Wasiat Qurani Rasulullah Saw untuk Abdullah bin Mas’ud (1)

Rasulullah Saw memberikan nasihat kepada Ibnu Mas’ud mengenai akar-akar dosa dengan merujuk kepada sebagian ayat-ayat Alquran. Berikut di antara wasiatnya:

Dosa itu Candu bagi Pelakunya

Rasulullah Saw mengatakan kepada Ibnu Mas’ud: “Hai Ibnu Mas’ud, hati-hatilah dengan mabuk dalam kesalahan. Karena dosa itu seperti minuman keras. Seseorang yang mabuk akan kehilangan daya pencerapannya dan tidak akan bisa melihat sesuatu dengan benar. Ia tidak akan bisa mendengar dan tidak akan bisa berpikir. Inilah perbuatan orang-orang yang melakukan maksiat.”

Kemudian Rasulullah Saw menggunakan ayat ini sebagai dalil: “Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali [ke jalan yang benar).” (QS. al-Baqarah: 18).

Orang seperti ini menjadi bisu, buta, dan tidak akan bisa kembali pada fitrahnya sebagai efek dari dosa-dosa. Untuk kembali pada fitrah, ada dua jalan: Pertama, manusia harus bisa belajar kepada bagian dari dirinya yang terdalam. Kedua, ia juga harus belajar dari nasihat-nasihat yang ada di luar dirinya. Dan, dosa itu menutupi dua jalan tersebut. Dengan kata lain, dosa itu menutupi fitrah suci.

Nasihat-nasihat bagus masuk ke telinga kanannya dan keluar dari telinga kirinya. Karena itu, bacaan-bacaan Alquran menjadi tidak berarti baginya. Demikian juga, kata-kata menjadi tidak bermanfaat baginya. Sejauh mana orang-orang yang berdosa memuaskan dirinya dengan dosa, sejauh itu pula ia dijauhkan dari pengetahuan yang benar. Dosa itu seperti air cemar yang akan mengotori hatinya. Ketaatan akan mencuci hatinya dan membersihkan dosa-dosanya. Tobat adalah air jernih yang akan menjernihkan hati dan membersihkan kotoran hati.

Dosa merusak ikhtiar positif, membuatnya menjadi keki dan sensitif dengan teguran orang lain. Rasulullah Saw kemudian mengacu kepada ayat Alquran yang mengatakan: “Dan apabila dikatakan kepadanya, ‘Bertakwalah kepada Allah,’ bangkitlah kesombongan untuk berbuat dosa. Maka pantaslah baginya neraka jahanam dan sungguh [jahanam itu] tempat tinggal yang terburuk.” (QS. al-Baqarah: 26)