasihan dan balaghahnya. Alquran diturunkan dengan bahasa Arab dan terdiri atas huruf-huruf alfabet Arab sebagaimana literatur Arab lainnya. Namun, dari segi susunan dan diksi, kitab suci ini menuangkan kalimat-kalimatnya dengan bentuk yang terindah dan memesona. Allah Swt telah menggunakan bahasa dengan kefasihan yang luar biasa dalam menyampaikan pesan kepada manusia, yakni dengan memilih kata yang terindah dan membuat susunan kalimat yang paling menawan. Tak hanya itu, Allah Swt juga menyampaikan pesan-Nya dengan sangat “baligh”, yakni dengan metode yang terbaik agar makna-makna yang dimaksud bisa sampai dan membekas dalam jiwa manusia.

Ketika masyarakat Arab, terutama para pujangga, sastrawan dan ahli-ahli bahasa Arab mendengar ayat-ayat Alquran meluncur dari lisan suci Nabi Muhammad Saw, semua terperanjat karena mendapatkan gaya ungkapan dan kalimat yang benar-benar baru, segar dan bukan berupa syair atau prosa, melainkan suatu irama yang lebih indah daripada syair dan penuturan yang lebih berkesan daripada prosa.

Ayat-ayat suci Alquran menghadirkan kalimat-kalimat yang begitu nikmat untuk dibaca dan didengar sehingga siapa pun yang jujur dan objektif pasti terkesima olehnya. Kedahsyatan Alquran membuat para gembong kafir di zaman Rasulullah Saw mengingatkan para pemudanya agar tidak mendengarkan bacaan Alquran, atau agar mereka bergaduh dan membuat kebisingan ketika Alquran dibacakan supaya bacaan ayat-ayatnya tak terdengar.

Bersambung ...