Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Tauhid Sifat Kelompok Wahabi; Allah Swt Tertawa

1 Pendapat 05.0 / 5

Pembahasan masih berlanjut mengenai sifat-sifat Tuhan yang diperkenalkan oleh kelompok Wahabi. Seperti yang pernah dijelaskan, kelompok ini memahami teks-teks agama baik Alquran maupun hadis dan riwayat hanya melihat lahiriahnya saja. Dengan metode seperti itu, maka tak heran mereka memahami Allah Swt memiliki sifat Jism. Hal ini seperti yang telah diutarakan pada tulisan-tulisan sebelumnya.

Salah satu sifat berikutnya yang dipahami dan diyakini oleh mereka adalah Allah Swt memiliki sifat tertawa. Mereka meyakini bahwa Allah Swt memiliki sifat tertawa dan sifat tersebut layaknya seperti sifat kebesaran dan keagungannya. Hal ini seperti yang mereka fatwakan dalam kitab Fatawa yaitu berupa kumpulan fatwa-fatwa ulama mereka.

Dalam kitab tersebut di ajukan sebuah pertanyaan tentang makna sebuah hadis yang didalamnya tertulis Allah Swt sedang tertawa. Dan mereka menjawab bahwa lafad hadis tersebut menunjukkan bukti sifat tertawa pada Allah Swt, dan itu layaknya seperti sifat kebesaran dan keagungan Allah Swt.

Pertanyaan kedua dari fatwa no. 5733

Pertanyaan: apa makna perkaataan Nabi Saw: “Allah sedang tertawa terhadap dua orang laki-laki, yang salah satunya membunuh yang lainnya, dan keduanya masuk surga”. Muttafaq ‘alaih?

Jawab: lafad hadis “Allah sedang tertawa terhadap dua orang laki-laki, yang salah satunya membunuh yang lainnya, dan keduanya masuk surga…. Ini menunjukan bukti sifat tertawa pada Allah Swt, sebagaimana layaknya dengan sifat Kebesaran dan Keagungan-Nya. Tidak ada makhluk-Nya yang menyerupai-Nya dalam segala sesuatu. Sebagaimana Dia Berfirman: Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.[1][2]

Dari fatwa di atas kita melihat bahwa mereka mengambil pemahaman tanpa menganalisa teks hadis tersebut dan langsung mensifati Allah Swt dengan sifat tertawa. Dan sifat ini melazimkan pemahaman Jism pada Allah Swt, seperti yang mereka yakini. Dan ini bisa terjadi ketika seseorang melihat teks-teks agama hanya secara lahir saja, tanpa mempertimbangkan alat pengetahuan atau metode lainnya.

Wallahu A’lam

[1] Q.S As-Shura : 11

[2] Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah lil Buhus Al-Ilmiyah wal Ifta, Jilid 1 Hal. 753, Pengumpul Fatwa Syeikh Ahmad bin Abdi Razak Ad-Duwaisy