Tafsir Surat al-Buruj: ayat 1-9

Terjemah ayat 1 – 9

(1) Demi langit yang mempunyai gugusan bintang. (2) Demi hari yang dijanjikan (3) dan demi yang menyaksikan dan yang disaksikan. (4) Binasalah ashhabul ukhdud (5) yang berapi dengan kayu bakar yang menyala (6) Ketika mereka duduk di sekitarnya (7) sambil menyaksikan apa yang mereka lakukan terhadap orang-orang yang beriman. (8) Dan mereka tidak menyiksa orang-orang yang beriman kecuali karena mereka beriman kepada Allah yang Maha Mulia dan Maha Terpuji. (9) Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, dan Allah itu Maha Menyaksikan segala sesuatu.

Tafsir

Surat ini menceritakan tentang orang-orang yang menyiksa kaum Mukminin karena keimanan mereka kepada Allah Swt, seperti halnya kaum Musyrikin Mekkah yang mengganggu Rasulullah Saw dan beberapa sahabatnya agar kembali ke kemusyrikan. Allah Swt mengancam dengan keras perbuatan kaum Musyrikin itu dan menjanjikan surga kepada kaum Mukminin yang disiksa.

Pada permulaan surat ini, Allah Swt bersumpah dengan langit yang mempunyai gugusan-gugusan planet, dan bersumpah dengan hari yang dijanjikan, yaitu Hari Kiamat, kemudian bersumpah dengan “yang menyaksikan” dan “yang disaksikan”.

Dalam Tafsir al-Amtsal disebutkan bahwa ada tiga puluh makna dari kata “yang menyaksikan” dan “yang disaksikan” dalam surat ini. Tetapi yang paling mendekati dan sekaligus menggabungkan semua makna itu adalah bahwa yang maksud dengan “yang menyaksikan” yaitu semua yang akan menyaksikan perbuatan manusia di Hari Kiamat, termasuk di dalamnya Rasulullah Saw, para nabi yang lain, para malaikat dan anggota tubuh manusia. Sedangkan yang dimaksud dengan “yang disaksikan” yaitu umat manusia dan perbuatan mereka.

Kemudian surat ini menceritakan peristiwa tentang ashhabul ukhdud. Dalam peristiwa itu, orang-orang yang beriman digiring oleh orang-orang kafir ke sebuah parit api yang besar. Mereka diminta agar meninggalkan keimanan mereka kepada Allah Swt. Orang yang tidak mau meninggalkan keimanannya dilemparkan ke dalam parit tersebut. Penyiksaan ini disaksikan oleh orang-orang kafir dengan senang dan gembira. Mereka melakukan hal itu terhadap orang-orang beriman karena keimanan mereka kepada Allah Swt. Perbuatan mereka yang kejam dan jahat itu memurkakan Allah Swt Yang Maha Kuat dan Yang memiliki kerajaan langit dan bumi.

Siapakah ashhabul ukhdud?

Ukhdud artinya parit yang besar, dan yang dimaksud dalam surat ini adalah parit yang berisikan api yang dibuat oleh orang-orang kafir untuk menyiksa orang-orang beriman. Yang populer di kalangan para ahli tafsir dan sejarah adalah bahwa peristiwa itu terjadi pada masa raja Dzu Nuwus, raja Himyar terakhir di Yaman. Raja ini memeluk agama Yahudi, lalu diikuti oleh seluruh suku Himyar. Setelah itu, dia menamakan dirinya dengan Yusuf. Dia berkuasa beberapa waktu di Yaman. Kemudian diberitakan kepadanya bahwa di Najran (sebuah daerah di Yaman) masih ada pemeluk agama Nasrani yang mengikuti agama Nabi Isa a.s. dan ajaran Injil. Mendengar berita itu, dia mengajak mereka untuk masuk agama Yahudi. Tetapi mereka menolak dan memilih mati dari pada masuk agama Yahudi. Maka raja Dzu Nuwus memerintahkan agar dibuat parit besar yang dipenuhi kayu bakar lalu dibakar. Orang-orang Najran yang masih mempertahankan agama Nasrani; ada yang dilemparkan ke parit, ada yang dibunuh dengan pedang, dan ada yang dicincang-cincang, sehingga jumlah mereka yang dibunuh dan dibakar mencapai 20.000 orang.

Sebagian berpendapat bahwa peristiwa itu terjadi di tengah pengikut agama Majusi yang tidak mengikuti raja mereka yang zalim. Juga ada yang mengatakan bahwa itu terjadi atas para pengikut Nabi Daniel.

Terjemah ayat 10 – 16

(10) Sesungguhnya orang-orang yang menyiksa kaum Mukminin dan Mukminat kemudian mereka tidak bertobat, maka bagi mereka siksaan jahanam dan bagi mereka juga siksaan yang akan membakar. (11) Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, maka bagi mereka taman-taman yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Itulah keberuntungan yang besar. (12) Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras. (13) Sesungguhnya Dialah yang menciptakan dan menghidupkan kembali (14) dan Dia Maha Pengampun dan Penyayang (15) Dia-lah yang memiliki ‘Arsy lagi mulia. (16) Maha Berbuat apa yang dikehendaki-Nya.

Tafsir

Setelah menceritakan tentang ashhabul ukhdud, Allah Swt mengingatkan orang-orang yang menyiksa orang-orang yang beriman akan siksaan-Nya yang pedih dan membakar. Ayat yang berbunyi “kemudian mereka tidak bertobat” menunjukkan bahwa pintu tobat terbuka bagi mereka yang berbuat kejahatan dan kriminal, dan bahwa sesungguhnya Allah itu benar-benar Maha Pengasih bagi umat manusia.

Dalam ayat ini disebutkan dua macam siksaan; siksaan jahanam dan siksaan al-hariq. Hal itu mengisyaratkan bahwa siksaan neraka bermacam-macam; siksaan api yang membakar, air yang panas, air yang dingin dan lain-lain. Dalam ayat ini disebutkan siksaan al-hariq (yang membakar) agar sesuai dengan siksaan ashhabul ukhdud terhadap orang-orang yang beriman tersebut.

Al-Qurthubi menjelaskan bahwa mereka akan disiksa dua kali; siksaan yang dingin dan siksaan yang membakar. Menurut Thabari, siksaan jahanam terjadi di  akhirat, sedangkan siksaan yang membakar terjadi di dunia. Kemudian Allah Swt juga menjanjikan orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan dengan surga. Mereka di dunia mendapatkan siksaan dan penghinaan dari orang-orang kafir, tetapi mereka nanti akan mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya dan besar.

Siksaan Allah Swt terhadap orang-orang kafir benar-benar akan terjadi sehingga Dia menegaskan kembali bahwa siksaan-Nya benar-benar berat karena Dia-lah yang menciptakan manusia dari ketiadaan dan Dia pula yang mematikan lalu menghidupkan mereka kembali. Meskipun demikian, Allah Swt tetap Zat Maha Pengampun dan Maha Penyayang bagi mereka yang bertobat. Dia dapat melakukan penyiksaan dan pengampunan karena Dia Yang menguasai ‘Arsy dan Maha Mampu berbuat segala yang dikehendaki-Nya. Tiada yang dapat menghalangi sesuatu yang Dia kehendaki dan tiada pula yang dapat melakukan sesuatu yang tidak Dia kehendaki.